Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal Terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Pematangsiantar
SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN ALOKASI BELANJA MODAL TERHADAP PENINGKATAN POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KOTA
PEMATANGSIANTAR
OLEH
DWIE ARNA SARAGIH 090503127
PROGRAM STUDI AKUNTANSI STRATA-1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal Terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Pematangsiantar” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2013
NIM:090503127 Dwie Arna Saragih
(3)
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN ALOKASI BELANJA MODAL TERHADAP PENINGKATAN POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KOTA
PEMATANGSIANTAR
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Alokasi Belanja Modal berpengaruh terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Belanja Modal sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 40 SKPD kota Pematangsiantar dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 SKPD sebagai sampel dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada kota Pematangsiantar. Hal ini dapat dijelaskan dalam Adjusted R2 sebesar 6,8% variabel Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Belanja Modal. Sisanya sebesar 93,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
(4)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ALLOCATED CAPITAL EXPENDITURE TO THE INCREASE OF STATE REVENUE POTENCY IN PEMATANGSIANTAR
The purpose of this research is to know and to analyze if allocated capital expenditure influence to the increase of state revenue potency.
The analysis method used in this research is quantitative method using the simple linier regression and classic assumption test before get the best research method. The independent variable is capital expenditure and the dependent variable is state revenue. The total samples are 14 SKPD in Pematangsiantar which taken by using purposive sampling from 40 SKPD in 2009 until 2012.
The result confirms that capital expenditure is not significantly influence to state revenue in Pematangsiantar. It can be explained with Adjusted R2 value which 6,8% state revenue variable can be explained by capital expenditure as independent variable. The another 93,2% is influenced by other variables which can not be explained in this model research.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal Terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Pematangsiantar”. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.
1. Bapak Drs. Arifin Lubis selaku pelaksana tugas dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Prof. Erlina, S.E., M.Si., Ph.D., Ak. Selaku Dosen Pemaca yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
(6)
5. Kedua orangtua peneliti, Ayahanda Drs. Yusmar Saragih dan Ibunda Ernawati yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini. Adinda Yulia Arna Saragih dan Adinda Tria Andari Arna Saragih yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan semangat kepada peneliti.
6. Kepada kelompok belajar 09 tersayang, sahabat, dan teman seperjuangan: Ajeng, Giovanni, Fauziah, Vini, Leli, Octhara, Sandri, Silvi, Tira. Dan juga kepada Ade, Fahmi, Hanif, Dika, serta teman-teman satu stambuk. Terima kasih atas semua dukungan, nasehat, bantuan, dan semangatnya.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, Januari 2013
Dwie Arna Saragih NIM : 090503127
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Keuangan Daerah dan APBD ... 8
2.2 Pendapatan Asli Daerah ... 11
2.3 Belanja Modal ... 16
2.4 Penelitian Terdahulu ... 18
2.5 Kerangka Konseptual ... 20
2.6 Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Populasi dan Sampel ... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
3.5.1 Belanja Modal ... 25
3.5.2 Potensi Pendapatan asli Daerah ... 25
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ... 26
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 26
3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 29
3.6.3 Koefisien Determinasi ( R2) ... 30
3.6.4 Uji Statistik t (uji secara parsial) ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Deskriptif Sampel Penelitian ... 32
4.2 Statistik Deskriptif ... 32
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 33
4.3.1 Uji Normalitas ... 33
4.3.2 Uji Autokorelasi... 38
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39
(8)
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ... 42
4.5.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 42
4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji statistik t) ... 43
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Keterbatasan ... 47
5.3 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ………... 19 3.1 Daftar Sampel Penelitian……….... 23 3.2
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran... Statistik deskriptif... Uji Normalitas... Uji Normalitas Setelah Transformasi... Uji Autokorelasi... Analisis Regresi... Pengujian Hipotesis... Uji Koefisien Determinasi... Uji Signifikansi Parsial...
26 33 34 36 39 41 42 43 44
(10)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 4.1 4.2 4.3
Kerangka Konseptual………. Histogram... Normal P-Plot... Scatterplot...
21 37 37 40
(11)
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN ALOKASI BELANJA MODAL TERHADAP PENINGKATAN POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KOTA
PEMATANGSIANTAR
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Alokasi Belanja Modal berpengaruh terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Belanja Modal sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 40 SKPD kota Pematangsiantar dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 SKPD sebagai sampel dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada kota Pematangsiantar. Hal ini dapat dijelaskan dalam Adjusted R2 sebesar 6,8% variabel Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Belanja Modal. Sisanya sebesar 93,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
(12)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ALLOCATED CAPITAL EXPENDITURE TO THE INCREASE OF STATE REVENUE POTENCY IN PEMATANGSIANTAR
The purpose of this research is to know and to analyze if allocated capital expenditure influence to the increase of state revenue potency.
The analysis method used in this research is quantitative method using the simple linier regression and classic assumption test before get the best research method. The independent variable is capital expenditure and the dependent variable is state revenue. The total samples are 14 SKPD in Pematangsiantar which taken by using purposive sampling from 40 SKPD in 2009 until 2012.
The result confirms that capital expenditure is not significantly influence to state revenue in Pematangsiantar. It can be explained with Adjusted R2 value which 6,8% state revenue variable can be explained by capital expenditure as independent variable. The another 93,2% is influenced by other variables which can not be explained in this model research.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sentralisasi maupun desentralisasi sebagai suatu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Secara konstitusi Indonesia merupakan negara kesatuan yang desentralistis, namun dalam prakteknya menunjukkan sistem pemerintahan yang sangat sentralistis.
