Panas Kalor Rasa Sakit Dolor Pembengkakan Tumor Karagenan

Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh-pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti histamin Price dan Wilson, 1995.

b. Panas Kalor

Panas atau kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan. Panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh yakni kulit. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah dengan suhu 37 o C yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena radang lebih banyak disalurkan dari pada ke daerah normal Price dan Wilson, 1995.

c. Rasa Sakit Dolor

Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf, pengeluaran zat kimia tertentu misalnya mediator histamin atau pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit Price dan Wilson, 1995.

d. Pembengkakan Tumor

Gejala yang paling menyolok dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. cedera. Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin, yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein dari pada biasanya yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk kedalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak Price dan Wilson, 1995.

e. Perubahan Fungsi Fungsio Laesa

Gangguan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan Price dan Wilson, 1995. 2.5.2 Mekanisme Terjadinya Radang Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya zat kimia tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang tersebut, diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin dan prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran darah yang lambat, sel darah merah akan menggumpal, akibatnya sel darah putih terdesak kepinggir, makin lambat aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding pembuluh darah makin lama makin banyak. Perubahan Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai penyebab radang, prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator lainnya Mansjoer, 1999. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Enzim lipooksigenase Siklooksigenase Mekanisme terjadinya inflamasi ditunjukkan pada gambar 3 berikut: Gambar 3. Bagan mekanisme terjadinya inflamasi Katzung, 2002. Rangsangan Kerusakan membran sel Fosfolipida Asam Arachidonat Fosfolipase Endoperoksida Hidroperoksida Leukotrin LTB 4 LTC 4 D 4 E Aktraksi aktifasi fagosit Perubahan permeabilitas vaskuler, kontriksi bronkial, peningkatan sekresi Prostaglandin Tromboksan Inflamasi Modulasi Leukosit Prostasiklin Inflamasi Bronkospasme, kongesti, penyumbatan mukus Kortikosteroida Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada dalam fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan maka enzim fosfolifase diaktivasi untuk mengubah fosfolipid tersebut menjadi asam arakhidonat, kemudian sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase atau COX dan seterusnya menjadi prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan. Bagian lain dari asam arakhidonat diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi leukotrin. Siklooksigenase terdiri dari dua iso enzim, COX 1 dan COX 2. Iso enzim COX 1 terdapat kebayakan di jaringan seperti di ginjal, paru-paru, platelet dan saluran cerna sedangkan COX 2 tidak terdapat dijaringan, tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Leukotrin yang dibentuk melalui alur lipooksigenase yaitu LTA 4 yang tidak stabil yang kemudian oleh hidrolase diubah menjadi LTB 4 atau LTC 4, yang terakhir bisa diubah menjadi LTD 4 dan LTE 4 , selain pada rema, leukotrin juga berperan pada proses peradangan dan alergi pada asma. Leukotrin dibentuk digranulosit eosinofil dan berkhasiat sebagai vasokonstriksi di bronkhus dan mukosa lambung. Khusus LTB 4 disintesa di makrofag dan bekerja menstimulasi migrasi leukosit. Mediator-mediator ini dinamakan slow reacting substance of anaphylaxis SRS-A Tjay, 2002. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.5.3 Mediator Peradangan

Substansi yang dikeluarkan secara endogen sebagai respon terhadap peradangan dikenal dengan nama Mediator. Mediator-mediator tersebut adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin dan leukotrin. Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Histamin bekerja pada dua reseptor yang berbeda yang disebut reseptor H 1 dan reseptor H 2 . Stimulasi reseptor H 1 menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah besar, kontraksi otot bronkhus, otot usus dan otot uterus. Stimulasi reseptor H 2 menyebabkan dilatasi pembuluh paru-paru, meningkatkan frekuensi jantung dan kenaikan kontraktilitas jantung serta kenaikan sekresi kelenjar terutama dalam mukosa lambung. Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit dan dalam saluran cerna. Histamin akan dibebaskan dari sel-sel pada reaksi hipersensitivitas, rusaknya sel misalnya pada luka serta akibat senyawa kimia pembebas histamin. Bradikidin dan kalidin merupakan mediator yang dapat bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin. Serotonin 5-HT berasal dari asam amino esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan di beberapa bagian otak. Pada trombosit berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis Mutschler, 1999. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Prostaglandin hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau radang. Prostglandin sebagai penyebab radang bekerja lemah, namun berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lainnya yang dibebaskan secara lokal, seperti histamin, serotonin dan leukotrin. Prostaglandin dapat menimbulkan vasodilatasi, dan meningkatkan aliran darah lokal Ganiswarna, 1995.

2.6 Obat-obat Antiradang

Obat-obat antiradang adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau merangsang peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit kedaerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiradang dibagi menjadi dua golongan utama yaitu:

2.6.1 Obat-obat Antiradang Golongan Steroida Glukokortikoid

Efek glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakhidonat dan metabolitnya seperti prostaglandin PG, leukotrin LT, prostasiklin dan tromboksan. Glukokortikoid dapat memblok jalur sikolooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan NSAID non-steroida antiinflamatory drugs hanya memblok jalur siklooksigenase. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Efek glukokortikoid pada arthritis rheumatoid bersifat segera. Contoh senyawa yang termasuk golongan ini adalah Hidrokortison, Prednisolon, Betametason, Triamsinolon, dan sebagainya Katzung, 2001.

2.6.2 Obat-obat Antiradang Golongan Non Steroida

Non-steroid antiinflamatory drugs NSAID merupakan obat-obat “seperti aspirin” yang menghambat sintesa prostaglandin. Obat-obat ini mempunyai efek analgetik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipkai sebagai agen antiradang untuk meredakan radang dan nyeri. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak pada enzim lipooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi terganggu yang mengakibatkan terhambatanya pelepasan mediator nyeri seperti prostaglandin, tromboksan. Ketika memberikan NSAID untuk mengatasi nyeri, dosisnya biasanya lebih tinggi daripada untuk pengobatan radang. Efek antipiretiknya tidak sekuat dari efek antiradangnya. Kecuali aspirin, preparat-preparat NSAID tidak dianjurkan pemakaiannya untuk meredakan sakit kepala yang ringan dan demam. Oleh karena itu NSAID lebih cocok untuk mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi-sendi Kee dan Evelyn, 1996. Obat-obat antiinflamasi non steroida NSAID merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase. Aspirin adalah prototipe dari grup ini yang paling umum digunakan Mycek, 2001. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009. Obat antiinflamasi non steroida NSAID terdiri dari: 1. Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflunsial, sulfasalazin, olsalazin. 2. Turunan para aminofenol, contoh: asetaminofen 3. Turunan indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin, sulindak, etodolak 4. Turunan heteroaril asetat, contoh: Tolmetin, diklofenak, ketorolak 5. Turunan asam arilpropionat contoh: ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen dan sebagainya 6. Turunan asam antranilat fenamat contoh: asam mefenamat, asam meklofenamat 7. Turunan asam enolat, contoh: oksikam piroksikam, tenoksikam, pirazolidin fenilbutazon, oksifentatrazon 8. Turunan alkanon, contoh: Nabumeton Goodman, 1996. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.7 Indometasin Rumus bangun:

Gambar 4. Rumus Indometasin. Rumus molekul : C 19 H 16 ClNO 4 Nama Kimia : Asam 1-p-klorbenzoil-5-metoksi-2-metil-indola-3-asetat Pemerian : Serbuk hablur, polimorf, berwarna kuning pucat hingga kuning kecoklatan, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Peka terhadap cahaya; melebur pada suhu ±162 o C Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, kloroform dan eter Anonim, 1995b Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.7.1 Farmakologi

Obat-obat antiradang antiinflamasi telah lama memegang peranan penting dalam terapi penyakit radang. Pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa indometasin menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam pembentukan prostaglandin. Prostaglandin merupakan salah satu mediator kimia yang dilepaskan selama terjadi peradangan. Dengan dihambatanya enzim siklooksigenase maka konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu dengan demikian terjadi pengurangan nyeri. Indometasin mampu meringankan gejala peradangan, tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Obat ini hanya mampu menekan radang yang ditandai dengan penurunan demam, pengurangan bengkak, pengurangan rasa sakit dan nyeri. Indometasin diserap dengan cepat, kadar maksimum dalam darah dicapai rata-rata 2,5 jam setelah obat diberikan secara oral. Sekitar 90 indometasin berikatan dengan protein plasma. Metabolisme terjadi dihati, indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan empedu Tjay, 2002. Indometasin digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, gout dan osteoarthritis, tapi penggunaannya dibatasi karena bersifat toksik. Efek samping indometasin pada dosis terapi meliputi gangguan saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, ulser, pendarahan lambung dan pankreatitis. Juga menyebabkan pusing, depresi, rasa bingung, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan pada anak- anak, wanita hamil, penderita gangguan psikiatri dan penderita penyakit lambung Ganiswara, 1995. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

2.8 Karagenan

Karagenan merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari rumput laut merah Irlandia Chondrus crispus. Karagenan terbagi atas tiga 3 fraksi, yaitu kappa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karagenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa karagenan mengandung 25-30, iota karagenan 28-35, dan lamda karagenan 32-39. Larut dalam air panas 70 o C, air dingin, susu, dan dalam larutan gula, sehingga sering digunakan sebagai pengentalpenstabil pada berbagai makananminuman Anonim, 2002. Kappa karagenan Kappa karagenan berasal dari spesies Euchema cottonii, Euchema striatum, Euchema speciosum. Bahan ini larut dalam air panas. Kappa karagenan mengekstraksi D-galaktosa yang mengandung 6 ester sulfat dan 3,6-anhidro-D- galaktosa yang mengandung 2 ester sulfat Anonim, 2002. Iota karagenan Iota karagenan berasal dari spesies Euchema spinosum, Euchema isiforme, dan Euchema uncinatum. Bahan ini larut dalam air dingin. Iota karagenan mengekstraksi D-galaktosa yang mengandung 4 ester sulfat dan 3,6- anhidro-D- galaktosa yang mengandung 2 ester sulfat Anonim, 2002. Lambda karagenanLambda karagenan berasal dari genus Chondrus dan Gigartina. Lamda karagenan larut dalam air dingin. Berbeda dengan kappa- karagenan dan iota karagenan, lambda karagenan memiliki disulfat-D-Galaktosa Anonim, 2002 Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Sonchus arvensis L. Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan sampel, pengumpulan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol dengan cara maserasi, pemeriksaan pendahuluan dan pengujian efek antiinflamasi dengan metode eksperimental di laboratorium. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, alat penguap vakum putar rotary evaporator Heidolph v-2000, alat pengering beku freeze dryer Modulyo Edward, Serial No: 3985, blender National, inkubator Gallenkamp, jarum suntik, kertas saring, lumpang dan alu, Neraca analitik Vibra, Neraca Hewan GW-1500, oral sonde tikus, penangas air, pletismometer Ugo Basile cat No.7140.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tempuyung, bahan kimia yang digunakan, asam asetat, asam klorida, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, besi III klorida, bismut nitrat, etanol 96hasil destilasi, n-heksan, indometasin Aceto, iodium, isopropanol, lambda karagenan Sigma, kalium iodida, karboksi metil seluluosa CMC, kloroform, merkuri II klorida, serbuk magnesium, natrium hidroksida, timbal II asetat, serbuk seng. Dan air suling.