xxx
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Nifedipin BPFI
Sejumlah lebih kurang 25 mg nifedipin BPFI ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan metanol lalu
dicukupkan sampai garis tanda dengan metanol dan dikocok homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcgml, larutan ini disebut larutan
induk baku LIB I. Dari larutan ini dipipet 5 ml masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh
konsentrasi 50 mcgml LIB II
3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Dipipet 3,5 ml dari larutan induk baku LIB II 50 mcgml masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda 7
mcgml. Lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 7 mcgml. Kemudian ukur serapan pada panjang gelombang 200-400
nm hasil dapat dilihat pada halaman 11.
3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan induk baku II BPFI 50 mcgml 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 dan 6,0 ml, masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, tambahkan metanol
sampai garis tanda. Lalu dikocok sampai homogen. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 4; 6; 8; 10; 12 mcgml. Kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dan sebagai blangko digunakan metanol hasil dapat dilihat pada halaman 13.
xxxi
3.4.4 Penentuan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet
Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 20 mg nifedipin Penimbangan serbuk sebanyak 6
kali perlakuan, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Lalu ditambahkan 5 ml metanol, kocok dan encerkan dengan metanol sampai garis tanda. Kemudian
disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang.. Dipipet 2 ml filtrat, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan kocok
homogen. Kemudian dipipet 3,5 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, kocok homogen dan
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh hasil dapat dilihat pada Tabel 3, halaman 14
3.4.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
3.4.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali
Recovery
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku Standard Addition Method yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan
rentang spesifik 80, 100 dan 120, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70 analit sampel dan 30
baku pembanding, kemudian dianalisa dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel hasil dapat dilihat pada Tabel 4, halaman 15.
Persen perolehan kembali recovery dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Recovery =
C B
A −
x 100
xxxii Keterangan :
A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku
C = konsentrasi baku yang ditambahkan
3.4.5.2 Uji Presisi
Uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter RSD Relative Standard Deviasi dengan rumus :
RSD =
100 x
X SD
Keterangan : RSD = Relative Standard Deviasi
SD = Standard Deviasi X = Kadar Rata-rata Nifedipin dalam Sampel
WHO, 1992; Indrayanto dan Yuwono, 2003.
3.4.5.3 Penentuan Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Untuk menentukan batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dapat digunakan rumus :
SB = 2
2
− −
n Yi
Y
LOD = Slope
xSB 3
LOQ = Slope
xSB 10
xxxiii Keterangan :
SB = Simpangan Baku
LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi
3.4.6 Analisis Data secara Statistik
untuk menghing Standar deviasi SD digunakan rumus :
1
2
− −
=
∑
n Xi
X SD
Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus seperti dibawah ini :
t = n
SD X
X −
=
Dasar penolakan data jika t
hitung
≥ t
tabel
dan bila t
hitung
mempunyai nilai negatif, ditolak jika t
hitung
≤ - t
tabel.
Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99 persen, dengan derajat kebebasan dk = n – 1, digunakan rumus:
µ = X ± t
1-12 dk
x n
SD
xxxiv Keterangan:
µ = interval kepercayaan X = kadar rata – rata sampel
X = kadar sampel t
= harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 = tingkat kepercayaan
dk = derajat kebebasan SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan
xxxv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Moffat 2004, nifedipin mempunyai spektrum serapan maksimum pada daerah ultraviolet dalam larutan asam pada panjang gelombang
235 nm A
1 1
= 595 b dan 338 nm A
1 1
= 195 b. Menurut Merck Indeks 2001 , dalam larutan asam memberikan spektrum serapan maksimum pada panjang
gelombang 235 nm = 20600 dan 338 nm = 5740, dalam larutan basa pada
panjang gelombang 238 nm = 20600 dan 340 nm = 5740 dan dalam metanol pada panjang gelombang 235 nm
= 21590 dan 340 nm = 5010. Dari data kedua literatur diatas kemungkinan nifedipin dapat ditetapkan kadarnya
secara spektrofotometri ultraviolet. Dalam penelitian ini digunakan pelarut metanol, karena dari hasil orientasi dalam larutan asam diperoleh larutan yang
kurang jernih. Adapun alasan peneliti memilih panjang gelombang 235 nm untuk
pengukuran karena panjang gelombang tersebut nifedipin memiliki nilai absorptivitas molar
yang lebih besar daripada panjang gelombang 334 nm. Holme dan Peck 1983 menyatakan bahwa dengan nilai absorptivitas yang besar
maka pengukuran dapat dilakukan pada konsentrasi yang rendah, sehingga sensitivitas maksimum dari metode ini dapat tercapai.
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Nifedipin BPFI
Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode Spektrofotometri ultraviolet terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang