Analisa kadar gula dalam darah dengan menggunakan Spektrofotometer Microlab 300

(1)

ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

MICROLAB 300

KARYA ILMIAH

LINDA JUNIATY DAMANIK

082401055

PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

MICROLAB 300

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai

gelar Ahli Madya

LINDA JUNIATY DAMANIK

082401055

PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH DENGAN MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER MICROLAB 300

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : LINDA J DAMANIK

Nomor Induk Mahasiswa : 082401055

Program Studi : D-3 KIMA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui Medan, Juli 2013

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Ketua Jurusan

Dr.Rumondang Bulan,M.S Dra.Emma Zaidar,Msi NIP 1954 08 30 1985 03 2 001 NIP.1955 12 18 1987 01 2 001

Dosen Pembimbing

Drs.Abdi Negara Sitompul NIP.1946 07 16 1974 03 1 001


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

MICROLAB 300

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

082401055


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi ALLAH SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul “Analisa kadar gula dalam darah dengan menggunakan Spektrofotometer Microlab 300 ”, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi Diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga, pihak-pihak tertentu dan rekan-rekan sekalian. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta, yaitu Ayahanda dan Ibunda yang telah mendidik penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:

1. Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku Pembantu Dekan I.

2. Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. dr.Jamal A.Naser Hasibuan selaku pembimbing PKL di RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan PKL.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S, selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma 3 Kimia Analis.

6. Bapak Drs.Usman Rasyid, M.Si, selaku Dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kelancaran kegiatan akademik. 7. Addina Hasibuan yang menjadi teman seperjuangan mulai dari mengikuti PKL


(6)

8. Teman-teman stambuk 08 jurusan Kimia Analis FMIPA USU, semoga kita menjadi generasi intelektual yang berguna bagi nusa, bangsa terutama bagi agama.

Demikianlah Karya Ilmiah ini penulis perbuat dan penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunannya dikarenakan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

Medan, Juli 2013 Penulis


(7)

ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER MICROLAB 300

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar gula dalam darah dengan menggunakan spektrofotometer microlab 300 dengan panjang gelombang 500nm dan menggunakan lampu Hg 546nm. Dari data yang dihasilkan disimpulkan bahwa penderita diabetes melitus terbanyak adalah pada usia diatas 4O tahun. Menurut penelitian epideniologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Jumlah pasien diabetes pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 86-138% dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode sama hanya 40%.


(8)

ANALYSIS OF THE LEVEL OF SUGAR IN THE BLOOD BY

USING MICROLAB 300 SPECTROPHOTOMETER

ABSTRACT

Analysis has been carried out in blood sugar levels by using a spectrophotometer microlab 300 with a wavelength of 500nm and 546nm using a Hg lamp. From the resulting data concluded that patients with diabetes mellitus at the age of majority is over 4o years. According to research epideniologi who until recently held in Indonesia, the frequency of diabetes ranges from 1.5 s / d 2.3% except in Manado is quite high at 6%. The number of patients with diabetes in 2020 will increase by 86-138% compared to the increase of Indonesia's population in the same period only 40%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGHARGAAN ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

1.2Sejarah ... 2

1.3 Permasalahan ... 3

1.4Pembatasan Masalah ... 3

1.5Tujuan ... 4

1.6Manfaat ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Darah ... 5

2.2 Fungsi Darah ... 6

2.3 Gula Darah/Glukosa Darah ... 7

2.3.1 Eskresi glukosa ... 8

2.3.2 Efek karbohidrat atas glukosa darah ... 8

2.3.3 Penyelidikan abnormalitas metabolisme karbohidrat ... 10


(10)

2.3.4.1 Tes toleransi glukosa standar (oral) ... 10

2.3.4.2 Tes toleransi glukosa intravena ... 12

2.3.4.3 Tes sensitivitas insulin ... 12

2.3.4.4 Tes metabolisme piruvat ... 12

2.4 Glikosuria ... 12

2.4.1 Penyebab glikosuria ... 12

2.5 Diabetes Melitus ... 14

2.5.1 Faktor pencetus ... 16

2.5.2 Gejala dan tanda-tanda awal ... 17

2.5.3 Diagnosis ... 18

2.5.4 Pengobatan ... 19

2.5.4.1 Pokok-pokok pengobatan ... 19

2.5.5 Komplikasi ... 19

2.5.6.Pencegahan ... 20

BAB III.METODOLOGI PERCOBAAN ... 21

3.1. Metodologi ... 21

3.1.1. Alat ... 21

3.1.2. Bahan ... 21

3.2. Prosedur Percobaan ... 22

3.2.1. Teknik pengambilan sampel ... 22

3.2.2. Preaparasi sampel ... 22

3.2.3. Gula darah ... 22

3.2.3.1 Gula darah normal ... 22

3.2.3.2 Gula darah 2 jam PP ... 23


(11)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Data Percobaan ... 24

4.2 Pembahasan ... 25

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Klasifikasi dari Diabetes melitus dan Tipe Intoleransi Glukosa Lainnya

(National Diabetes Data Group 1979) ... 14 Tabel 1.2 Kadar Glukosa Diagnostik ... 16 Tabel 1.3. Data Pemeriksaan Gula Darah ... 24


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Serum Darah ... 5 Gambar 2. Struktur Glukosa ... 7


(14)

ANALISA KADAR GULA DALAM DARAH

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER MICROLAB 300

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar gula dalam darah dengan menggunakan spektrofotometer microlab 300 dengan panjang gelombang 500nm dan menggunakan lampu Hg 546nm. Dari data yang dihasilkan disimpulkan bahwa penderita diabetes melitus terbanyak adalah pada usia diatas 4O tahun. Menurut penelitian epideniologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Jumlah pasien diabetes pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 86-138% dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode sama hanya 40%.


(15)

ANALYSIS OF THE LEVEL OF SUGAR IN THE BLOOD BY

USING MICROLAB 300 SPECTROPHOTOMETER

ABSTRACT

Analysis has been carried out in blood sugar levels by using a spectrophotometer microlab 300 with a wavelength of 500nm and 546nm using a Hg lamp. From the resulting data concluded that patients with diabetes mellitus at the age of majority is over 4o years. According to research epideniologi who until recently held in Indonesia, the frequency of diabetes ranges from 1.5 s / d 2.3% except in Manado is quite high at 6%. The number of patients with diabetes in 2020 will increase by 86-138% compared to the increase of Indonesia's population in the same period only 40%.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Darah tediri dari plasma darah dan sel – sel darah. Sebagian besar sel darah terdiri dari sel darah merah atau eritrosit, sedangkan jumlah sel darah putih ataupun leukosit relatif sangat sedikit, yaitu dua permil dari jumlah eritrosit. Disamping eritrosit dan leukosit masih ada partikel lain yang disebut dengan trombosit. Trombosit ini mempunyai fungsi penting pada penggumpalan darah. Darah beredar keseluruh tubuh melalui sistem sirkulasi.

masuk ke dalam sel guna didistribusikan ke seluruh tubuh untuk dijadikan sumber energi hasil pencernaan makanan. Ketika kadar maka gula tidak dapat masuk kedalam sel untuk diproses menjadi sumber energi. Jika demikian, tubuh akan mengkompensasikannya dengan cara menggunakan lemak sebagai sumber energi alternatif.

Pada kasus yang berat di mana dehidrasi yang terjadi sangat hebat dan kadar mengalami koma. Dimana seseorang dalam keadaan koma merupakan keadaan gawat darurat yang mewajibkan pasien untuk segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan yang layak.

Pengobatan yang harus segera diberikan adalah penyuntika dan mengganti cairan tubuh yang hilang dan kadar ion kalium pada darah yang turut berkurang akibat peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria).

Istilah ‘gula darah’ secara bebas untuk glukosa dan gula-gula lainnya serta kadang-kadang zat-zat pereduksi lain yang mungkin terdapat didalam darah. Mula-mulanya, kebanyakan metode analisa gula tergantung atas glukosa yang menjadi zat pereduksi. Adalah mungkin untuk menghilangkan reduksi yang tidak spesifik dan hanya mengukur yang disebabkan oleh gula-gula : ini dinamai dengan ‘gula sejati’ dan normalnya reduksi karena gula yang lain dari glukosa misalnya galaktosa dapat diabaikan. Normalnya darah untuk pemeriksaan gula dicampur dengan fluoride yang menghambat glikolisis.


(17)

Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber energi yang utama bagi organisme hidup. Dalam makanan kita, karbohidrat terdapat sebagai polisakarida yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara fotosintesis. Tumbuhan merupakan gudang yang menyimpan karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum digunakan oleh hewan dan manusia apabila ada kebutuhan untuk memproduksi energi. Disamping dalam tumbuhan, dalam tubuh manusia dan hewan juga terdapat karbohidrat yang merupakan sumber energi yaitu glikogen.

Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik dalam lambung, mulut maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat ini adalah glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa ini kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.

1.4Sejarah

Penyakit kencing manis ini dikenal ribuan tahun sebelum Masehi. Dalam manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir sekitar tahun 1550SM – kemudian dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang memberi kesan diabetes. Demikian pula dalam buku India Aryuveda 600SM penyakit ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat bersifat ganas dan berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat. Dua ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah memberitakan adanya suatu penyakit yang ditandai dengan kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh dengan rahasia dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti simpon atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ia berpendapat bahwa penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan dibuang melalui air seni.

Cendikiawan Cina dan Indian pada abad 3 s/d 6 juga menemukan penyakit ini dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya manis. Willis pada tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Sejak itu penyakit itu ditambah dengan kata melitus yang artinya madu. Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting


(18)

dan asistennya yang masih mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954 – 1956 ditemukan tablet jenis solfonilurea generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin. Sejak banyak ditemukan obat seperti sulfonilurea generasi kedua dan ketiga serta golongan lain seperti biguanid dan penghambat glukosidase alfa.

I.3 Permasalahan

Menurut penelitian epideniologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Suatu penelitian terakhir yang dilakukan di Jakarta, kekerapan DM di daerah sub-urban yaitu di Depok adalah 12,8%, sedangkan di daerah Jawa Barat angka tersebut hanya 1,1%. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar 1,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7 % dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.

Jumlah pasien diabetes pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 86-138% dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode sama hanya 40%.

