25
SP36, pupuk ZA, pupuk NPK, gromoxone dan tenaga kerja 1 artinya penggunaan input
produksi belum optimal dan harus ditambah lagi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah kegiatan untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi sehingga memberikan hasil maksimal dan berkelanjutan.
Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, pupuk, bibit, dan obat-obatan usaha tani cabai diusahakan sedemikian rupa agar dalam
jumlah tertentu menghasilkan produksi maksimum. Untuk melihat apakah penggunaan faktor produksi sudah efisien atau tidak, diukur dengan analisa fungsi
produksi dengan pendekatan produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi harga. Hasil perkalian efisiensi teknis dan efisiensi harga
menunjukkan efisiensi ekonomi. Dari efisiensi ekonomi dapat diketahui apakah usahatani tersebut sudah optimal atau belum optimal yang berpengaruh terhadap
penerimaan petani. Penerimaan petani dipengaruhi oleh harga jual cabai merah dan akan mempengaruhi besarnya pendapatan. Berdasarkan model teori tersebut,
maka disusun kerangka pemikiran disajikan pada gambar 2.3 berikut :
Universitas Sumatera Utara
26
Keterangan : : Menyatakan Hubungan
: Menyatakan Pengaruh
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani Cabai Merah
Faktor Produksi : A.
Luas Lahan B.
Bibit C.
Tenaga Kerja D.
Pupuk E.
Obat - Obatan
Efisiensi Ekonomi
Harga Jual
Produksi
Pendapatan Penerimaan
Belum Optimal Optimal
Efisiensi Harga Efisiensi Teknik
Universitas Sumatera Utara
27
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh nyata faktor-faktor produksi luas lahan, bibit, tenaga
kerja, pupuk, dan pestisida terhadap hasil produksi usahatani cabai merah
di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo 2.
penggunaan faktor produksi dalam usahatani cabai merah menunjukkan adanya inefisiensi
3. Pendapatan yang diperoleh petani cabai di daerah peneltian lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan dalam usahatani cabai merah
Universitas Sumatera Utara
28
BAB III METODE ANALISIS DATA
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive atau secara sengaja.
Pertimbangan ini didasarkan karena Kecamatan Barusjahe merupakan kecamatan dengan produksi cabai terbesar ketiga di Kabupaten Karo dan Desa Sukanalu
merupakan desa dengan produksi cabai merah terbanyak di Kecamatan tersebut. Dengan produksi tersebut, perlu diteliti apakah penggunaan faktor produksi sudah
efisien atau tidak.
Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah Kecamatan Barusjahe berdasarkan Berdasarkan Desa Tahun 2014
No Desa
Luas Panen ha
Produksi ton
Produktivitas tonha
1 Tanjung Barus
35 420
12,0 2
Barus Julu 21
235,2 11,2
3 Sikab
10 118,0
11,8 4
Penampen 15
168,0 11,2
5 Serdang
20 230,0
11,5 6
Barus Jahe 18
201,6 11,2
7 Tangkidik
15 168,0
11,2 8
Sarimamis 33
379,5 11,5
9 Paribun
20 230,0
11,5 10 Persadanta
12 132,0
11,0 11 Sukajulu
43 473,0
11,0
12 Sukanalu 75
885,0 11,8
13 Bulan Jahe 22
257,4 11,7
14 Bulan Julu 21
245,7 11,7
15 Pertumbuken 32
368,0 11,5
16 Sinaman 25
287,5 11,5
17 Talimbaru 27
315,9 11,7
18 Semangat 41
479,7 11,7
19 Rumamis 42
483,0 11,5
Sumber : BPP Keca ma ta n Ba rusja he,2015
Universitas Sumatera Utara