Desentralisasi dan otonomi daerah yang didorong melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan warna tersendiri dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, diharapkan akan terjadi perubahan yang mendasar pada sistem pemerintahan Indonesia ke arah yang lebih baik; dengan pelaksanaan otonomi daerah berarti pemberian sebagian kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan menjadi kewenangan daerah yang salah satunya adalah kewenangan dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Penyerahan wewenang ini tentu saja bukan tanpa maksud. Tujuan penyerahan wewenang tersebut selain agar terciptanya suatu organisasi pemerintahan yang baik (good governance) yaitu pemerintahan yang efektif, efisien, ekonomis, dan tidak korup juga tentunya.
(14)
Otonomi daerah juga diterapkan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah itu sendiri.
Mardiasmo (2004:46) mengemukakan misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal ada tiga, yaitu (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Sedangkan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (pulic service) dan memajukan perekonomian daerah.
Otonomi daerah memberikan daerah kewenangan yang leih luas untuk melakukan alokasi berbagai sumber daya secara lebih efisien pada berbagai potensi lokal yang dibutuhkan publik, karena pemerintah daerah dinilai leih sensitif terhadap kondisi ekonomi daerahnya. Dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam hal kemandirian keuangan, yaitu (1) dominannya transfer dari pusat, (2) kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, (4) kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan, (5) kelemahan dalam pemerian subsidi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Salah satu unsur terpenting dalam pemberian wewenang kepada daerah adalah pengelolaaan keuangan daerah yang mandiri. Seperti yang tercantum
(15)
dalam Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa yang dimaksud dengan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputiperencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, danpengawasan keuangan daerah. Yang semuanya itu tertuang dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang terdiri dari:
a. pendapatan daerah; b. belanja daerah; dan c. pembiayaan daerah.
Salah satu ciri utama bahwa daerah dianggap mampu melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat yang semakin mengecil sehingga diharapkan PAD harus menjadi kontribusi terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah. Sidik, et al(2004:89) mengatakan, PAD dalam era otonomi daerah seharusnya merupakan basis utama bagi daerah, sehingga ketergantungan daerah pada pemerintah pusat melalui dana perimbangan dan pihak ketiga semakin berkurang, sehingga daerah memiliki ketangguhan dalam menghadapi era globalisasi. Kemampuan mengelola keuangan daerah tercantum pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah beserta pembangunannya dengan mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya.
(16)
Pemberian otonomi kepada daerah memicu pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga daerah dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatannya dengan memberikan porsi belanja yang lebih besar untuk sektor-sektor yang lebih produktif. Perubahan alokasi belanja ini ditujukan untuk menimbulkan penambahan peningkatan investasi di seluruh sektor perekonomian, karena semakin tinggi tingkat investasi diharapkan mampu meningkatkan kontribusi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan potensi PAD yang pada akhirnya akan meningkatnya PAD dari tahun ke tahun berikutnya.
Yang dimaksud dengan potensi PAD adalah perhitungan hasil maksimal dari setiap sumber-sumber pendapatan asli daerah. Dalam sistem ketatanegaraan bahwa APBD kota diajukan oleh pemerintah daerah ke DPRD kota yang selanjutnya dilakukan pembahasan yang pada akhirnya ditetapkan oleh DPRD menjadi Peraturan Daerah yang artinya APBD sudah dapat dilaksankan dalam tahun tersebut.
Bahwa secara riel penentuan besaran PAD yang diajukan pada pembahasan Rapat Anggaran di DPRD Kota adalah dimulai dengan penentuan besaran potensi PAD; sehingga dalam pembahasannya akan timbul tarik menarik apakah besaran potensi yang akan ditetapkan, ditambah atau dikurangi yang menajadi target yang disetujui dan tercantum dalam APBD Kota.
Peningkatan PAD merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi (Saragih: 2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi cenderung mengalami
(17)
peningkatan PAD. Dari perspektif ini seharusnya pemerintah daerah lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Dalam APBD jenis belanja terdiri dari :
1) Belanja Tidak Langsung; terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tidak terduga.
2) Belanja Langsung; terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.
Menurut Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan. Oleh karena itu, hendaknya pemerintah daerah memproporsikan lebih besar belanja modal agar terciptanya peningkatan infrastruktur yang akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan potensi PAD dari berbagi sektor perekonomian sehingga PAD semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Namun kenyataannya porsi belanja tidak langsung selalu lebih besar dibandingkan dengan belanja langsung. Padahal belanja langsung berpengaruh langsung terhadap tingkat perkembangan perekonomian daerah; sehingga seharusnyalah porsi belanja langsung ini lebih besar daripada belanja tidak langsung. Kondisi ini adalah disebabkan dengan semakin besarnya jumlah PNS dan/atau THL yang digunakan sebagai aparatur pelaksana di daerah. Belanja
(18)
langsung yang dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat adalah alokasi belanja modal; dan ini pun prinsip pengalokasiannya tidak mencerminkan keberpihakan kepada masyarakat. Padahal peningkatan alokasi belanja modal akan secara langsung mampu meningkatkan potensi peningkatan PAD seiring dengan perkembangan kemajuan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul “Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal Terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Pematangsiantar”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : “Apakah Penerapan Alokasi Belanja Modal Berpengaruh Terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah pada Kota Pematangsiantar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji dan menganalisa Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
(19)
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat secara umum dan secara khusus kepada :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang akuntansi pemerintahan, khususnya Pengaruh Penerapan Belanja Modal terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
2. Bagi Pemerintah Daerah , Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan APBD ; agar masayarakat secara keseluruhan dapat memperoleh manfaat yang lebih besar; sehingga timbul penilaian bahwa pelaksanaan otonomi daerah membawa dampak perubaahan masyakat kearah yang lebih baik dan dalam jangka panjang dapat tercapai masyarakat yang adil, makmur dan beradab.