Sebenarnya penyakit diabetes tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Kesulitan diagnosis timbul karena kadang-kadang dia datang tenang dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien ke dalam komplikasi fatal. Oleh karena itu, mengenal tanda-tanda awal penyakit diabetes ini menjadi sangat penting.

1.7Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada analisa kadar gula dalam darah dengan menggunakan spektrofotometer microlab 300.

1.8Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor-faktor utama yang menyebabkan penyakit diabetes mellitus (DM)


(19)

2. Untuk mengetahui peningkatan penderita diabetes mellitus (DM) sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

3. Untuk mengetahui pencegahan terhadap penyakit diabetes mellitus (DM)

1.9Manfaat

Sebagai informasi mengenai kandungan glukosa darah normal pada tubuh orang dewasa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) agar dapat dilakukan pencegahan untuk membantu penyandang DM dapat hidup bahagia bersama diabetes, seperti orang tanpa diabetes.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah

Gambar1.Serum darah

Darah tediri dari plasma darah dan sel – sel darah. Sebagian besar sel darah terdiri dari sel darah merah atau eritrosit, sedangkan jumlah sel darah putih ataupun leukosit relatif sangat sedikit, yaitu dua permil dari jumlah eritrosit. Disamping eritrosit dan leukosit masih ada partikel lain yang disebut dengan trombosit. Trombosit ini mempunyai fungsi penting pada penggumpalan darah. Darah beredar keseluruh tubuh melalui system sirkulasi.

Apabila darah yang telah diberikan antikoagulan diputar dengan pemusing (sentrifuga), maka sel-sel darah akan mengendap, sedangkan plasma darah akan berada diatasnya. Pada darah normal, sel-sel darah akan menempati 0,45 bagian dari volume keseluruhan. Keadaan ini disebut dengan hematokrit atau VPRC (Volume of Packed Red Cells) yang bila dinyatakan dalam Unit Internasional, VPRC normal untuk pria adalah 0,45 liter per liter (L/L); untuk wanita kira-kira 0,41 L/L. Hematokrit untuk darah orang penderita anemia lebih kecil dari yang normal, misalnya 0,15L/L, sedangkan pada kasus polisitemia lebih besar dari normal misalnya 0,65 L/L.


(21)

2.2 Fungsi Darah

Beberapa fungsi darah dalam tubuh yaitu : 1. Pernafasan.

Oksigen ditransfor dari paru-paru ke jaringan-jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.

2. Gizi.

Zat-zat yang diabsorbsi ditranfor melalui dinding usus. 3. Eksresi

Sisa metabolisme ditransfor ke ginjal, paru-paru, kulit dan usus untuk dibuang 4. Suhu tubuh diatur dengan meratakan panas tubuh

5. Keseimbangan asam basa diatur dalam tubuh

6. Keseimbangan air diatur melalui efek darah terhadap pertukaran air antara cairan yang bersirkulasi dengan cairan dalam jaringan

7. Perlawanan terhadap peradangan 8. Hormon ditransfor

9. Transfor metabolit

Kebanyakan karbohidrat makanan merupakan suatu polisakarida makanan, pati: selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia. Amilase saliva mulai mencerna karbohidrat dengan mengkonversi sedikit pati. Tidak terjadi pencernaan karbohidrat secara kimia yang lebih lanjut didalam lambung. Glukosa merupakan monosakarida utama dari produk akhir pencernaan karbohidrat; juga hasil fruktosa dan galaktosa bila seseorang mendapatkan diet normal. Jumlah fruktosa ditingkatkan oleh diet yang mengandung banyak buah atau gula tebu(sukrosa). Jumlah galaktosa ditingkatkan bila proporsi masukan karbohidrat yang tinggi adalah laktosa dan ini terjadi pada bayi-bayi dan pada pasien dengan diet susu.


(22)

2.3 Gula darah/glukosa darah

Gambar 2. Struktur glukosa

Istilah ‘gula darah’ secara bebas untuk glukosa dan gula-gula lainnya serta kadang-kadang zat-zat pereduksi lain yang mungkin terdapat didalam darah. Mula-mulanya, kebanyakan metode analisa gula tergantung atas glukosa yang menjadi zat pereduksi. Adalah mungkin untuk menghilangkan reduksi yang tak spesifik dan hanya mengukur yang disebabkan oleh gula-gula, ini dinamai dengan ‘gula sejati’ dan normalnya reduksi karena gula yang lain dari glukosa misalnya galaktosa dapat diabaikan. Normalnya darah untuk pemeriksaan gula dicampur dengan fluoride yang menghambat glikolisis.

Nilai rujukan untuk glukosa darah lengkap vena puasa pada waktu istirahat adalah 3,0-5,5 mmol/L pada orang dewasa dan dan lebih rendah dari bayi. Dalam darah kapiler (yang mewakili darah arteri) pada waktu istirsahat,nilai ini sekitar 0,2 mmol/L lebih tinggi. Karena luasnya penggunaan contoh kapiler, maka glukosa darah lengkap lebih lajim diukur daripada glukosa plasma, walaupun yang terakhir lebih disukai. Glukosa bisa berdifusi secara bebas diantara air sel dan air plasma serta perbedaan kandungan air sel dan plasma menyababkan konsentrasi glukosa yang diukur didalam plasma 10-15 persen lebih tinggi daripada yang berada didalam darah lengkap.


