Machali 2000: 5 mengutarakan bahwa Catford 1965 menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannya
sebagai “the replacement of textual material in one languageSL by eguivalent textual material in another language TL” mengganti bahan teks dalam bahasa
sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark 1988 juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi : “rendering the meaning
of a text into another language in the way that the author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
dimaksudkan pengarang.
Menurut Brislin dalam Nababan 2003: 19 mengatakan bahwa penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada pengalihan pikiran atau
gagasan dari suatu bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dari beberapa definisi di atas, penulis lebih sependapat dengan definisi
Newmark, tanpa menafikan definisi para ahli yang lain. Berikut alasan penulis memilih definisi Newmark :
¬ Bahwa penerjemahan merupakan proses pengalihan makna dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
¬ Penerjemahan harus lebih ditekankan kepada apa yang dimaksudkan penulis awal dengan mempertimbangkan makna teks tersebut.
2.2. Teori Terjemahan
Berikut pemaparan prinsip penerjemah menurut Machali 2000: 114: “Sebagai prinsip dasar perlu diingat bahwa karya terjemahan adalah karya yang
bersifat “rekreatif
ヴもゅゼルま
Insy `iyyun”, yaitu menyampaikan kembali recreate maksud dan tulisan orang lain dalam bahasa lain
フギヰャや るピャ
Lugatu Al-Hadafu. Jadi, seorang penerjemah tidak dapat bersikap seolah-olah karangan
itu adalah karya “kreatif
ヵケゅムわよま
`Ibtik riyyun” atau penciptaan tangan pertama, sehingga berhak mengubah maksud aslinya”.
Dari apa yang diutarakan Machali di atas, sesuai dengan apa yang ditekankan oleh Newmark dalam proses penerjemahan. Di mana seorang
penerjemah harus betul-betul memperhatikan apa yang dimaksudkan oleh pengarang. Di sinilah diuji sejauh mana keahlian penerjemah menyampaikan apa
Aswin Effendi Lubis : Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair, 2007 USU e-Repository © 2009
yang dimaksudkan pengarang melalui bahasa sasaran yang digunakan pengarang. Keberhasilan penerjemahan juga tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki
oleh penerjemah tersebut, baik pengetahuan yang didapat secara formal maupun nonformal.
Muhammad 1991: 8-9 menyebutkan tiga faktor yang menyebabkan terdapat berbagai jenis terjemahan:
a. Jenis teks yang diterjemah. b. Tujuan atau maksud penulis asal dan penerjemah.
c. Jenis pembaca terjemahan. Sedangkan Nababan 2003: 29 menjelaskan secara lebih luas lagi faktor-
faktor yang menyebabkan adanya berbagai jenis penerjemahan, yakni: a. Adanya perbedaan antara sistem bahasa sumber dengan bahasa
sasaran. b. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan.
c. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. d. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks.
Dari penjelasan di atas jelaslah, bahwa dalam menerjemahkan suatu teks seorang penerjemah terkadang menggunakan lebih dari satu teori. Karena
keberagaman teori penerjemahan ini, Nababan 2003: 16 mengatakan keterampilan dan kejelian penerjemah dalam menerapkan teori penerjemahan
akan menentukan keberhailan terjemahannya. Pemahamannya terhadap konsep umum teori penerjemahan adalah penting dan bermanfaat baginya.
2.3. Pembagian Terjemahan