Kualitatif Kuantitatif Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik 1. Uji Potensi Pada Media Cair Selulosa Agar

Desi Nurmayani : Isolasi Dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik Asal Tanah Gambut Dan Kayu Sedang Melapuk Dalam Mendekomposisikan Kayu, 2007. USU Repository © 2009 Pembahasan I. Isolasi Mikroorganisme Selulolitik Dari sampel kayu dan tanah gambut yang diuji, ditemukan mikroorganisme selulolitik sebanyak 33 isolat yaitu 26 isolat dari kayu 19 jamur, 3 aktinomicetes, 4 bakteri dan 7 isolat dari tanah gambut 4 jamur, 1 aktinomicetes, 2 bakteri. Sutedjo dkk 1996 menyatakan bahwa proses mineralisasi dilakukan oleh berbagai mikroorganisme tanah bakteri, cendawan, aktinomicetes. Perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah tadi disebut proses dekomposisi pembusukanpelapukan atau kadang-kadang disebut mineralisasi. Proses dekomposisi hasilnya sangat membantu tersedianya zat-zat yang merupakan hara bagi tanaman. Jumlah isolat jamur yang ditemukan lebih banyak daripada bakteri dan aktinomicetes . Hal ini disebabkan pengaruh faktor lingkungan, kadar air, aerasi, pH, suhu dan lain-lain. Menurut Sutedjo 1996 cendawan atau jamur berkembang dalam tingkatan reaksi yang lebih luas yaitu pada pH 3,0-9,5 sedangkan bakteri berkembang pada pH 5,0-6,0 dan aktinomicetes berkembang pada pH 5,5-9,5.

II. Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik 1. Uji Potensi Pada Media Cair Selulosa Agar

a. Kualitatif

Dari hasil uji potensi secara kualitatif yang dilakukan dengan selulosa agar+CMC berdasarkan pembentukan gula reduksi secara kualitatif ditemukan bahwa semua isolat menunjukkan hasil positif atau menghasilkan gula reduksi. Dari hasil seleksi tersebut didapat 11 isolat yang berpotensi atau sangat banyak +++ menghasilkan gula reduksi sedangkan yang lainnya menghasilkan gula Desi Nurmayani : Isolasi Dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik Asal Tanah Gambut Dan Kayu Sedang Melapuk Dalam Mendekomposisikan Kayu, 2007. USU Repository © 2009 reduksi yang sedikit. Mikroorganisme yang menghasilkan gula reduksi disebabkan karena terjadinya pemecahan enzimatik selulosa yang sempurna sedangkan yang sedikit menghasilkan gula reduksi disebabkan karena isolat tersebut tidak terjadi pemecahan enzimatik selulosa yang sempurna dimana salah satunya tahapan enzim- enzim selulase terputus atau tidak menghasilkan enzim glocosidase yang berperan penting dalam pemecahan rantai sellubiose menjadi glukosa. Isolat-isolat tersebut diperkirakan memecah selulosa bahan CMC hanya sampai pada tahap menghasilkan rantai-rantai pendek celobiose saja, yang bukan gula pereduksi. Hal ini didukung oleh pendapat Schuller 1980 dalam Cahyono danBachruddin, 1995 bahwa dalam proses perombakan secara enzimatis terjadi dengan adanya enzim selulase sebagai bahan perombak yang mempunyai sifat spesifik untuk menghidrolisis ikatan 1,4-glikosidik dari rantai selulosa dan derivatnya.

b. Kuantitatif

Pemberian isolat uji pada media Selulosa Agar setelah beberapa hari inkubasi yang ditentukan ditemukan bahwa sebagian besar isolat menghasilkan gula reduksi yang lebih besar dari kontrol yang dianggap mampu dan berpotensi, sebaliknya isolat-isolat yang menghasilkan gula reduksi lebih rendah tidak mampu dalam mendegradasi kayu. Rendahnya kadar gula reduksi yang dihasilkan oleh beberapa isolat uji ini, karena bahan selulosa bersifat kristalin sehingga sulit untuk diuraikan, disamping itu isolat-isolat tersebut tidak mmenghasilkan glukosa yang merupakan gula pereduksi sebagai hasil akhir dari degradasi selulosa. Pada masa inkubasi 7 hari isolat telah menunjukkan gula reduksi yang lebih besar dari kontrol, hal ini disebabkan karena sel-sel isolat tersebut Desi Nurmayani : Isolasi Dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik Asal Tanah Gambut Dan Kayu Sedang Melapuk Dalam Mendekomposisikan Kayu, 2007. USU Repository © 2009 mempunyai tingkat pertumbuhan cepat. Hal ini didukung oleh Dwijoseputro 1998 yang menyatakan bahwa pada tingkat pertumbuhan cepat ini isolasi tersebut saat dibiakkan mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi dan isolat- isolat tersebut menghasilkan enzim selulosa secara lengkap. Pada masa inkubasi 14 hari, isolat menunjukkan peningkatan gula reduksi. Isolat-isolat yang menunjukkan peningkatan gula reduksi disebabkan karena sel- sel isolate memasuki pertumbuhan yang konstan. Hal tersebut yang disebabkan karena isolate-isolat tersebut memiliki sel-sel yang telah aktif membelah dan menyesuaikan diri terhadap kondisi pertumbuhan yang baru. Dari semua inkubasi yang dilakukan tampak bahwa isolate-isolat jamur menghasilkan gula reduksi yang rata-rata lebih besar dari isolate bakteri dan aktinomicetes. Hal ini dapat disebabkan karena system enzim selulase pada jamur tidak sama dengan bakteri. Sistem enzim selulase pada jamur merupakan system enzim ekstra seluler yang terbentuk secara genetic, sedang pada bakteri merupakan system enzim periplamik yang terbentuk jika terdapat selulosa, sehingga aktivitas selulolitik dari isolate-isolat jamur lebih tinggi dari isolat bakteri.

III. Uji Potensi Pada Media Kayu