Definisi Manfaat Program Jaminan Kematian Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian

kronologis kejadian kecelakaan dari minimal dua orang saksi yang mengetahui kejadian tersebut 6. Kartu Keluarga atau Daftar Susunan Anggota Keluarga Surat KeteranganAhli Waris bagi tertanggung yang mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan yang meninggal dunia.

3. Program Jaminan Kematian

3.1 Definisi

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dikali upah yang dilaporkan minimal UMR.

3.2 Manfaat Program Jaminan Kematian

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja dengan memeberikan santunan sebesar Rp 21.000.000,- yang terdiri dari: a. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,- b. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,- c. Santunan Berkala: Rp 200.000,- bulan selama 24 bulan

3.3 Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian

Pengusahakeluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti: a. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan KPJ Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan b. Surat keterangan kematian dari Rumah sakitKepolisianKelurahan c. SalinanCopy KTPSIM d. SalinanCopy Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku e. Identitas ahli waris photo copy KTPSIM dan Kartu Keluarga f. Surat Keterangan Ahli Waris dari LurahKepala Desa setempat g. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa apabila pengambilan JKM ini dikuasakan NB: BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak. Jika tenaga kerja meninggal dunia setelah non aktif iuran dan tidak melebihi 6 enam bulan maka masih berhak mendapat perlindungan jaminan kematian. Pasal 5 Pembayaran Manfaat Pertanggungan Jaminan kematian dan jaminan kecelakan kerja akan dibayarkan dalam kurun waktu paling lama 7 tujuh hari setelah dokumen dinyatakan lengkap oleh penanggung. Pasal 6 Perubahan Program yang Diikuti dan IdentitasData diri Peserta Jika tertanggung akan melakukan perubahan program yang diikuti dan perubahan identitasdata diri, tertanggung dapat menghubungi jaringan mitra kerjasama BPJS Ketenagakerjaan. Pasal 7 Penyelesaian Sengketa Dalam hal terjadi persengketaan antara penanggung dengan tertanggung, Penerima Manfaat, atau pihak lain yang berkepentingan yang tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah, maka persengketaa tersebut akan diselesaikan secara hukum menurut ketentuan perundangan yang berlaku. Pasal 8 Pengecualian Manfaat pertanggungan tersebut di atas tidak berlaku, jika tertanggung mengajukan klaim untuk kejadian yang terjadi sebelum tertanggung melakukan pembayaran iuran kepesertaan dan tercatat sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pasal 9 Komunikasi Keterangan lain tentang program BPJS Ketenagakerjaan dapat menghubungi: 1. Call Centre BPJS Ketenagakerjaandi nomortelepon 021 500 910 2. Website BPJS Ketenagakerjaan di www.bpjsketenagakerjaan.go.id 3. Facebook BPJS Ketenagakerjaan: www.facebookcombpjstkinfo 4. Twitter BPJS Ketenagakerjaan: bpjstkinfo

BAB V ANALISIS DATA

Dari data yang telah disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian baik melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data yang ada dan fakta yang didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi. Pada penelitian ini penulis melihat keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial khususnya pelaksanaan pasal 6 ayat 2 yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai dari beberapa faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

5.1 Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

5.1.1 Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat 3 tiga hal yang harus diperhatikan yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi. Keputusan kebijakan maupun peraturan harus ditransmisikan kepada pelaksana kebijakan sebelum diimplementasikan kepada target group dengan informasi yang jelas dan konsisten sehingga suatu keputusan dalam bentuk kebijakanperaturan dapat dilaksanakan. Dalam