(23)

Insulin dapat diukur didalam plasma atau serum dengan analisa radioimun dan analisa ini terutama digunakan dalam penyelidikan hipoglikemia spontan. Batas rujukan untuk insulin plasma puasa adalah 10-30µu/mL. Juga ada berbagai analisa biologis yang sulit, yang efektif mengukur aktivitas seperti insulin dan yang hasilnya bisa berbeda dari yang ditemukan dengan analisa radioimun.

2.3.1 Eskresi glukosa

Glukosa difiltrasi oleh glomerulus dan reabsorpsi tubulus normal rata-rata lebih dari 99 persen glukosa yang memasuki filtrasi glomerulus. Tubulus proksimalis ginjal bertanggung jawab bagi kembalinya glukosa ke sirkulasi. Jika aliran plasma ginjal normal dan ginjal sehat, maka pada konsentrasi glukosa darah kapiler lebih dari sekitar 10mmol/L, cukup glukosa yang difiltrasi ke tubulus ginjal untuk menjenuhkan proporsi bermakna dari kapasitas reabsopsi yang bervariasi dan timbul glikosuria yang bisa dideteksi. Konsentrasi 10mml/L ini dikenal sebagai ambang ginjal bagi glukosa. Pengurangan aliran plasma ginjal (seperti pada payah jantung atau deplesi natrium) atau kerusakan glomerulus yang berat, yang mengurangi kecepatan filtrasi glukosa melalui glomerulus. Dalam kasus seperti ini, konsentrasi glukosa darah yang tinggi menyebabkan konsentrasi glukosa filtrat glomerulus tinggi jika aliran plasma ginjal normal. Jika kekuatan reabsorpsi tubulus tidak berubah maka peningkatan ambang ginjal untuk glukosa dengan hiperglikemia ringan tidak akan menyebabkan glikosuria. Sekitar 2% pasien diabetes, terutama pasien yang tua, mempunyai ambang ginjal yang tinggi untuk glukosa.

2.3.2 Efek karbohidrat atas glukosa darah

Bila orang yang puasa menelan glukosa atau makanan yang mengandung karbohidrat, maka kadar glukosa darah meningkat karena glukosa diabsorbsi dari usus. Pada orang normal, setelah makan, kadar glukosa darah vena tidak melebihi 8,5 mmol/L dan kadar glukosa kapiler (orang menunjukkan glukosa darah arteri) seharusnya tidak meningkat melebihi 10 mmol/L. Sekresi insulin sangat meningkat serta sekresi setelah


(24)

peningkatan permulaan (glucagon) dan hormon pertumbuhan menurun. Mekanisme oksidase jaringan, penyimpanan glukosa sebagai glikogen dan pengurangan glukoneogenesis (kesemuanya ‘antihiperglikemia’)adalah aktif dan melawan peningkatan glukosa darah yang disebabkan oleh absorpsi glukosa. Kira-kira sejam setelah menelan karbohidrat, kecepatan pengeluaran glukosa dari darah menjadi lebih besar daripada kecepatan penambahan glukosa ke dalam darah dan kadar glukosa darah mulai turun dibawah kadar puasa pada waktu sekitar 2 jam – kemudian hipoglikemia ringan memobilisasi antagonis insulin serta insulin dan hormon pertumbuhan kembali normal setelah 3 jam setelah selesai makan.

Jumlah karbohidrat yang direspon tubuh atas beban karbohidrat, dikenal sebagai toleransi glukosa dan terutama mencerminkan kapasitas hati untuk mengambil glukosa. Kelemahan toleransi glukosa berarti bahwa setelah mendapat karbohidrat (sebagai glukosa), kadar glukosa darah meningkat lebih tinggi, dan peningkatan ini lebih lama dari pada orang yang normal.

Respon terperinci atas beban karbohidrat tergantung atas diet karbohidrat sebelumnya dan atas jumlah glukosa yang dimakan. Jika seorang yang diet dengan sangat tinggi karbohidrat (atau makan tepat sebelum tes) maka ini akan meninggikan toleransi glukosa. Perubahan toleransi glukosa dengan perubahan diet berhubungan dengan perubahan metabolisme glikogen hepar serta perubahan ekskresi dan hormon pertumbuhan. Jumlah peningkatan kadar glukosa darah setelah makan karbohidrat akan bertambah sesuai dosis glukosa, sampai dosis sekitar 1g/kg berat badan. Sehingga jika pengurangan toleransi glukosa diperlukan untuk pemeriksaan penyakit, maka harus ditentukan keadaan standart diet dan dosis glukosa.

2.3.4 Penyelidikan abnormalitas metabolisme karbohidrat

Penyelidikan toleransi glukosa sangat penting didalam praktek klinik dan eksperimental. Kondisinya harus distandarisasi sehingga bisa didapat respon yang konsisten.


(25)

Hasil yang dapat dipercaya dan dapat diulang, hanya diperoleh bila pasien mendapat diet normal (sekurang-kurangnya mengandung 300 g karbohidrat per hari) selama sekurang-kurangnya 3 hari sebelum tes dan istirahat secara mental dan fisik sebelum dan selama tes. Pasien harus puasa 10-16 jam pada malam sebelum melakukan keseluruhan tes (diijinkan minum air) dan tidak boleh merokok.