3. Bagi Akademisi, sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan memberi masukan pada perkembangan akuntansi sektor publik.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah dan APBD
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara.
Menurut Halim (2004), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemda, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun
(21)
anggaran tertentu, dan dilain pihak menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Sebelumnya, yaitu pada era orde lama, terdapat pula definisi APBD. APBD adalah rencana pekerjaan keuangan (financial workplan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhanrumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
APBD adalah suatu anggaran daerah, kedua definisi APBD di atas menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci;
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan;
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; 4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pelayanan
(22)
publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah.
Bahwa sumber-sumber pendapatan dan belanja yang tercantum dalam buku APBD kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut :
A. PENDAPATAN
1. Pendapatan Asli Daerah 1.1Pendapatan Pajak Daerah 1.2Hasil Retribusi Daerah
1.3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.4Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2. Dana Perimbangan
1.1Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.2Dana Alokasi Umum
1.3Dana Alokasi Khusus
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 1.1Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.2Bantuan Keuangan dan Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya
1.3Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya B. PEMBIAYAAN DAERAH
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah
1.1Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
(23)
2.2 Pembayaran Pokok Utang C. BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung : 1.1Belanja Pegawai 1.2Belanja Bunga 1.3Belanja Hibah
1.4Belanja Bantuan Sosial
1.5Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
1.6Belanja Tidak Terduga 2. Belanja Langsung
2.1Belanja Pegawai
2.2Belanja Barang dan Jasa 2.3Belanja Modal
2.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pemerintah Daerah sangatlah penting karena PAD menunjukkan kemampuan daerah dalam menggali sumber keuangannya sendiri yang kemudian menjadi sebuah ukuran kinerja bagi Pemrintah Daerah dalam proses pengembangan ekonomi daerah.
Bastian (2001) mengatakan bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.
(24)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah : meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 26 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah, b. Hasil retribusi daerah,
c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan,
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah.
2. Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya restribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi
(25)
yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyaraakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Beberapa ciri-ciri retribusi yaitu : a. retribusi dipungut oleh negara, b. dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis, c. adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk, d. retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan /mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara. Pengelompokan retribusi yang meliputi : a. retribusi jasa umum, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, b. retribusi jasa usaha, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta. 3. Perusahaan Milik Daerah, dan Pengelolaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat penting dan selalu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: a. memberi jasa, b. menyelenggarakan pemanfaatan umum, c. memupuk pendapatan. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan
(26)
kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah. 4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah. Kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian jenis-jenis pendapatan asli daerah yang tercantum dalam buku APBD kota Pematangsiantar, sebagai berikut :
PENDAPATAN ASLI DAERAH : 1. Pos Pajak Daerah :
1.1Pajak Hotel 1.2Pajak Restoran 1.3Pajak Hiburan
(27)
1.4Pajak Reklmae
1.5Pajak Penerangan Jalan
1.6Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C 1.7Pajak Parkir
1.8Pajak Air Bawah Tanah
1.9Pajak PBB Pedesaan dan Perkotaan
1.10Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) 2. Pos Retribusi Daerah
2.1Retribusi Pelayanan Kesehatan (Dinas Kesehatan Kota) 2.2Retribusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit Umum) 2.3Retribusi Pelayanan Persampahan
2.4Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP
2.5Retribusi Pergantian Biaya Cetak Akte Catatan Sipil 2.6Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Perabuan Mayat 2.7Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
2.8Retribusi Pasar
2.9Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
2.10Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 2.11Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2.12Retribusi Pemotongan Jalan/Beram 2.13Retribusi Terminal
2.14Retribusi Penyedotan Kakus 2.15Retribusi Rumah Potong Hewan
(28)
2.16Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 2.17Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2.18Retribusi Izin Tempat Berjualan Minuman Beralkohol 2.19Retribusi Izin Gangguan/Keramaian
2.20Retribusi Izin Trayek
2.21Retribusi Surat Izin Jasa Usaha Konstruksi 3. Pos Laba Perusahaan Milik Daerah
3.1Bank Pembangunan Daerah 3.2Perusahaan Daerah Air Minum
4. Pos Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.1Hasil Penjualan Barang Milik Daerah
4.2Jasa Giro
4.3Lain-lain Pendapatan
Dalam pengajuan rancangan PAD Pemerintah Kota Pematangsiantar kepada DPRD Kota Pematangsiantar, maka Pemerintah Kota terlebih dahulu akan menyusun Potensi PAD dari setiap sumber PAD di Kota Pematangsiantar.
2.3 Belanja Modal
Sejalan dengan diselenggarakannya otonomi daerah, daerah harus dapat mengembangkan daerahnya sendiri agar apa yang menjadi tujuan diselenggarakannya otonomi daerah dapat terlaksana. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah yang salah
(29)
satunya adalah belanja modal. Dengan demikian belanja modal merupakan faktor penting dalam menyelenggarakan pembangunan daerah.
Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah menyebutkan bahwa :
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Belanja modal (Sinaga, 2012) adalah “Belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi.” Sedangkan menurut Wijaya (2012) bahwa yang dimaksud dengan belanja modal adalah “Pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.”
