Pembagian Terjemahan TINJAUAN PUSTAKA

yang dimaksudkan pengarang melalui bahasa sasaran yang digunakan pengarang. Keberhasilan penerjemahan juga tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki oleh penerjemah tersebut, baik pengetahuan yang didapat secara formal maupun nonformal. Muhammad 1991: 8-9 menyebutkan tiga faktor yang menyebabkan terdapat berbagai jenis terjemahan: a. Jenis teks yang diterjemah. b. Tujuan atau maksud penulis asal dan penerjemah. c. Jenis pembaca terjemahan. Sedangkan Nababan 2003: 29 menjelaskan secara lebih luas lagi faktor- faktor yang menyebabkan adanya berbagai jenis penerjemahan, yakni: a. Adanya perbedaan antara sistem bahasa sumber dengan bahasa sasaran. b. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan. c. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. d. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks. Dari penjelasan di atas jelaslah, bahwa dalam menerjemahkan suatu teks seorang penerjemah terkadang menggunakan lebih dari satu teori. Karena keberagaman teori penerjemahan ini, Nababan 2003: 16 mengatakan keterampilan dan kejelian penerjemah dalam menerapkan teori penerjemahan akan menentukan keberhailan terjemahannya. Pemahamannya terhadap konsep umum teori penerjemahan adalah penting dan bermanfaat baginya.