Hasil yang konsisten tidak ditemukan pada anak-anak dibawah 2 tahun. Dosis glukosa orang dewasa rutin yang biasa adalah 50 g (280 mmol) dan pada anak-anak 1 g/kg berat badan sampai maksimum 50g : rekomendasi internasional baru-baru ini untuk orang dewasa 75g atau 1,75 g/kg berat badan pada anak-anak sampai maksimum 75 g : dosis 100 g yang lebih besar, tak direkomendasikan karena ini bisa menyebabkan kelambatan pengosongan lambung maupun vomitus. Biasanya hasil diagnostik dapat diperoleh tanpa memperlama tes lebih dari 120 menit.

Tes tidak diperlukan untuk mendiagnosa kasus-kasus yang secara klinis jelas diabetes melitus atau jika gula darah puasa lebih dari 7 mmol/L atau nilai acak lebih dari 10 mmol/L.

2.3.4 Test Toleransi Glukosa

2.3.4.1 Tes Toleransi Glukosa Standar (oral)

Metode

- Ambil contoh darah puasa untuk pemeriksaan glukosa. Pasien mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan contoh urinanya.

- Waktu nol : pasien minum larutan 75 g glukosa dalam segelas air (250mL); lebih disukai yang dibumbui misalnya dengan limun.

- Pada waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit,120 menit: ambil darah untuk pemeriksaan glukosa.

- Pada waktu 60 menit dan 120 menit : pasien mengosongkan kandung kemihnya ; mengumpulkan contoh urin secara terpisah.

- Kirimkan semua contoh darah dan urine ke laboratorium dengan label yang jelas dengan watu pengambilan.


(26)

Kadar glukosa darah puasa 3,0 – 5,5 mmol/L. Glukosa darah meningkat sebesar 1,5 – 4,0 mmol/L pada kadar 30-60 menit, yang biasanya dibawah 10 mmol/L, kemudian turun ke kadar 120 menit, yang sebesar dibawah 7,0 mmol/L. Tidak ada glukosuria.

b. Toleransi glukosa yang melemah

Kelemahan toleransi bisa didapat pada obesitas,kehamilan lanjut (atau karena kontraseptif hormonal), infeksi yang berat (kerusakan hepar yang luas, keracunan menahun, penyakit ginjal kronik, pada usia tua dan pada diabetes melitus ringan atau baru mulai (insipien)

Hasil pemeriksaan urina memberikan petunjuk tentang ambang ginjal untuk glukosa pada pasien tersebut, dan ini bernilai untuk memperlihatkan berapa banyak kepercayaan yang dapat diberikan atas pemeriksaan urina dalam menata laksana pasien.

Tes toleransi glukosa yang ditambah dengan steroid memberikan sejumlah bantuan dalam mendeteksi diabetes yang baru mulai. Misalnya jika diberikan 100 mg kortison pada pagi dini sebelum tes toleransi glukosa, maka glukosa darah 120 menit bisa meningkat diatas 7,7 mmol pada orang yang mempunyai potensi menderita diabetes.

c. Hipoglikemia lambat karena hiperinsulinisme

Pada pasien dengan hiperinsulinisme, glukosa darah puasa adalah hipoglikemik atau normal dan glukosa darah belakangan diperkirakan 4,6 dan jika diperlukan pengambilan glukosa 24 jam bisa menunjukkan tingkatan hipoglikemik.

2.3.4.2 Tes toleransi glukosa Intravena

Respon abnormal terhadap tes toleransi glukosa per oral bisa ditutupi oleh cacat absorpsi usus. Untuk pemeriksaan metabolisme glukosa pada pasien seperti itu, glukosa bisa diberikan intravena.

Metode

- Ambil contoh darah puasa untuk pemeriksaan glukosa darah.

- Waktu nol : 50mL glukosa 50 persen disuntikkan secara intravena dalam 2 menit.


(27)

- Pada 10 menit, 20 menit, dan 30 menit : ambil contoh untuk pemeriksaan glukosa darah.

Walaupun kadang-kadang penting, tes ini sedikit dipergunakan karena perlu menentukan waktu pengambilan contoh dengan sangat tepat, suntikan glukosa hipertonik juga membawa sedikit resiko. Jarang kasus yang merupakan tindakan diagnostik penting seperti dugaan diabetes pada pasien stetorea. Ia bernilai untuk riset toleransi glukosa, karena menghilangkan variasi dalam absorpsi usus.

2.3.4.3 Tes sensitivitas insulin

Respon glukosa darah terhadap insulin telah digunakan penyelidikan sensitivitas insulin dan respon hipoglikemia pada penyakit endokrin, walau karena tes ini berbahaya, sekarang telah diganti dengan analisa hormon plasma yang sesuai. Pada pasien dengan hipopituitarisme atau defesiensi tirodea atau adrenokortikal, glukosa darah turun lebih cepat dan tetap rendah lebih lama daripada orang yang normal.

2.3.4.4 Tes Metabolisme Piruvat

Respon kadar piruvat darah terhadap satu dosis glukosa per oral tidak hanya bervariasi terhadap keadaan metabolisme karbohidrat tetapi juga terhadap derajat kejenuhan tiamin (vitamin B) pada pasien, karena tiamin pirofosfat berlaku sebagai koenzim dalam oksidase piruvat selanjutknya ke asetil Ko-A. Pengukuran transketolase eritrosit dan responnya terhadap tiamin pirofosfat lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosa difisiensi tiamin.