Belanja modal yang dikeluarkan pemerintah daerah merupakan investasi daerah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai, selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena fasilitas yang diberikan oleh daerah. Dengan bertambahnya produktivitas masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah yang semakin tinggi akan merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat.
(30)
Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian aparatur daerah maupun pelayanan publik berdasarkan Permendagri 13/ 2006 adalah terdiri dari :
1) Belanja modal tanah
2) Belanja modal jalan dan jembatan 3) Belanja modal bangunan air (irigasi) 4) Belanja modal instalasi
5) Belanja modal jaringan
6) Belanja modal bangunan gedung 7) Belanja modal monumen
8) Belanja modal alat-alat besar 9) Belanja modal alat-alat angkutan 10) Belanja modal alat-alat bengkel 11) Belanja modal alat-alat pertanian
12) Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13) Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14) Belanja modal alat-alat kedokteran
15) Belanja modal alat-alat laboratorium 16) Belanja modal buku/ perpustakaan
17) Belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan 18) Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman
19) Belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan.
2.4Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya Wijaya, Aswin (2012) yang meneliti tentang pengaruh belanja modal dan fiscal stress terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak sebagai variabel moderatingnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal dan Fiscal Stress secara simultan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebagai variabel moderating. Dan secara parsial, hanya Dana Bagi Hasil Pajak yang tidak berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah.
(31)
Jansen Batubara (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh belanja modal dan belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik terhadap realisasi pendapatan asli daerah. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.
Ria Aulia Ramadhonna (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh belanja modal terhadap pendapatan asli daerah dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel interveningnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap PAD secara tidak langsung melalui variabel pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian maka pertumbuhan ekonomi dapat dengan tepat dikatakan sebagai variabel intervening.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian Wijaya,
Aswin (2012)
Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah
Belanja Modal, Fiscal Stress, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Pendapatan Asli Daerah Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal dan Fiscal Stress secara simultan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebagai variabel moderating. Dan
(32)
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
secara parsial, hanya Dana Bagi Hasil Pajak yang tidak berpengaruh
positif terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Jansen Batubara (2009)
Pengaruh Belanja Modal
Dan Belanja Pemeliharaan Untuk
Pelayanan Publik
Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah
Kota Di Propinsi Sumatera Utara Belanja Modal, Belanja Pemeliharaan, dan Pendapatan Asli Daerah Hasil analisis menunjukkan bahwa baik
secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Ria Aulia Ramadh onna (2011)
Pengaruh Belanja Modal terhadap Pendapatan Asli
Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi
sebagai Variabel Intervening pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera Belanja Modal, PDRB per Kapita, Pendapatan asli daerah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap
PAD secara tidak langsung melalui variabel pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian maka pertumbuhan ekonomi
dapat dengan tepat dikatakan sebagai variabel intervening.
2.5Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008 : 38) kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga jika ada variabel yang lain yang menyertainya.
(33)
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Alokasi Belanja Modal berpengaruh terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kota Pematangsiantar.
Pendapatan Asli h Alokasi Belanja Modal
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis hubungan antara satu variable dengan variabel lainnya atau satu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh Alokasi Belanja Modal terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil pengukuran kuantitatif atau kualitatif dan pada karasteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD kota Pematangsiantar yang berjumlah 40. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karekteristik populasi (Erlina, 2008).Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yaitu melalui SKPD yang memberikan kontribusi PAD. Dalam penelitian ini, terdapat 14 sampel SKPD yang memenuhi kriteria dengan 4 tahun amatan sehingga jumlah amatan sebesar 56.
(35)
Tabel 3.1
Tabel Daftar Sampel
no SKPD Populasi Kelengkapan
data Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Dinas Bina Marga dan Pengairan
Dinas PUK (Pekerjaan Umum Kota)
Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Bappeda
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Dinas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Dinas Koperasi dan UMKM
Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan & pariwisata
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Kantor Satuan Polisi dan Pamong Praja DPRD
KDH
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD
DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah)
SKPKD Inspektorat
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kantor Kecamatan Se-Kotamadya Badan Ketahanan Pangan
Badan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik
Kantor Perpustakaan , Arsip dan
Dokumentasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ X √ X X √ √ √ √ X √ X X √ X X X X X X √ X X √ X X X X X X X Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Sampel 11 Sampel 12
(36)
35 36 37 38 39 40
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian dan Peternakan
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Perikanan dan Peternakan Dinas Pasar
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
√ √ √ √ √ √ X √ X X √ X Sampel 13 Sampel 14
Sumber : Buku APBD Kota Pematangsiantar Tahun 2009-2012, diolah oleh penulis (2012)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) yaitu data Alokasi Belanja Modal tahun 2009-2012 dan data Potensi, Pendapatan Asli Daerah tahun 2009-2012; untuk data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat. Sumber data Alokasi Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah diambil dari dokumen tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2009-2012 Pemerintah Kota Pematangsiantar.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan yang digunakan studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa pengumpulan bahan dokumen data Alokasi Belanja Modal terhadap Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah tahun 2009-2012, serta buku, artikel yang menguatkan dan berkaitan dengan penelitian ini.
(37)
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek dalam elemen elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam penelitian (Erlina, 2008).
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Belanja Modal, sementara variabel dependen dari penelitian ini adalah Potensi Pendapatan Asli Daerah.
3.5.1 Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Variabel ini menggunakan skala pengukuran nominal.
