Skrining Fitokimia Ekstraksi TINJAUAN PUSTAKA

Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.1.5 Kandungan Kimia

Tumbuhan tempuyung mengandung alfa-lactuserol, beta-lactuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoida dan taraksasterol Sulaksana, dkk., 2004.

2.2 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa organik, oleh karena itu skrining terutama ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloida, glikosida, flavonoida, terpenoida, tanin dan lain-lain. Pada penelitian tumbuhan, untuk aktivitas biologi atau senyawa yang bermanfaat dalam pengobatan, satu atau lebih konstituen yang mempunyai respon farmakologi perlu diisolasi. Oleh karena itu pemeriksaan fitokimia, teknik skrining dapat membantu langkah-langkah fitofarmakologi yaitu melalui seleksi awal dari pemeriksaan tumbuhan tersebut untuk membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut yang dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya Farnsworth, 1996. Hasil skrining fitokimia dari daun tempuyung menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoida, glikosida, steroidatriterpenoida. 2.3 Uraian Kimia 2.3.1 Alkaloida Alkaloida berasal dari dua suku kata yaitu “Alkali” yang berarti basa dan “oid” yang berarti mirip sehingga pengertian alkaloida adalah senyawa yang mengandung nitrogen bersifat basa dan mempunyai aktivitas farmakologis. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Alkaloida pada umumnya merupakan senyawa padat, berbentuk kristal atau amorf, tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit. Dalam bentuk bebas alkaloida merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Untuk identifikasi biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan pereaksi yang dapat membentuk endapan dengan alkaloida, misalnya pereaksi Meyer, Dragendorff dan lain-lain Rusdi, 1998. Tidak satupun istilah “Alkaloida” yang memuaskan, tetapi pada umumnya alkaloida mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya, sebagai gabungan dari sistem siklik. Alkaloida merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol dan digunakan secara luas dalam bidang pengobatan Harborne, 1987.

2.3.2 Glikosida

Glikosida adalah komponen yang menghasilkan satu atau lebih gula jika dihidrolisis. Komponen non gula disebut aglikon, komponen gulanya disebut glikon Tyler, dkk., 1976. Berdasarkan atom penghubung bagian gula glikon dan bukan gula aglikon, maka glikosida dapat dibedakan menjadi: 1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 2. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 3. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 4. S-glikosida, jika atom S menghubungkan bagian glikon dan aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah glukosa Robinson, 1995; Tyler, dkk., 1976. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.3.3 Flavonoida

Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar, mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, terutama dalam konfigurasi C 6 - C 3 -C 6 artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C 6 cincin benzene tersubstitusi yang dihubungkan oleh alifatis tiga karbon. Gambar 1. Struktur Dasar Flavonoida Flavonoida mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai Angiospermae. Sebagai pigmen bunga, flavonoida berperan jelas menarik perhatian burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida yang lain adalah: pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja mikroba dan antivirus. Flavonoida dalam tubuh bertindak menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin. Hal ini disebabkan karena flavonoida merupakan senyawa pereduksi yang baik sehingga akan menghambat reaksi oksidasi Robinson, 1995.

2.3.4 SteroidaTriterpenoida

Inti steroida sama dengan inti triterpenoida tetrasiklik. Steroida alkohol biasanya dinamakan dengan “Sterol,” tetapi karena praktis semua steroida tumbuhan berupa alkohol seringkali semuanya disebuat “Sterol.” Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. sterol terutama dianggap sebagai senyawa hormon kelamin asam empedu, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Harborne, 1987; Robinson, 1995. Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan optis aktif. Identifikasi dengan pereaksi Lieberman-Burchard asetat anhidrida + H 2 SO 4 pekat menunjukkan triterpenoida dan steroida memberikan warna hijau biru Harborne, 1987.

2.3.5 Saponin

Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun bahasa Latin “Sapo” berarti Sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoida dan glikosida struktur steroida tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim Robinson, 1995.

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara penyarian terhadap simplisia dengan menggunakan suatu penyari tertentu. Cara pengekstraksian yang tepat tergantung pada jenis senyawa yang diisolasi dan pelarut yang digunakan. Untuk Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. mengekstraksi senyawa yang terdapat dalam tumbuhan terlebih dahulu enzimnya diinaktifkan dengan mengeringkan bagian tumbuhan yang diambil sebelum diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi dan sokletasi. Sebagai cairan penyari dapat dipakai air, eter, heksana dan alkohol. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Metode ini dilakukan bila jaringan tumbuhan lunak dan konstituen kimia yang dikandungnya tidak tahan pemanasan. Sokletasi dilakukan dengan menggunakan cairan penyari yang panas terus- menerus, ekstraksi dianggap selesai bila tetesan pelarut tidak berwarna lagi. Ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan alat soklet untuk kandungan kimia yang tahan pemanasan dan hanya dapat dipergunakan untuk simplisia tumbuhan dalam jumlah kecil oleh karena keterbatasan daya tampung dari alat soklet tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang berulang - ulang Harborne, 1987. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dengan cairan penyari dan perkolasi dianggap selesai apabila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap pereaksi tertentu. Cairan penyari yang dialirkan secara terus-menerus dari atas akan mengalir turun secara lambat melalui simplisia Brain dan Turner, 1975.

2.5 Radang Inflamasi