Batas rujukan untuk piruvat darah puasa adalah 40 - 80µmol/L. Pada orang normal, setelah pemberian 50 g glukosa pada keadaan puasa dan pada 30 menit kemudian, kadar piruvat darah 60 menit tidak melebihi 90µmol/L dan kadar 90 menit tidak melebihi 100µmol/L. Peningkatan nilai setelah pemberian glukosa terlihat pada defesiensi tiamin dan kadang-kadang pada polineuritis dari etiologi lain. Nilai abnormal sejenis timbul pada keracunan barbiturate atau alcohol kronis, juga karena gangguan oksidasi glukosa di perifer.


(28)

Glikosuria berarti terdapat glukosa yang mencukupi untuk bisa dideteksi dengan tes klinis yang sederhana – istilah glukosuria yang “benar” jarang digunakan. Tes komprehensif tergantung atas reduksi tembaga dan ini bersifat semikuantitatif : tes tradisional meliputi larutan benedict, yang mengandung tembaga (III) sitrat alkali (kupri sitrat) yang berwarna biru karena adanya ion tembaga (III).

2.4.1 Penyebab glikosuria

Penyebab glikosuria bisa diringkas sebagai berikut :

1. hiperglikemia disertai dengan kelemahan toleransi glukosa 2. hiperglikemia sementara

3. ambang ginjal yang rendah bagi glukosa

Hiperglikemia tanpa glikosuria bisa ditemukan jika ada peningkatan ambang karena berkurangnya aliran plasma ginjal : hal ini benar-benar telihat pada pasien diabetes berusia lanjut. Zat pereduksi yang ditemukan didalam urina bisa diidentifikasi sebagai glukosa depan. Glikorunida merupakan konjugasi berbagai komponen dengan asam glukoronat dan ia merupakan zat pereduksi .

2.5 Diabetes melitus

Penyakit diabetes melitus (DM) yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relatif. DM merupakan salah satu penyakit degredatif dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar 1,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7 % dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.

Ganggauan metabolik ini mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air, dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus, akhirnya menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endothelial vascular pada mata, ginjal


(29)

dan susunan saraf. Diabetes melitus bukan merupakan penyakit yang tunggal tetapi merupakan sekelompok penyakit. Klasifikasidari diabetes mellitus yang dianjurkan oleh American Diabetes Data Group pada tahun 1979 dan umumnya diterima oleh WHO (1980)

Tabel 1.1 Klasifikasi dari diabetes mellitus dan tipe intoleransi glukosa lainnya (National Diabetes Data Group 1979)

Diabetes mellitus◦ Tergantung insulin atau tipe 1 Tidak tergantung insulin atau tipe 2 Diabetes sekunder dengan obesitas Tanpa obesitas Diabetes dengan penurunan toleransi

glukosa

Diabetes kehamilan Kelainan toleransi glukosa sebelumnya‡

Potensi kelainan toleransi glukosa‡

Ket :

◦ : Berdasarkan pada hiperglikemia puasa atau suatu kelainan GTT

‡ : Dapat merupakan bagian dari riwayat alamiah diabetes. Tidak ada perubahan dalam metabolisme karbohidrat.

Sebenarnya penyakit diabetes tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Kesulitan diagnosis timbul karena kadang-kadang dia datang tenang dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien kedalam komplikasi fatal. Oleh karena itu, mengenal tanda-tanda awal penyakit diabetes ini menjadi sangat penting.

Pada pasien dengan gejala – gejala pokok, secara kasar diagnosis dari diabetes melitus ditegakkan dengan suatu peningkatan kadar glukosa darah puasa dalam darah vena sebesar 8 mmol/L atau lebih dari 11 mmol/L atau lebih setelah makan. Kadar


(30)

glukosa darah puasa kurang dari 6 mmol/L biasanya menyingkirkan diagnosis diabetes. Jika kadar glukosa darah puasa antara 6 dan 8 mmol/L harus dilakukan uji toleransi glukosa (GTT).

Walaupun terdapat variasi dalam GTT per oral dan kepustakaan yang luas mengenai GTT intravena tetapi GGT per oral 75 g, seperti yang dianjurkan olah WHO (1980), kemungkinan akan digunakan secara luas dimasa depan dan mempunyai keuntungan karena sederhana dalam interpretasi. Suatu beban standar 75 g glukosa dalam 250mL air diberikan setelah puasa semalaman dan setelah asupan karbohidrat yang cukup selama 3 hari (lebih besar daripada 250g/hari). Sampel darah diambil sebelum dan dalam waktu 1 dan 2 jam setelah.

Tabel 1.2 Kadar glukosa diagnostik

Diagnosis Darah Vena dalam mmol/L

Darah kapiler lengkap dalam mmol/L

Plasma vena dalam mmol/L

Diabetes mellitus◦

Puasa ≥ 7,0 ≥7,0 ≥ 8,0 Glukosa darah 2 jam ≥ 10,0 ≥ 11,0 ≥ 11,0 Gangguan toleransi

glikosa

Puasa < 7,0 < 7,0 < 8,0 Glukosa darah 2 jam ≥7,0-<10,0 ≥ 8,0-<11,0 ≥ 8,0-<11,0 Ket :

◦ : Tanpa adanya gejala-gejala diabetes diperlukan kadar abnormal 1 jam disamping gambaran 2 jam untuk memperkuat diagnosis dari diabetes mellitus (WHO 1980).


(31)

2.5.1 Faktor Pencetus

Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes disamping penyebab lain seperti infeksi, kehamilan dan obat-obatan. Tetapi meskipun demikian, pada orang dengan bibit diabetes, belum menjamin timbulnya penyakit diabetes. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri secara nyata sampai akhir hayatnya.

Beberapa faktor yang dapat meyuburkan dan sering merupakan faktor pencetus diabetes mellitus (DM) ialah :

• kurang gerak/malas • makanan berlebihan • kehamilan

• kekurangan produksi hormon insulin

• penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

2.5.2 Gejala dan Tanda-tanda Awal

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya sering kali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:

1. Keluhan klasik

a. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akhirnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.


(32)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan meyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

d. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf tepi/kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu malam, sehingga mengganggu tidur.

b. Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kaca matanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

c. Gatal/bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

d. Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan


(33)

budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

e. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

2.5.3 Diagnosis

Apabila ditemukan gejala dan tanda-tanda seperti diatas, sebaiknya segera pergi kedokter untuk berkonsultasi. Diagnosis diabetes melitus hanya bisa ditegakkan setelah terbukti dengan pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan dengan air seni sering kurang dapat dipercaya karena beberapa keadaan dapat menyebabkan negatif maupun positif palsu.

2.5.4 Pengobatan

Tujuan utama pengobatan diabetes mellitus (DM) :

• Mengembalikan metabolisme glukosa darah menjadi senormal mungkin agar penyandang DM merasa nyaman dan sehat

• Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi

• Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar dapat merawat sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.

2.5.4.1 Pokok-pokok pengobatan :

• Edukasi penyandang DM • Mengatur makanan • Latihan jasmani • Obat-obatan


(34)

Pengelolaan diabetes melitus tanpa komplikasi akut pada umumnya selalu dimulai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani dulu. Apabila dengan pendekatan tersebut belum mencapai target yang diinginkan, baru diberikan obat-obatan baik oral maupun suntikan sesuai indikasi.

Mengingat sifat diabetes melitus yang menahun, tidak dapat dipungkiri bahwa edukasi yang terus menerus dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Pada akhirnya tujuan pengobatan diabetes mellitus harus ditetapkan bersama antara penyandang DM dengan tim yang mengelola.

2.5.5 Komplikasi

Betapa seriusnya penyakit diabetes yang menyerang peyandang DM dapat dilihat pada setiap komplikasi yang ditimbulkannya. Lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap secara bersamaan, yaitu:

• Jantung diabetes • Ginjal diabetes • Mata diabetes • Saraf diabetes • Kaki diabetes

2.5.6.Pencegahan

Pencegahan pada diabetes melitus sangat penting karena mengingat sifat penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul komplikasi, biaya perawatannya sangat mahal.


(35)

Masyarakat perrlu dilibatkan dalam program pencegahan dan pengelolaan penyakit diabetes ini. Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama pada kelompok resiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes mellitus, disebut pencegahan primer. Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, disebut dengan pencegahan sekunder atau mencegah berlanjutnya komplikasi menjadi lebih buruk atau fatal, disebut pencegahan tersier. Dengan program pencegahan pada tingkat manapun, akan sangat membantu penyandang DM dan keluarga serta masyarakat secara keseluruhan.


(36)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. METODOLOGI 3.1.1. Alat

- Spektrofometer Microlab 300 (E-Merk) - Sentrifugator (Maksimum RPM = 6,000rpm)

- Jarum suntik 5 cc ( panjang 5 cm, dan ketelitian kira – kira 2 %) - Tabung reaksi

- Pipet mikro 10 µL - Pipet mikro 1000 µL - Penangas air

- Penghitung waktu - Rak tabung reaksi

3.1.2. Bahan - Darah


(37)

3.2. Prosedur Percobaan

3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel

- 5 CC darah pada masing-masing pasien diambil dengan menggunakan jarum suntik

- Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Sampel pada masing-masing tabung reaksi diberi penomoran

3.2.2. Preaparasi sampel

- Sampel dimasukkan kedalam sentrifugator

- Sampel disentrifugasi selama 20 menit sampai terpisah antara serum dan plasma

3.2.3. Gula darah

3.2.3.1 Gula darah normal

- Serum dipipet sebanyak 10µL dengan menggunakan pipet mikro 10 µL - Serum dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Serum tersebut ditambahkan reagen glukosa sebanyak 1000 µL dengan menggunakan pipet mikro 1000 µL

- Serum dan reagen glukosa dihomogenkan

- Campuran tersebut dipanaskan kira – kira 10 menit pada penangas air - Campuran diangkat dan didiamkan kira – kira 5 menit

- Campuran dibaca dengan menggunakan Spektrofotometer Microlab 300


(38)

- Serum dipipet sebanyak 10µL dengan menggunakan pipet mikro 10µL - Serum dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Serum tersebut ditambahkan reagen glukosa sebanyak 1000 µL dengan menggunakan pipet mikro 1000 µL