3.5.2 Pendapatan Asli Daerah
Potensi PAD adalah perhitungan hasil maksimal dari setiap sumber-sumber pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
(38)
sebagai perwujudan desentralisasi. Variabel ini menggunakan skala pengukuran nominal.
Tabel 3.2
Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala
Belanja Modal
(X)
Pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud.
Realisasi Pengeluaran Belanja Modal
Nominal
Pendapatan Asli Daerah
(Y)
Perhitungan hasil maksimal dari setiap sumber-sumber pendapatan asli daerah.
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Nominal
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 17 (Statistical Product and Services Solution). Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya
(39)
semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE).
Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk “mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini perlu dilakukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil” (Erlina, 2008). Untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam analisis grafik, distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya maka data residual terdistribusi secara normal . Untuk uji statistik, dapat dilakukan dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansinya < 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya > 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut (Ghozali, 2006) .Uji ini bertujuan untuk “menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varian dari residual satu
(40)
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas”. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis, yaitu: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk “menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”, (Ghozali, 2006). Autokorelasi dapat terjadi pada observasi yang menggunakan runtut waktu (time series) dimana penggangu dari data pada periode sebelumnya akan berpengaruh terhadap data pada periode berikutnya. Model regresi yang baik harus terbebas dari adanya autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test) sebagai berikut:
(41)
• angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
• angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:120) acak atau tidaknya data didasarkan pada batasan :
• Apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secar acak.
• Apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara tidak acak.
3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi linear sederhana. Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan ketergantungan (casual relationship) antara satu variabel bebas (dependent variable) dengan satu atau lebih variabel bebas (independent variable). Persamaan regresi linier sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut:
� =�+��
Keterangan : Y = Potensi PAD
(42)
b = Koefisien Regresi dari Variabel Independen
X = Belanja Modal
3.6.3 Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk “mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2006). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan 1. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2006), kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
3.6.4 Uji Statistik t (uji secara parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
(43)
Ho: b1 = 0, tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha: b1 ≠ 0, terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
• Ho diterima dan Ha ditolak apabila Sig. >0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
• Ha diterima dan Ho ditolak apabila Sig. <0,05. Artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
Untuk menilai t hitung digunakan rumus :
t
hitung=
�����������������1 ���������������1Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung< t tabel. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
Ha diterima dan Ho ditolak apabila t hitung> t tabel.Artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
(44)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Sampel Penelitian
Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Kota Pematangsiantar dari tahun 2009 s/d tahun 2012. Dari laporan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Belanja Modal dan realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun amatan 2009 s/d 2012.
4.2 Statistik Deskriptif
Menurut (Sugiyono : 2007) statistik deskriptif adalah proses pengumpulan dan peringkasan data, serta upaya untuk menggambarkan berbagai karakteristik data yang telah terorganisasi tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
Peneliti menggunakan statistik deskriptif apabila hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel diambil. Berdasarkan data cross section sebanyak 14 SKPD dan time series sebanyak 4 tahun pengamatan, maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian sebagai berikut:
(45)
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Belanja Modal 56 8900000.00 36700000000.00 2772300000.00 6862450000.00 Realisasi PAD 56 10000000.00 35300000000.00 2699900000.00 6592850000.00
Valid N (listwise) 56 Diolah oleh Penulis (2012)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui: 1. Jumlah sampel (N) sebanyak 56.
2. Belanja Modal memiliki nilai minimum sebesar 8.900.000 , nilai maksimum sebesar 36.700.000.000, nilai rata-rata sebesar 2.772.300.000dengan standar deviasi 6.862.450.000.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai minimum sebesar 10.000.000, nilai maksimum sebesar 35.300.000.000, nilai rata-rata sebesar2.699.900.000 dengan standar deviasi 6.592.850.000.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
(46)
MenurutGhozali (2005:115) memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:
a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000002
Std. Deviation .6555519430
Most Extreme Differences Absolute .376
Positive .376
Negative -.326
Kolmogorov-Smirnov Z 2.812
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
(47)
Berdasarkan hasil uji statistik pada One-Sample Kolgomorov-Smirnov nilai signifikansinya ( Asymp. Sig. (2-tailed))pada tabel tersebut adalah 0,000. Karena p = 0,000< 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan treatment atau perbaikan pada data tersebut agar dapat memenuhi Uji Normalitas.
Menurut Syafrizal et.all (2008 : 62) Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu:
1. Lakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau natural (LN).
2. Menambah jumlah data.
3. Menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data.
4. Menerima data apa adanya.
Guna memenuhi uji normalitas maka peneliti akan mentransformasikan data penelitian ini kedalam bentuk Logaritma Natural (LN), kemudian data diuji ulang dengan menggunakan uji normalitas. Hasil Uji Normalitas pada data yang telah ditransformasi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
(48)
Tabel 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .80816814
Most Extreme Differences Absolute .158
Positive .101
Negative -.158
Kolmogorov-Smirnov Z .774
Asymp. Sig. (2-tailed) .586
Diolah oleh Penulis (2012)
Bedasarkan hasil Uji Normalitas tabel 4.3 dengan data yang telah ditransformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural (LN), maka hasil yang di dapatkan adalah data telah terdistribusi secara normalkarena dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,774 dan signifikansinya pada 0,586. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, karena p = 0,586 > 0,05 dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.
Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram, dan normal probability plot yang terdistribusi normal.
