Sumber Daya Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Indikator Kinerja Tahun 2014 Bobot Target Realisasi Nilai Predikat Peserta Penerima Upah Penambahan Perusahaan Baru 2,00 202 255 2,40 Sehat Sekali Penambahan Tenaga Kerja Baru 8,00 14.150 1.6050 9,60 Sehat Sekali Peserta Bukan Penerima Upah Program JKK, JHT, dan JK 12 Orang Program JKK dan JK 31 Orang Keterangan: JKK : Jaminan Kecelakaan Kerja JHT : Jaminan Hari Tua JK : Jaminan Kematian

5.1.2 Sumber Daya

Diperlukan sumber daya yang memadai untuk mengimplementasikan suatu kebijakan. Sumber daya yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 ini terdiri dari sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan yang mempunyai kemampuan dan keahlian yang mempuni dalam melaksanakan tugas-tugasnya, anggaran yang cukup untuk menopang pelaksanan kebijakan tersebut, fasilitas yang memadai dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas implementator seperti sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, dan informasi mengenai pelaksanaan tugas serta wewenang yang dimiliki atas pelaksanaan kebijakan tersebut. A. Sumber Daya Manusia Staf Ketersediaan sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan ini merupakan hal yang sangat penting. Sumber daya manusia pada penelitian ini merupakan pegawai BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai berjumlah 25 orang yang terdiri dari : No Divisi Kedudukan Jumlah 1 Kepala Kantor Cabang Binjai 1 satu orang 2 Bidang Umum dan SDM Kepala Bidang Umum dan SDM 1 satu orang Penata Madya Umum 1 satu orang Penata Madya SDM 1 satu orang 3 Bidang Pemasaran Kepala Bidang Pemasaran 1 satu orang Penata Madya Administrasi Pemasaran 2 dua orang Relationship Officer 2 dua orang Marketing Officer 3 tiga orang 4 Bidang Pelayanan Kepala Bidang Pelayanan 1 satu orang Penata Madya Pelayanan 2 dua orang Penata Madya Klaim 2 dua orang Costumer Service 3 tiga orang 5 Bidang Keuangan dan TI Kepala Bidang Keuangan dan TI 1 satu orang Penata Madya Keuangan 2 dua orang Penata Madya Teknologi Informasi 2 dua orang JUMLAH 25 dua puluh lima orang Dari hasil wawancara dan data yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa untuk divisi Umum, Pelayanan, serta Keuangan TI sumber daya manusia yang tersedia sudah cukup untuk menjalankan tugas-tugasnya namun bagi divisi Pemasaran sumber daya manusia yang tersedia masih kurang memadai mengingat beban kerja yang terus bertambah. “Untuk divisi Umum, Pelayanan, serta Keuangan TI sumber daya manusia yang tersedia sudah cukup untuk menjalankan tugas-tugasnya namun untuk divisi pemasaran masih sangat kekurangan SDM karena ada beberapa pegawai yang dimutasi, jadi untuk saat ini kita masih menunggu tanbahan pegawai baru dari hasil rekrutmen dengan kualitas yang mempuni.”. kutipan wawancara dengan Bapak Jemi Karter Saat ini staf divisi Pemasaran hanya berjumlah 7 tujuh orang yang melakukan pemasaran peserta penerima upah sekaligus merangkap peserta bukan penerima upah, hal tersebutlah yang membuat divisi pemasaran masih memerlukan tambahan sumber daya manusia namun karena perekrutan pegawai tidak bisa dilakukan dari masing-masing kantor cabang dan harus melalui perekrutan dari pusat menyebabkan proses rekrutmen memerlukan waktu yang lebih lama. Mengingat pentingnya tugas divisi pemasaran sebagai ujung tombak penerimaan peserta baru sudah seharusnya memiliki staf yang lebih banyak untuk bisa menjalankan tugas dan target dari divisi pemasaran namun perlu diketahui bahwa jumlah sumber daya manusia yang banyak tidak serta merta mendorong implementasi suatu kebijkan berjalan dengan baik karena dalam mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, berkomitmen, dan bertanggung jawab sehingga suatu kebijakan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa BPJS ketenagakerjaan Kancab Bijai berhasil mengoptimalkan staf yang ada untuk mencapai target yang telah ditentukan. B. Anggaran Anggaran nasional implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 khususnya pelaksanaan pasal 6 ayat 2 untuk program jaminan sosial ketenagakerjaan telah diatur dalam pasal 41 ayat 1, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Modal awal dari pemerintah, yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 83 Tahun 2013 Tentang Modal Awal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; 2. Hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; 3. Hasil pengembangan aset BPJS; 4. Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; danatau 5. Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk anggaran BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai berasal dari dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan oprasional penyelenggaraan program-program jaminan sosial ketenagakerjaan yang terdiri atas: 1. Laporan Keuangan Tahun 2014 Untuk Peserta Penerima Upah Program Jaminan Sosial Satuan Bobot Target Realisasi Penerimaan Iuran Nilai Predikat Keuangan 31,00 26,33 Kurang Sehat Iuran JHT Rp 10,00 Rp 39.109.328.071,50 Rp 31.551.412.795,60 8,05 Kurang Sehat Iuran JKK Rp 6,00 Rp 5.294.976.815,50 Rp 4.625.673.770,85 5,24 Kurang Sehat Iuran JK Rp 6,00 Rp 2.286.717.889,01 Rp 1.779,956.980,00 4,67 Tidak Sehat Kolektabilitas Penerimaan Iuran 4,00 80,00 76,42 3,82 Sehat Keterangan : Untuk iuran Program JHT dikutip dari iuran peserta sedangkan untuk JKK dan Iuran Program JK dibayarkan oleh perusahan pemberi kerja. 2. Laporan Keuangan Tahun 2014 Untuk Peserta Bukan Penerima Upah Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Realisasi Penerimaan Iuran Iuran Program Jaminan Hari Tua JHT Rp 8.856.800,00 Iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK Rp 7.126.000,00 Iuran Program Jaminan Kematian JK Rp 2.109.000,00 Dari data diatas dapat terlihat bahwa pencapaian penerimaan iuran belum maksimal karena realisasi penerimaan iurannya tidak memenuhi target sehingga keuangannya mendapatkan predikat “kurang sehat” oleh karena itu untuk menanggulangi kekurangan anggaran tersebut dipergunakan dana bantuan pemerintah sebagaimana yang tertulis dalam pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 serta adanya modal awal yang telah dianggarkan dalam Undang-Undang Nomor 83 Tahun 2013 sehingga pelaksanaan kebijakan tersebut masih dapat berjalan dengan lancar. C. Fasilitas Sumber daya lain yang juga sangat penting ialah fasilitas yang mendukung kelancaran dan kesuksesan program jaminan sosial ketenagakerjaan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terlihat bahwa fasilitas yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai cukup memadai. Adanya gedung kantor tempat oprasional kegiatan yang terletak di Jl. Soekarno Hatta No. 469, Km 18, Binjai Timur, tersedinya peralatan kantor yang lengkap, seperti komputer untuk masing-masing staf di tiap divisi sehingga memudahkan kerja pegawai serta tersedianya ruang rapat, loket pelayanan, ruang konsultasi, loket pembayaran iuran, dan ruang tunggu yang nyaman. Dari hasil wawancara diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai memberikan kemudahan pendaftaran dengan fasilitas registrasi online di situs resmi BPJS Ketenagakerjaan yaitu www.bpjsketenagakerjaan.go.id atau di Bank BRI terdekat yang merupakan SPO Service Point Office. BPJS Ketenagakerjaan juga menyediakan Call Center di 1500910 untuk menangani pertanyaan dan keluhan peserta seputar program jaminan sosial ketenagakerjaan. Untuk pembayaran iuran selain langsung melakukan pembayaran di loket yang tersedia disetiap kantor cabang, BPJS Ketenagakerjaan juga menyediakan fasilitas transfer via ATM Anjungan Tunai Mandiri, via E-payment atau juga bisa melakukan pembayaran di Bank BRI, BNI, BCA, Mandiri, Bukopin. Selain itu BPJS Ketenagakerjaan juga menyediakan fasilitas klaim online untuk program jaminan hari tua E-claim sehingga memudahkan peserta program JHT yang ingin mengajukan klaim. Dengan tersedianya fasilitas tersebut membuat proses implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai berjalan dengan baik dan mendukung kinerja implementor dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. D. Informasi Dan Kewenangan 1. Informasi Informasi merupakan sumber daya yang sangat penting dalam suatu kebijakan. informasi terdiri dari dua bentuk, yang pertama informasi yang berkenaan dengan tata cara pelaksanaan suatu kebijakan dan yang kedua informasi mengenai data dalam bentuk peraturan pemerintah. Dari hasil wawancara diketahui bahwa implementor sudah diberikan informasi berupa SOP untuk masing-masing program dan buku panduan yang berisi peraturan terkait pelaksanaan kebijakan tersebut, berikut hasil wawancara dengan informan kunci: “Ya, seluruh pegawai dibekali SOP yang terkait dengan tata cara pelaksanaan program jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan hari tua. Dalam diklat persiapan kerja setiap pegawai telah dibekali materi dan proses bisnis tiap-tiap program tersebut”. kutipan wawancara dengan Bapak Jemi Karter “Dalam melaksanakan tugas saya berpedoman pada peraturan yang ada dan menaati ketentuan yang berlaku”.kutipan wawancara dengan Ibu Adriani Sinaga Bagi peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan juga dibekali buku panduan untuk tenaga kerja mengenai program-program BPJS Ketenagakerjaan dan flyer manfaat dari program-program tersebut. Untuk peraturan-peraturan yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan, peserta dapat melihatnya melauli situs resmi BPJS Ketenagakerjaan di www.bpjsketenaggakerjaaan.go.id Gambar 5.2 D1 Buku Panduan dan Flayer Manfaat Tambahan Gambar 5.2 D1 situs resmi BPJS Ketenagakerjaan Dari hasil observasi yang penulis lakukan terlihat ketidakperdulian peserta terhadap buku panduan serta flyer manfaat tambahan yang diberikan karena mereka lebih sering bertanya ke loket pelayanan, padahal dalam buku panduan tersebut sudah tertera jelas segala persyaratan ataupun ketentuan yang harus dilengkapi peserta untuk pendaftaran, pembayaran iuran, dan klaim manfaat. Disinilah terlihat komitmen implementor yang dengan sigap melayani pertanyaan dari peserta dan pemahaman implementor akan SOP yang ada sehingga dapat mentransmisikan informasi mengenai tata cara dan ketentuan untuk tiap-tiap program kepada peserta yang sesuai dengan kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. 2. Kewenangan Sumber lain yang penting dalam implementasi ialah wewenag otoritas. BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden, status tersebut telah diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 sehingga BPJS Ketenagakerjaan memiliki legitimasi untuk melakukan fungsinya sebagaimana tertera dalam pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Wewenang yang diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai untuk mengimplementasian kebijakan jaminan sosial ketenagakerjaan berperan penting dalam meyakinkan dan menjamin bahwa program yang dilaksanakan dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan yaitu memberikan perlindungan bagi tenaga kerja khususnya yang berada di kota Binjai. Melaui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 kekuatan BPJS Ketenagakerjaan telah dilegitimasi ke publikmasyarakat sebagai implementor jaminan sosial ketenagakerjaan. Atas kewenangan yang diberikan, BPJS Ketenagakerjaan memiliki otoritas untuk menjalankan program jaminan sosial ketenagkerjaan, kewenangan untuk mengatur keuangan, pengadaan staf dan sumber daya lainnya, melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya. Disini terlihat bahwa kewenagan yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai sebagai badan hukum publik dalam melaksanakan program jaminan sosial ketenagakerjaan menjadi suatu landasan kepercayaan bagi tenaga kerja untuk mengikuti kepesertaan program jaminan tersebut terlebih lagi kepesertaannya bersifat wajib sehingga BPJS Ketenagakerjaan dapat mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya. Kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan memperkuat kedudukan BPJS Ketenagakerjaan sebagai badan hukum publik dan juga menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pencapaian target penerimaan kepesertaan baru. Dari hasil wawancara yang dilakukan menunjukan bahwa implementor dalam mengambil keputusan tidak secara sepihak dimana ketika terjadi permasalahankendala maka mereka membawa permasalahan tersebut dalam rapat internal kantor dan kemudian hasil rapat disampaikan kepada dewan direksi yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan BPJS untuk mengambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. “Umumnya konflik yang terjadi dikarenakan beda pemahaman dan selisih pendapat. Konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindari namun bisa di manage dengan baik sehingga konflik tidak semakin parah. Setiap ada kendala maka kami akan membahasnya dalam rapat internal kantor dan kemudian hasil rapat akan disampaikan kepada dewan direksi”. kutipan wawancara dengan Bapak Jemi karter

5.1.3 Disposisi