Komunikasi Tata Cara Pengajuan Jaminan

BAB V ANALISIS DATA

Dari data yang telah disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian baik melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data yang ada dan fakta yang didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi. Pada penelitian ini penulis melihat keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial khususnya pelaksanaan pasal 6 ayat 2 yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai dari beberapa faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

5.1 Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

5.1.1 Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat 3 tiga hal yang harus diperhatikan yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi. Keputusan kebijakan maupun peraturan harus ditransmisikan kepada pelaksana kebijakan sebelum diimplementasikan kepada target group dengan informasi yang jelas dan konsisten sehingga suatu keputusan dalam bentuk kebijakanperaturan dapat dilaksanakan. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan implementor dituntut untuk mengetahui apa yang harusnya dikerjakan. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan melalui wawancara dengan informan dapat dilihat jawaban dari informan bahwa mereka mengetahui dan memahami peraturan dan ketentuan dalam Implementasi Kebijakan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 terkait pelaksanaan program jaminan sosial nasional dibidang ketenagakerjaan. “Selaku pegawai BPJS Ketenagakerjaan tugas kami adalah memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial ketenagakerjaan kepada peserta dan masyarakat sebagaimana yang telah diatur dalam undang- undang”. Kutipan wawancara dengan bapak Jemi Karter Dalam penelitian ini penulis melihat komunikasi antara pegawai BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai cukup baik dan berjalan lancar, walaupun terjadi selisih pendapat atau beda pemahaman namun hal tersebut tidak menjadi penghalang karena implementor bisa mengatasinya dengan tetap bekerja sama dan saling berkoordinasi. Melalui hasil observasi dapat dilihat dalam mengimplementasikan peraturan baru yang didapat dari pusat BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai mentrasmisikan informasi baru tersebut dengan mengadakan rapat koordinasi rapat internal divisi dan rapat internal kantor. Komunikasi antara implementor dengan target group peserta program yang dalam hal ini para pekerja di Kota Binjai umumnya dilakukan melaui sosialisasi dalam bentuk formal dan informal. Dalam sosialisasi tersebut ditrasmisikan informasi mengenai program-program BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Gambar 5.1 1 Sosialisasi pada tanggal 15 Desember 2014 di lapangan merdeka Jl. Veteran Kota Binjai Gambar 5.1 2 Sosialisasi pada tanggal 15 Februari 2015 di alun-alun Jl. Proklamasi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Dalam memberikan informasi mengenai suatu kebijakan diperlukan kejelasan sehingga apa yang menjadi maksud dan tujuan dapat tersampaikan dengan baik. Pereraturan dan ketentuan yang berkaitan tentang pelaksanaan kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 khususnya pada pasal 6 ayat 2 mengenai program jaminan sosial ketenagakerjaan juga cukup jelas hal tersebut dilihat dari hasil wawancara dengan informan kunci dan informan utama yang menyatakan SOP program-program jaminan sosial ketenagakerjaan yang ada sudah cukup jelas dan mereka pun memahami SOP tersebut dengan baik. “Ya SOPnya cukup jelas, pastinya saya memahami SOP tersebut dengan baik karena sebagai pegawai BPJS Ketenagakerjaan kami dituntut untuk benar-benar memahami SOP tersebut sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik”. kutipan wawancara dengan Bapak Jemi Karter “Ya sudah jelas dan saya pun memahai SOP tersebut dengan baik karena sebagai Relationship Officer saya dituntut untuk menguasai SOP tiap-tiap program sehingga saya bisa menjelaskannya jika ada pertanyaan dari peserta.” kutipan wawancara dengan Ibu Meylan Arthasasta Samosir Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu peserta BPU jaminan sosial ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa informasi mengenai jaminan sosial yang disampaikan oleh implementor dalam sosialisasi juga cukup jelas. “Ya, informasinya cukup jelas sehingga saya pun mengetahui tentang pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan tersebut”. kutipan wawancara dengan Ibu Lena Warniansih Pengimplementasian suatu kebijakan tidak hanya dibutuhkan kejelasan namun juga harus konsisten dalam melaksanakan setiap aturankebijakan yang ada. Dalam mengimplementasikan program jaminan sosial ketenagakerjaan aturan-aturan yang dibuat sudah jelas, maka dari itu dituntut konsistensi implementor dalam melaksanakan setiap atauran yang dibuat. Dari hasil studi pustaka yang dilakukan dapat dilihat bahwa kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan menteri, dan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan sangat konsisten, dan dilakukannya revisi atas peraturan tersebut bukan mengubah keseluruhan isinya melainkan menambahkan poin-poin tertentu untuk meminimalisir terjadinya polehole dalam peraturan tersebut, seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Dalam setiap sosialisasi yang dilakukan informasi yang diberikan oleh pegawai BPJS Ketenagakerjaan kepada target group sudah menyeluruh, dimulai dari persyaratan peserta, tata cara pendaftaran hingga proses kalim manfaat program. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: “Ya secara keseluruhan penjelasan yang saya terima sama dengan informasi yang saya dapat saat sosialisasi.” kutipan wawancara dengan Ibu Lena Warniansih Dengan kekonsistenan implementor dalam menjalankan kebijakan membuat perserta mematuhi peraturan yang ada sehingga pelaksanaan kebijakan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Komunikasi yang terjadi antara pembuat kebijakan dengan implementor dan antara implementor dengan target group ialah komunikasi model interaksional yang menekankan proses komunikasi dua arah yang menunjukan bahwa komunikasi selalu berlangsung dan memberikan umpan balik atas pesan yang diterima. Dalam hal ini dapat dilihat saat pembuat kebijakan pemerintah mentransmisikan informasi berupa kebijakanperaturan kepada implementor pegawai BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai yang kemudian dibalas dengan tanggapan yaitu komitmen implementor dalam melaksanakan kebijakan tersebut dan hasilnya ialah tercapainya target kerja. Hal yang sama juga terjadi dalam komunikasi antara implementor dengan peserta, komunikasi dalam bentuk sosialisasi yang dilakukan mendapatkan feedback yaitu kepatuhan pekerja untuk mendaftar menjadi peserta BPJS ketenagakerjaan sehingga tercapainya target penerimaan peserta baru. Dari data yang ada menunjukkan komunikasi yang terjalin berjalan baik, hal tersebut dapat dilihat dari indikator kinerja yang positif dan pencapaian penerimaan peserta baru yang melebihi target. Pemerintah Membuat Kebijakan BPJS Ketenagakerjaan Implementor Kebijakan Tenaga Kerja Sasaran Kebijakan Indikator Kinerja Tahun 2014 Bobot Target Realisasi Nilai Predikat Peserta Penerima Upah Penambahan Perusahaan Baru 2,00 202 255 2,40 Sehat Sekali Penambahan Tenaga Kerja Baru 8,00 14.150 1.6050 9,60 Sehat Sekali Peserta Bukan Penerima Upah Program JKK, JHT, dan JK 12 Orang Program JKK dan JK 31 Orang Keterangan: JKK : Jaminan Kecelakaan Kerja JHT : Jaminan Hari Tua JK : Jaminan Kematian

5.1.2 Sumber Daya