(49)
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas
Gambar 4.2 Uji Normalitas
(50)
Data yang telah terdistribusi normal dapat kita ketahui dengan melihat Histogram pada gambar 4.1, grafik histogram pada uji normalitas di atas dapat terlihat bahwa data terdistribusi mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (Skewness) ke kiri maupun ke kanan. Data yang telah terdistribusi normal juga bisa diketahui dengan melihat grafik plot yang ditunjukkan pada gambar 4.2. Menurut Ghozali (2005:112) pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal.
Pada gambar 4.2 dapat terlihat bahwa penyebaran data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, oleh sebab itu dapat diketahui bahwa data telah terdistribusi dengan normal.
4.3.2 Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui terjadi atau tidak terjadinya suatu autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW).Menurut Sugiyono (2001:76) mengemukakan bahwa terjadinya Autokorelasi jika nilai Durbin-Watson (DW) memiliki nilai lebih dari 5, atau Durbin-Watson (DW) > 5.
Berikut ini peneliti menampilkan hasil Uji Autokorelasi pada Tabel 4.5 dibawah ini:
(51)
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .330a .109 .068 .82633 2.267
Diolah oleh Penulis (2012)
Berdasarkan Tabel 4.4 tentang Uji Autokorelasi memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) adalah 2,267 < 5.Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi dalam penelitian ini.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105) Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas.Cara untuk menentukan ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot pada gambar 4.3.Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005:105) adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah angka 0 dan
(52)
Berikut ini peneliti menampilkan grafik scatterplot untuk melihat hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.3 pada grafik Scatterplot diatas dapat terlihat bahwa titik (data) menyebar secara acak dan tidak terlihat suatu pola tertentu, dan pada grafik scatterplot diatas juga dapat terlihat bahwa tidak tersebar diatas maupun dibawah sumbu y dan angka 0. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas di dalam penelitian ini, dan model regresi ini layak dipakai dalam penelitian.
(53)
4.4 Analisis Regresi
Analisis regresi linier sederhana dari pengaruh alokasi Belanja Modal terhadap peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2009 s/d 2012 memiliki hasil berikut:
Tabel 4.5 Analisis Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.923 1.761 13.018 .000
LN Belanja Modal .142 .087 .330 1.638 .116
Diolah oleh Penulis (2012)
Berdasarkan data di atas, dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2009 s/d 2012 adalah sebagai berikut:
Y= 22,923 + 0,142X Keterangan:
1. Konstanta (α) sebesar 22,923 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel
independen sama dengan nol (Belanja Modal = 0)maka Pendapatan Asli Daerah bernilai 22,923.
2. Koefisien regresi Belanja Modal sebesar 0,142 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari Belanja Modal sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,142.
(54)
4.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan maksud untuk menguji adaatau tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 LN Belanja
Modala
. Enter
Diolah oleh Penulis (2012)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu LNBelanja Modal.
2. Variabel independen tidak ada yang dikeluarkan. 4.5.1 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk “mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2006: 87). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan 1. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
(55)
Nilai yang digunakan untuk mengetahui hasil uji koefisien determinasi adalah nilai adjusted R2. “Adjusted R2 dianggap lebih baik dari R2 karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model” (Ghozali, 2006).
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .330a .109 .068 .82633 2.267
Diolah oleh Penulis (2012)
Hasil uji koefisien determinasi diatas menunjukkan besarnya Adjusted R2adalah 0,068. Dengan demikian besarnya pengaruh alokasi Belanja Modal terhadap peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 6,8%. Sedangkan sisanya sebesar 93,2% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Uji-t ini dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dari t dengan α. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji tini adalah:
a. Bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen > α = 5%, maka Ho : b = 0 diterima dan Ha: b ≠ 0 ditolak, artinya secara individual variabel independen X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
(56)
b. Bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen < α = 5%
maka Ho : b = 0 ditolak dan Ha: b ≠ 0 diterima, artinya secara individual masing-masing variabel independen X berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t, uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2005:84).Kriteria pengambilan keputusan adalah:
c. Jika thitung< ttabel, Ho diterima Ha ditolak, untuk α = 5%
d. Jika thitung> ttabel, Ha diterima Ho ditolak, untuk α = 5%
Tabel 4.8 Uji Koefisien Parsial Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.923 1.761 13.018 .000
LN Belanja Modal .142 .087 .330 1.638 .116
Diolah oleh Penulis (2012).
Ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 2,00488. Dari hasil Uji Signifikan Parsial (t) diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen (parsial), yaitu Nilai thitung untuk Belanja Modal adalah 2,00488 dengan tingkat signifikansi 0,116. Oleh karena itu thitung< ttabel (1,638 < 2,0048) dan signifikansi t lebih besar dari 0,05 (0,116 > 0,05). Hal ini berarti bahwa
(57)
Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alokasi Belanja Modal berpengaruh terhadap peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah pada kota Pematangsiantar dari tahun 2009 s/d 2012.
Bedasarkan hasil pengujian diketahui bahwa adjusted R2 adalah 0,068 atau 6,8%. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan Belanja Modalhanya mampu memengaruhi PAD sebesar 6,8%, Sedangkan sisanya sebesar 93,2% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil uji signifikan parsial (t) digunakan untuk mengetahui peran variabel Independen secara individual terhadap variabel Dependen. Dari hasil Uji Signifikan Parsial (t) diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen (parsial), yaitu nilai signifikansi untuk Belanja Modaladalah 0,116. Oleh karena itu, signifikansi t lebih besar dari 0,05 (0,116> 0,05). Hal ini berarti bahwa Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.Koefisien regresi Belanja Modal sebesar 0,142 atau 14,2% menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari Belanja Modalsebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikanPendapatan Asli Daerah sebesar 0,142. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa Belanja Modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji apakah alokasi Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadappeningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah pada kota pematangsiantar dari tahun 2009 s/d 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 14 SKPD kota Pematangsiantar dengan empat tahun amatan 2009-2012. Berdasarkan hasil hasil analisa dan uji hipotesis penelitian pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Nilai adjusted R2 atau Koefisien Determinasi adalah 0,068 atau 6,8%. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan Belanja Modal hanya mampu memengaruhi PAD sebesar 6,8%, Sedangkan sisanya sebesar 93,2% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Alokasi Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah pada kota Pematangsiantar. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa Belanja Modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
(59)
1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada SKPD tertentu yang memenuhi kriteria pengujian, yaitu 14 SKPD kota Pematangsiantar. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk SKPD yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat di generalisasikan untuk seluruh SKPD kota Pematangsiantar.
2. Penelitian hanya mengambil satu variabel independen saja sehingga hasil penelitian ini belum dapat menjelaskan semua variabel yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.
3. Periode penelitian yang digunakan hanya empat tahun amatan yaitu tahun 2009 sampai tahun 2012.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan diatas, beberapa saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Daerah
Agar penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan APBD ; agar masayarakat secara keseluruhan dapat memperoleh manfaat yang lebih besar; sehingga timbul penilaian bahwa pelaksanaan otonomi daerah membawa dampak perubahan masyakat kearah yang lebih baik dan dalam jangka panjang dapat tercapai masyarakat yang adil, makmur. 2. Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya turut mengambil andil dalam rangka pembangunan di daerahnya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan pengawasan terhadap
(60)
kinerja pemerintah dan memberikan masukan-masukan positif demi mewujudkan masyarakat madani, terciptanya good governance, dan mengembangkan model pembangunan berkeadilan yang kesemuanya bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat. Kesemuanya ini akan bermuara pada kepuasan publik dan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pendapatan Asli Daerah.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil sampel SKPD kota yang lain. Ini dimaksudkan agar dapat membandingkan apakah hasil penelitian ini berlaku untuk SKPD kota Pematangsiantar, dan disarankan juga agar menambah variabel independen. Disarankan pula untuk menambah tahun amatan agar data yang diolah akan menghasilkan output yang lebih akurat.
(61)
DAFTAR PUSTAKA BUKU :
Bastian, Indra. 2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Budiono. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta. BPFE.
Dokumen tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kota Pematangsiantar Tahun 2009-2012.
Erlina, 2008. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama. Medan: USU Press.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, Abdul. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah daerah Di Jawa dan Bali. Surabaya: Simposium Nasional Akuntansi VI.
. (2004). Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: AMP YKPN.
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif.Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mamesah, D.J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi publik.Yogyakarta: BPFE.
Musgrave, Richard A. 1993. Keuangan negara dalam teori dan praktek. Erlangga.
Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika.
. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika.
(62)
. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika.
. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika.
. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia.
Situmorang, Syafrizal Helmi. 2008. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan : USU Press
Sugiyono, E. Wibowo, 2007, Statistika Penelitian, Edisi III, Alfabeta,Bandung
JURNAL :
Mardiasmo. 2004. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. I-No.4- Juni 2002. Sasana, Hadi. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Ekonomi di
Kabupaten/Kota Prov. Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembagunan Vol.10. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sidik, M. 2004. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal: Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Paper disampaikan pada Seminar Setahun Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia, 13 Maret 2002.
SKRIPSI DAN THESIS :
Aulia Ramadhonna, Ria. 2001. Pengaruh Belanja Modal terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Intervening pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. [skripsi]. Lampung : Universitas lampung
Batubara, Jansen. 2009. Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara.[tesis].Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Sinaga, Dika Nivardo. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada
(63)
Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. [skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Wijaya, Aswin. 2012.Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.[tesis].Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
WEBSITE :
http://repository.usu.ac.id/
Satria. 2008. Konsep Pendapatan Asli Daerah. http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2177328-konsep-pendapatan-asli-daerah-pad/ (22 Jun. 2011)
www.google.co.id
(64)
Lampiran i :
Daftar Populasi dan Sampel
no SKPD Populasi Kelengkapan
data Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Dinas Bina Marga dan Pengairan
Dinas PUK (Pekerjaan Umum Kota)
Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Bappeda
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Dinas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Dinas Koperasi dan UMKM
Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan & pariwisata
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Kantor Satuan Polisi dan Pamong Praja DPRD
KDH
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD
DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah)
SKPKD Inspektorat
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kantor Kecamatan Se-Kotamadya Badan Ketahanan Pangan
Badan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik
Kantor Perpustakaan , Arsip dan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ X √ X X √ √ √ √ X √ X X √ X X X X X X √ X X √ X X X X X X Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Sampel 11 Sampel 12
(65)
35 36 37 38 39 40 Dokumentasi
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian dan Peternakan
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Perikanan dan Peternakan Dinas Pasar
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
√ √ √ √ √ √ √ X X √ X X √ X Sampel 13 Sampel 14
Lampiran ii :
Tabulasi Data Belanja Modal Tahun 2009 s/d 2012
no SKPD Belanja Modal
2009 2010 2011 2012
1 Dinas Kesehatan 8244000000 2622691250 8666814000 2411404400 2
Rumah Sakit Umum dr.
Djasarmen Saragih 57000000 3221190000 3245906236 489028860,4 3 Dinas Kebersihan 1127222000 623641835 623641835 1094943384
4
Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
51986000 139980000 74762000 84500000
5
Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja 84799050 271100000 22280000 15400000 6 Dinas Perhubungan 18200000 1091664930 584378621 676205099 7 Dinas Pasar 127493875 127493875 127493875 77224000 8
Kantor Pemadam
Kebakaran 255650900 255650900 255650900 114220000 9
Dinas Bina Marga dan
Pengairan 22090642937 22090642937 22090642937 36739233277 10
Badan Lingkungan
Hidup 1147176000 1123550000 1147176000 3285275000 11
Dinas Pertanian dan
Peternakan 1314010000 1314010000 1314010000 1345737750 12
Dinas Pemuda dan
Olahraga 23700000 8900000 43170000 56500000
13
Dinas Perizinan
Terpadu 78917400 70520000 175520000 110800000 14 DPPKAD 500000000 358050750 1315674000 643328630
(66)
Lampiran iii :
Tabulasi Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 s/d 2012
no SKPD PAD
2009 2010 2011 2012
1 Dinas Kesehatan 226942200 203959500 347601700 1173800000 2
Rumah Sakit Umum dr.
Djasarmen Saragih 2097983870 2111317616 11324376637 12500000000 3 Dinas Kebersihan 1060902750 1081036910 1238092500 2000000000
4
Dinas Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil 58250000 67471000 179230000 200000000 5
Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja 10000000 16770000 19305000 20000000 6 Dinas Perhubungan 792079450 1276873975 1938921425 3500000000 7 Dinas Pasar 1149190883 989698758 1580216115 2077732000 8
Kantor Pemadam
Kebakaran 17000000 18250000 16300000 22000000 9
Dinas Bina Marga dan
Pengairan 289610000 184100500 45005500 45850000 10
Badan Lingkungan
Hidup 11028324 18680000 27510000 40000000
11
Dinas Pertanian dan
Peternakan 204772500 219165000 293180000 380795000 12
Dinas Pemuda dan
Olahraga 31550000 21200000 79670100 143500000 13
Dinas Perizinan
Terpadu 720628350 1548148460 1377629250 2664400000 14 DPPKAD 13788489987 18152271190 26325771262 35263513114
(67)
Lampiran iv :
Hasil Uji Statistik Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Belanja Modal 56 8900000.00 36700000000.00 2772300000.00 6862450000.00 Realisasi PAD 56 10000000.00 35300000000.00 2699900000.00 6592850000.00
Valid N (listwise) 56
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000002
Std. Deviation .6555519430
Most Extreme Differences Absolute .376
Positive .376
Negative -.326
Kolmogorov-Smirnov Z 2.812
(68)
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .80816814
Most Extreme Differences Absolute .158
Positive .101
Negative -.158
Kolmogorov-Smirnov Z .774
Asymp. Sig. (2-tailed) .586
(69)
Grafik Plot Uji Normalitas
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
(70)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Persamaan Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.923 1.761 13.018 .000
(71)
Lampiran iv :
Jadwal penelitian Tahapan Penelitian Agust
2012
Sept 2012
Okt 2012
Nov 2012
Des 2012
Jan 2013 Pengajuan dan
Persetujuan Judul
Penyelesaian Proposal
Bimbingan Proposal
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bimbingan dan Penyelesaian Skipsi
Ujian Komprehensif
(1)
Lampiran iii :
Tabulasi Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 s/d 2012
no SKPD PAD
2009 2010 2011 2012
1 Dinas Kesehatan 226942200 203959500 347601700 1173800000
2
Rumah Sakit Umum dr.
Djasarmen Saragih 2097983870 2111317616 11324376637 12500000000 3 Dinas Kebersihan 1060902750 1081036910 1238092500 2000000000
4
Dinas Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil 58250000 67471000 179230000 200000000
5
Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja 10000000 16770000 19305000 20000000
6 Dinas Perhubungan 792079450 1276873975 1938921425 3500000000
7 Dinas Pasar 1149190883 989698758 1580216115 2077732000
8
Kantor Pemadam
Kebakaran 17000000 18250000 16300000 22000000
9
Dinas Bina Marga dan
Pengairan 289610000 184100500 45005500 45850000
10
Badan Lingkungan
Hidup 11028324 18680000 27510000 40000000
11
Dinas Pertanian dan
Peternakan 204772500 219165000 293180000 380795000
12
Dinas Pemuda dan
Olahraga 31550000 21200000 79670100 143500000
13
Dinas Perizinan
Terpadu 720628350 1548148460 1377629250 2664400000
(2)
Lampiran iv :
Hasil Uji Statistik Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Belanja Modal 56 8900000.00 36700000000.00 2772300000.00 6862450000.00 Realisasi PAD 56 10000000.00 35300000000.00 2699900000.00 6592850000.00 Valid N (listwise) 56
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000002
Std. Deviation .6555519430 Most Extreme Differences Absolute .376
Positive .376
Negative -.326
Kolmogorov-Smirnov Z 2.812
(3)
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .80816814 Most Extreme Differences Absolute .158
Positive .101
Negative -.158
Kolmogorov-Smirnov Z .774
Asymp. Sig. (2-tailed) .586
(4)
Grafik Plot Uji Normalitas
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
(5)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Persamaan Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.923 1.761 13.018 .000
(6)
Lampiran iv :
Jadwal penelitian
Tahapan Penelitian Agust
2012
Sept
2012
Okt
2012
Nov
2012
Des
2012
Jan
2013
Pengajuan dan
Persetujuan Judul
Penyelesaian
Proposal
Bimbingan Proposal
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Bimbingan dan
Penyelesaian Skipsi
Ujian Komprehensif