44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah
Sebelum menguji apakah ada tidaknya pengaruh faktor produksi terhadap produksi tanaman cabai merah dan efisiensi penggunaan input produksi di daerah
penelitian, maka berikut ini diuraikan kondisi nyata penggunaan faktor produksi pada usahatani cabai merah di daerah penelitian.
Tabel 5.1 Rata – Rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Cabai
Merah Per Sekali Musim Tanam Jenis Input
Rata – Rata
Penggunaan
Lahan
0,42 Ha
Bibit
4361,67 Batang
Tenaga Kerja
141 HKP
Pupuk
723,13 Kg
Obat - Obatan
9,9 kg
Sumber : Diola h da ri a na lisis da ta primer ,2015 Bibit yang digunakan petani diperoleh dengan cara dibeli di toko sarana produksi
pertanian dan atau menggunakan hasil panen dari usaha tani cabai merah sebelumnya. Penggunaan bibit di daerah penelitian adalah 1 batang dalam 1 m
2
lahan. Padahal jika dibandingkan dengan ketentuan jarak tanam bibit yang berlaku yaitu 75 cm dalam barisan dan 50 cm antar barisan Tosin dan Nurma, 2010.
Sehingga untuk penggunaan lahan untuk bibit belum sesuai dengan standar.
Di daerah penelitian, pemupukan dilakukan 8-12 kali pemumpukan dalam sekali musim tanam. Pemupukan pertama disebut juga pupuk dasar yaitu sebelum bibit
ditanam dan mulsa dipasang, pemupukan selanjutnya dilakukan ketika tanaman belum menghasilkan serta tanaman sudah menghasilkan. Pupuk dasar hanya
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pupuk alami saja dan atau kombinasi pupuk alami dan kimia. Pupuk alami yang banyak digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.
Sementara pupuk kimia yang digunakan kebanyakan pupuk majemuk, seperti amophos, NPK, urea, Kcl, dll. Menurut Tosin dan Nurma 2010, begitu bedengan
terbentuk maka diberi pupuk kandang berupa kotoran kambing, ayam, sapi, atau pupuk yang sudah matang dengan takaran 1
– 1,5 kgtanaman. Sedangkan penggunaan pupuk kimia menurut Agromeda 2008 seperti Za 650 kg, urea 250
kg, TSPSP 36 500 kg, KCl 400 kg, dan borat 18 kg per satu hektare. Dosis yang digunakan adalah 200 gram untuk tiap 75 cm panjang bedengan.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan pestisida sejak tanaman cabai merah berusia 2-3 minggu hingga tanaman
menghasilkan. Penyemprotan pestisida dilakukan 5 hari sampai 7 hari dalam sekali penyemprotan tergantung cuaca dan hama penyakit yang muncul.
Penyemprotan dilakukan dengan sprayer gendong berkapasitas 10 – 12 liter atau
pompa mesin. Rata – rata penggunaan pestisida responden didaerah penelitian
adalah 9,9 kg MT yang terdiri dari fungisida, herbisida, dan insektisida. Penggunaan pestisida kimia harus disesuaikan dengan benar , baik pemilihan
jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval, dan waktu aplikasinya. Tenaga kerja di daerah penelitian digunakan untuk mempersiapkan lahan dan
penanaman, pemasangan mulsa serta tali dan ajir, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, hingga panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah TKDK
Tenaga Kerja dalam Keluarga dan TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga paling banyak digunakan ketika masa
panen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam usahatani cabai merah di daerah penelitian, dari 60 petani responden masih terdapat beberapa yang tidak memasang bedeng, tali dan ajir, dan bahkan mulsa
plastik. Menurut Agromedia 2008, pemasangan mulsa plastik hitam perak atau jerami dapat menghambat atau memutus siklus hidup kutu daun, terutama untuk
penanaman cabai di dataran menengah hingga tinggi.
5.2. Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Usahatani Cabai Merah 5.2.1 Uji Asumsi Klasik