- Serum dan reagen glukosa dihomogenkan

- Campuran dipanaskan kira – kira 10 menit pada penangas air - Campuran diangkat dan didiamkan kira – kira 5 menit

- Campuran dibaca dengan menggunakan Spektrofotometer Microlab 300

3.2.3.3. Gula Darah Ad Random

- Serum dipipet sebanyak 10µL dengan menggunakan pipet mikro 10µL - Serum dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Serum tersebut ditambahkan reagen glukosa sebanyak 1000 µl dengan menggunakan pipet mikro 1000 µl

- Serum dan reagen glukosa dihomogenkan

- Campuran dipanaskan kira – kira 10 menit pada penangas air - Campuran diangkat dan didiamkan kira – kira 5 menit


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Beberapa faktor yang dapat meyuburkan dan sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus ialah kurang gerak/malas, makanan berlebihan, kehamilan, kekurangan produksi hormon insulin, penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

- Menurut penelitian epideniologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Suatu penelitian terakhir yang dilakukan di Jakarta, kekerapan DM di daerah sub-urban yaitu di Depok adalah 12,8%, sedangkan di daerah Jawa Barat angka tersebut hanya 1,1%. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar 1,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7 % dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%. Jumlah pasien diabetes pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 86-138% dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode sama hanya 40%. - Pencegahan pada diabetes melitus sangat penting karena mengingat sifat

penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul komplikasi, biaya perawatannya sangat mahal

• Pencegahan primer yaitu dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama pada kelompok resiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes mellitus,


(40)

• Pencegahan sekunder yaitu Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, • Pencegahan tersier yaitu mencegah berlanjutnya komplikasi menjadi

lebih buruk atau fatal

5.2. Saran

- Untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan metode yang lain untuk menentukan kadar gula darah dalam darah


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Baron,D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedoteran.

Brudenell, M. 1994. Diabetes Pada Kehamilan (Diabetic Pregnancy). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedoteran.

(http://homepage.usask.ca/~vim458/virology/studpages2007/Tara_Alycia/dogherpes.h tml)

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/pengantar-polimer/struktur-polimer/)

Poedjiadi,A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Soegondo, S. 1995. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(42)

Lampiran 1 : Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300

Pengoperasian alat microlab 300 sebagai berikut: 1. Tekan tombol OK/OFF

2. Bila alat telah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

o Tekan Skip o Tekan Measure

o Tekan tombol naik/turun o Tekan enter

o Tekan tombol penghisap untuk mencuci

o Masukkan reagensia yang diminta kedalam tombol penghisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor

o Bila hasil keluar, tekan skip, begitu seterusnya sampai selesai o Untuk mengganti posisi kesemula tekan back

Catatan:

Bila layar tidak terang, tekan tanda (+) Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru kedalam microlab 300: 1. Cari program dan tekan tombol enter

2. Buka PIN dengan kata kunci Labkes 3. Tekan New

4. Masukkan program baru menurut penentuan masing-masing 5. Tekan back untuk kembali kesemula


(43)

(44)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Beberapa faktor yang dapat meyuburkan dan sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus ialah kurang gerak/malas, makanan berlebihan, kehamilan, kekurangan produksi hormon insulin, penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

- Menurut penelitian epideniologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Suatu penelitian terakhir yang dilakukan di Jakarta, kekerapan DM di daerah sub-urban yaitu di Depok adalah 12,8%, sedangkan di daerah Jawa Barat angka tersebut hanya 1,1%. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar 1,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7 % dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%. Jumlah pasien diabetes pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 86-138% dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode sama hanya 40%. - Pencegahan pada diabetes melitus sangat penting karena mengingat sifat

penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul komplikasi, biaya perawatannya sangat mahal

• Pencegahan primer yaitu dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama pada kelompok resiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes


(2)

• Pencegahan sekunder yaitu Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi,

• Pencegahan tersier yaitu mencegah berlanjutnya komplikasi menjadi lebih buruk atau fatal

5.2. Saran

- Untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan metode yang lain untuk menentukan kadar gula darah dalam darah


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Baron,D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedoteran.

Brudenell, M. 1994. Diabetes Pada Kehamilan (Diabetic Pregnancy). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedoteran.

(http://homepage.usask.ca/~vim458/virology/studpages2007/Tara_Alycia/dogherpes.h tml)

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/pengantar-polimer/struktur-polimer/)

Poedjiadi,A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Soegondo, S. 1995. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(4)

Lampiran 1 : Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300

Pengoperasian alat microlab 300 sebagai berikut: 1. Tekan tombol OK/OFF

2. Bila alat telah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

o Tekan Skip o Tekan Measure

o Tekan tombol naik/turun o Tekan enter

o Tekan tombol penghisap untuk mencuci

o Masukkan reagensia yang diminta kedalam tombol penghisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor

o Bila hasil keluar, tekan skip, begitu seterusnya sampai selesai o Untuk mengganti posisi kesemula tekan back

Catatan:

Bila layar tidak terang, tekan tanda (+) Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru kedalam microlab 300: 1. Cari program dan tekan tombol enter

2. Buka PIN dengan kata kunci Labkes 3. Tekan New

4. Masukkan program baru menurut penentuan masing-masing 5. Tekan back untuk kembali kesemula


(5)

(6)