2.3. Pembagian Terjemahan

Robert Lado Yusuf, 1994: 14-16 membagi terjemah tulisan menjadi dua jenis, yakni terjemah faktual ボΒボェ るΒ るヨィゲゎ Tarjamatu Haq qiyyati dan terjemah kesenisastraan よキΙや リヘャや ヴ るヨィゲゎ Tarjamatu Al-Fanni Al-Adabi. Terjemah faktual adalah jenis terjemah yang mengalihkan seperangkat informasi faktual satu bahasa dengan padanannya di dalam bahasa lainnya. Terjemahan Aswin Effendi Lubis : Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair, 2007 USU e-Repository © 2009 Secara lebih luas lagi, Roman Jakobson dalam Yusuf, 1994: 18-19 membagi kegiatan terjemah ini ke dalam tiga kelas : a. Terjemahan Intralingual るΒヤエヨャや るピヤャや るヨィゲゎ Tarjamatu Al-Lugati Al-Mahalliyati. Penerjemahan ini adalah penerjemahan yang dikerjakan di dalam dan berkenaan dengan satu bahasa tertentu, yakni penerjemahan variasi – variasi bahasa yang terdapat di dalam bahasa tersebut. b. Terjemah Interlingual るΒャヱギャや るピヤャや るヨィゲゎ Tarjamatu Al-Lugati Al- Dawliyyati. Pada penerjemahan interlingual terjadi pengalihan pesan yang terdapat pada suatu bahasa asing dengan padanan terjemahnya di dalam bahasa lainnya yang sama sekali berbeda sifat, karakter, dan strukturnya. c. Terjemah Intersemiotik るΑヲピヤャや コヲョゲャや るヨィゲゎ Tarjamatu Al- Rum zi Al-Lugawiyyati. Pada penerjemahan intersemiotik terjadi pemindahan pesan dari suatu bentuk sistem simbol atau sistem tanda ke dalam suatu bahasa atau ke dalam bentuk lainnya. Newmark 1988 dalam buku Machali mengajukan dua kelompok metode penerjemahan, yaitu 1 metode yamg memberikan penekanan terhadap bahasa sumber BSu ケギダヨャや るピャ Lugatu Al-Masdari; 2 metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran BSa フギヰャや るピャ Lugatu Al-Hadafi. Sebelumnya penulis terlebih dahulu memberikan keterangan mengenai maksud bahasa sumber dan bahasa sasaran, yakni bahasa sumber merupakan bahasa yang digunakan oleh pengguna bahasa pertama dan bahasa sasaran adalah bahasa tujuan yang ingin dicapai diganti oleh penerjemah. Dalam hal ini penulis tidak menjabarkan secara terperinci pembagian dari kedua kelompok metode penerjemahan yang diutarakan Newmark di atas. Namun, penulis hanya akan menjabarkan pengertian dari kelompok metode yang menekankan terhadap bahasa sasaran. Karena penelitian ini lebih dicondongkan kepada metode Newmark dengan penekanan terhadap bahasa sasaran. Penjabaran pembagian ini dimaksudkan sebagai hipotesa atas metode yang digunakan. Aswin Effendi Lubis : Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair, 2007 USU e-Repository © 2009 Namun, sebelumnya penulis akan menguraikan penjelasan tentang pengelompokan metode penerjemahan yang diuraikan oleh Newmark, sebagaimana yang diterangkan oleh Machali 2000: 49 berikut ini : “Perbedaan dasar pada kedua metode di atas terletak pada penekanannya saja, dan di luar perbedaan ini keduanya saling berbagi permasalahan. Keberbagian ini menyangkut 1 maksud atau tujuan dalam sebuah teks BSu sebagaimana tercermin pada fungsi teks ゾレャや Al-Na şşun, yakni apakah fungsi teks itu untuk memaparkan, menceritakan, mengajukan argumentasi. Yang tercakupi di sini adalah misalnya maksud penulis, peranti bahasa digunakan menyampaikan maksud tersebut, dsb.; 2 tujuan penerjemah, apakah ia ingin mereproduksi beban emosional dan persuasif ボヨャや ノレ Al-Muqni’un dari teks aslinya ataukah ia ingin menambahkan atau mengurangi ‘nuansa’ tertentu, dan sebagainya; 3 pembaca dan latar atas setting teks, misalnya menyangkut tentang siapa pembacanya, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, serta apakah pembaca tersebut khalayak ramai ataukah para ahli. Penjelasan di atas dapat membantu dalam memahami tujuan pengelompokan yang dilakukan oleh Newmark. Berdasarkan dari penjelasan Machali di atas penulis hanya akan menguraikan metode-metode penerjemah yang memberikan penekanan kepada bahasa sasaran BSa. Namun, sebelum itu ada baiknya penulis menguraikan pembagian metode penerjemahan yang melakukan penekanan terhadap bahasa sumber. Yakni, penerjemahan kata-demi-kata るヨィゲゎ れゅヨヤムヤャ Tarjamatu Lilkalim ti, penerjemahan harfiah るΒプゲエャや るヨィゲわャや Al- Tarjamatu Al-Harfiyatu, penerjemahan setia るΒプヲャや るヨィゲわャや Al-Tarjamatu Al- Wafiyyatu, dan penerjemahan semantis るΒャΙギャや るヨィゲわャや Al-Tarjamatu Al- Dalaliyyatu. Dan penerjemahan yang penekanannya pada bahasa sasaran adalah sebagaimana yang diuraikan Newmark 1988 dalam buku Machali 2000: 53, yakni sebagai berikut : 1 Adaptasi ャや ブΒΒムわ Al-Taky fu Adaptasi merupakan penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu メヱΕや ゾレャや Al-na şşu Al- `Awwalu, misalnya tema, karakter atau alur. Tetapi dalam penerjemahan, Aswin Effendi Lubis : Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair, 2007 USU e-Repository © 2009 2 Penerjemahan bebas るヨィゲゎ りゲェ Tarjamatu Hurratin Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering dipakai di kalangan media massa. るΒェΚトタま るヨィゲゎ Tarjamatu I ş il hiyatin 3 Penerjemahan idiomatik Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi わャや ブΑゲエ Al-Tahr fu nuansa makna. るΒャゅダゎや るヨィゲゎ Tarjamatu Itti ş liyatin 4 Penerjemahan komunikatif Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya langsung berterima. Sesuai dengan namanya, metode ini mempertahankan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-prinsip di atas. Dalam hal ini, penulis lebih banyak menemukan metode penerjemah ini digunakan oleh penerjemah. Berdasarkan beberapa metode di atas, penulis akan menganalisis metode yang digunakan oleh penerjemah novel ゲヰレャや ¬やケヱ ゅョ M War `a Al-Nahri sehingga menambah pengetahuanwawasan penulis dalam ilmu penerjemahan. Aswin Effendi Lubis : Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair, 2007 USU e-Repository © 2009

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN