Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Hairy Tongue Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN

TERJADINYA HAIRY TONGUE DI KELURAHAN INDRA

KASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Oleh :

NIM. 070600055 Wenti Komala

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Penyakit Mulut Tahun 2010

Wenti Komala

Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

x+ 47 halaman

Merokok merupakan kebiasaan yang paling umum ditemui di masyarakat, dimana merokok dianggap sebagai kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dan telah ada laporan penelitian bahwa kebiasaan merokok berhubungan erat dengan terjadinya hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.

Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional yang melibatkan 166 laki-laki Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang berusia 20 tahun keatas. Subjek penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari perokok dan kelompok kedua merupakan non perokok.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 5 orang(3%) dari 166 orang responden yang memiliki hairy tongue. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, dimana nilai p pada uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada p<0,05 adalah 0,173. Hasil


(3)

penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok, lama merokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 15 Desember 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Syuaibah Lubis,drg. ……….. NIP : 19461120 197306 2 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 15 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Syuaibah Lubis,drg

ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan,drg.,Sp PM 2. Ravina Naomi Tarigan,drg.,Sp PM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah Henry., Ibu Linda Elfa, SE., Abang Victor Komala., Adik David Komala, serta kerabat yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangat kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing, Syuaibah Lubis,drg, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis berterima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp Ort.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Wilda Hafni Lubis, drg, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Sayuti Hasibuan, drg, Sp. PM dan Ravina Naomi Tarigan,drg., Sp PM selaku tim penguji skripsi.

4. Bakri Soeyono,drg selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, dan staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi arahan selama masa penyusunan skripsi.

6. Teman-teman mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan semangat dan keceriaan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan,15 Desember 2010

Penulis,

(………..)

Wenti Komala


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... HALAMAN PERSETUJUAN……… HALAMAN TIM PENGUJI………...

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR LAMPIRAN……….. . xi

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 3

1.2.1 Rumusan Masalah Umum……… 3

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus………... 3

1.3 Tujuan Penelitian……….... 3

1.3.1 Tujuan Penelitian Umum………. 3

1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus……… 4

1.4 Manfaat Penelitian……….. 4

1.5 Hipotesis………. 5

1.5.1 Hipotesis Nol (Umum)………... 5

1.5.2 Hipotesis Nol (Khusus)……… 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok……….. 6

2.1.1 Jenis Rokok……….. 6

2.1.2 Kandungan Rokok………... 7

2.2 Kondisi Lidah pada Perokok……….. 9

2.2.1 Anatomi Lidah Normal……… 9

2.2.2 Perubahan Lidah pada Perokok……….. 11

2.3 Hairy Tongue……….. 12


(9)

2.3.2 Etiologi……… 13

2.3.3 Patogenesis……….. 13

2.3.4 Gambaran Klinis……….. 14

2.3.5 Gambaran mikroskopis……… 15

2.3.6 Diagnosis dan Perawatan……… 18

KERANGKA TEORI………. 19

KERANGKA KONSEP………. 20

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………... 21

3.2 Tempat dan Waktu………. 21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 21

3.3.1 Populasi………... 21

3.3.2 Sampel………. 22

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 22

3.4.1 Kriteris Inklusi……….. 22

3.4.2 Kriteria Eksklusi……… 22

3.5 Besar Sampel……… 22

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian……… 24

3.6.1 Variabel Dependen (efek)………. 24

3.6.2 Variabel Independen (risiko)………. 24

3.6.3 Variabel Independen yang dikendalikan………... 24

3.6.4 Variabel yang tidak terkendali………... 24

3.7 Definisi Operasional………. 24

3.8 Sarana Penelitian……….. 26

3.8.1 Alat……… 26

3.8.2 Bahan………. 26

3.8.3 Formulir Pencatatan………... 26

3.9 Cara Pengumpulan Data……… 26

3.9.1 Data Demografi dan Data Kebiasaan Merokok…………. 27

3.9.2 Data Klinik………. 27

3.10 Pengolahan Data……….. 27

3.11 Analisis Data……… 28

SKEMA ALUR PENELITIAN……….. 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN……… 29

BAB 5 PEMBAHASAN………. 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 46


(10)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Anatomi Lidah Normal………...11

2. Hairy Tongue………...14

3. Bagian Lidah yang Normal……….15

4. “rambut” pada papila filiformis yang memiliki permukaan kasar………..16

5. Susunan Lapisan Keratin………16

6. Sel Jamur dan Koloni Bakteri diantara lapisan keratin………...17

7. Permukaan Lidah di antara rambut tampak kasar………...17

8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur……….30

9. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan……….31

10. Hasil Penelitian Perokok yang memiliki hairy tongue………39


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Distribusi Subjek dan Kontrol Menurut Kelainan-Kelainan yang Ditemukan Pada Lidah……… 31 2. Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok…………...………. 32 3. Persentase Perokok Menurut Lama Merokok (Tahun)…………...……. 33 4. Persentase Perokok Menurut Jumlah Rokok yang Dihisap Per hari…… 33 5. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jenis Rokok……… 34 6. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Lama Merokok………... 35 7. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jumlah Rokok yang dihisap

perhari……….. 36

8. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Hairy

Tongue………. 37

9. Hubungan Antara Terjadinya Hairy Tongue dengan Karakteristik


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Kuesioner Penelitian………. 51

2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian……….. 52

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan……… 54

4. Lembar Persetujuan Etik Penelitian……….. 55


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Penyakit Mulut Tahun 2010

Wenti Komala

Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

x+ 47 halaman

Merokok merupakan kebiasaan yang paling umum ditemui di masyarakat, dimana merokok dianggap sebagai kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dan telah ada laporan penelitian bahwa kebiasaan merokok berhubungan erat dengan terjadinya hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.

Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional yang melibatkan 166 laki-laki Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang berusia 20 tahun keatas. Subjek penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari perokok dan kelompok kedua merupakan non perokok.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 5 orang(3%) dari 166 orang responden yang memiliki hairy tongue. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, dimana nilai p pada uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada p<0,05 adalah 0,173. Hasil


(15)

penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok, lama merokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan hal yang biasa kita jumpai di setiap tempat di dunia. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial.1

Hubungan antara merokok dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus dan sebagainya telah banyak diteliti2. Namun, tetap saja pada kenyataannya, kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk3. Betapapun diungkapkan berbagai kalangan peneliti tentang berbagai bahaya rokok untuk kesehatan, tetapi para perokok seakan-akan tidak peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu4. Menurut data yang diperoleh Depkes RI, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5 % pada tahun 2001 dari 26,9% pada tahun 1995. Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2 % dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4% pada tahun 1995.5

Rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok. Terjadinya perubahan dalam rongga mulut disebabkan karena mulut merupakan awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran


(17)

rokok.3 Telah banyak penelitian-penelitian dilakukan yang menunjukkan adanya efek merugikan dari kebiasaan merokok di rongga mulut. Penelitian prospektif di Universitas California, San Fransisco mengungkapkan bahwa risiko terkena kanker mulut bagi perokok kira-kira lima kali daripada bukan perokok.2 Kanker di dalam rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari produk-produk rokok yang dibakar dan diisap. Iritasi ini menimbulkan lesi putih yang tidak sakit. Selain itu merokok juga dapat menimbulkan kelainan – kelainan rongga mulut misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur. 1

Pada perokok berat, merokok dapat menyebabkan lidah berwarna hitam dan seperti berbulu atau berambut. Di permukaan lidah, hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecokelatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa manis, pahit, asin, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).1 Kondisi lidah yang berwarna hitam dan seperti berbulu pada orang yang mempunyai kebisaan merokok ini disebut dengan hairy tongue.

Penelitian di Jordania menunjukkan dari 1013 pasien kedokteran gigi yang ada, 240 diantaranya (23,7%) menderita satu atau lebih kelainan pada lidah, seperti

geographic tongue, fissured tongue, coated tongue dan hairy tongue. Sebesar 3,4 % hairy tongue ditemui dan disertai dengan prevalensi yang sangat tinggi pada laki-laki

dan ternyata didapat hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan hairy

tongue.6 Atas dasar fakta tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan merokok dengan timbulnya hairy tongue pada daerah Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung, dimana penduduk pada daerah


(18)

tersebut umumnya mempunyai kebiasaan merokok. Peneliti dalam hal ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil yang didapat nantinya dengan penelitian-penelitian terdahulu.

1.2Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan:

1.2.1 Masalah Umum:

1. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy

tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.2.2 Masalah Khusus:

1. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jumlah rokok yang dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

2. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan lama (tahun) merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

3. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jenis rokok yang dikonsumsi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum:

1. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy


(19)

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jumlah rokok yang dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan lama (tahun) merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jenis rokok yang dikonsumsi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan kelainan hairy

tongue di rongga mulut, maka diharapkan :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu efek merokok terhadap rongga mulut terutama pada lidah.

2. Bagi masyarakat yang mempunyai kebiasaan merokok dapat menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut terutama lidah untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut mengenai hubungan merokok dengan timbulnya hairy tongue.


(20)

1.5 Hipotesis

1.5.1 Hipotesis Nol (Umum)

1. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy

tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.5.2 Hipotesis Nol (Khusus)

1. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jumlah rokok yang dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

2. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan lama (tahun) merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

3. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jenis rokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

Merokok pertama kalinya dilakukan manusia di dunia yaitu oleh suku Bangsa Indian di Amerika yang bertujuan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjajah Eropa ikut mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Pada abad ke 17, kebiasaan merokok mulai tersebar dan masuk ke negara-negara Islam.7

2.1.1 Jenis Rokok

Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis rokok yang dikonsumsi. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, dan penggunaan filter pada rokok.7,8

Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok Klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Rokok Kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Rokok sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. Rokok cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.8

Rokok juga mempunyai beberapa istilah, menurut bahan yang digunakan, terdapat rokok atau sigaret, kretek, rokok putih, dan juga rokok Klobot.Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau, dan kretek


(22)

adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh. Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih, sebutan untuk rokok tanpa cengkeh (Joglosemar, 2003). Terdapat juga istilah rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh.9

Rokok yang digunakan pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih (filter) dan rokok kretek (non filter) dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus.8 Di Indonesia, rokok kretek lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah ke bawah (contoh : rokok-rokok keluaran PT Djarum seperti Djarum Black dan Djarum Black Slim dan Dji sam soe keluaran PT Sampoerna) sedangkan rokok putih (filter) dikonsumsi oleh kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas (contoh : Marlboro).10

2.1.2 Kandungan Rokok

Kandungan rokok terdiri atas:

1. Komponen gas asap rokok yaitu karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogenoksida dan formaldehid.

2. Komponen partikel yang terkandung di dalam rokok yaitu tar, indol, nikotin, karbazol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan dapat menimbulkan kanker (karsinogen).3


(23)

Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan sering menjadi bahan penelitian. Nikotin berbentuk cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang mudah menguap. Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan.3

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 μg. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam 1 hari menghasilkan 10 μg.

Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per hari. Jadi, zat timah hitam akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh.3

Gas Karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tetapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka CO berikatan dengan hemoglobin. Kadar gas CO dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1 % sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%.3

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.3


(24)

2.2 Kondisi lidah pada perokok

Di dalam rongga mulut, lidah dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Hal ini disebabkan lidah merupakan organ yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.11

2.2.1 Anatomi Lidah Normal

Lidah merupakan organ muskular yang kompleks yang melekat pada tulang

hyoid, processus styloideus dan tuberkel genial mandibula pada daerah insersio tiga

otot ekstrinsik lidah yaitu hyoglossus, styloglosus dan genyoglosus. Lidah melekat longgar pada struktur di dekatnya melalui dua otot ekstrinsik lainnya yaitu pada

palatoglosus dan glosofaringeus serta ekstensi membran mukosa mulut dan membran

mukosa pharyngeal yang menutupi lidah. 12

Permukaan superior dan posterior lidah ditutupi membran mukosa khusus, dimana pada membran tersebut terdapat berbagai macam tonjolan papilla yang berbeda. Mukosa permukaan dorsal anterior lidah ditandai dengan dua jenis papilla dengan fungsi yang tertentu yaitu papila filiformis dan papila fungiformis. Papila filiformis merupakan papila yang terkecil dan terbanyak yang dijumpai diatas permukaan dorsal anterior lidah dalam arah antero-posterior. Bentuknya panjang dan runcing (konus), menyerupai rambut serta diliputi oleh lapisan keratin. Panjang papila filiformis kira-kira 2-3 mm. Secara struktur histologis papila ini terdiri dari ujung yang berkeratin, sel yang transaparan, sel yang bergranula dan lapisan sel-sel yang terletak di bawahnya tidak mengandung granula. Pada keadaan infeksi pada papilla


(25)

ini terdapat timbunan bakteri dan sel-sel epitel mati sehingga warna abu-abu akan tampak lebih jelas meliputi permukaan dorsum.12

Papila fungiformis kemungkinan hanya dijumpai pada dua pertiga anterior lidah dan jumlahnya kira-kira 29/cm2 pada daerah ujung dan 7-8/cm2 di bagian tengah-tengah lidah. Struktur yang berbentuk seperti jamur ini mempunyai kapiler darah yang banyak sehingga dengan ukurannya yang besar dan kapiler darah yang banyak menyebabkan papila fungiformis ini akan terlihat seperti bintik-bintik merah pada hamparan papila filiformis.12

Gambar 1. Anatomi Lidah Dorsal13

2.2.2 Perubahan Lidah pada Perokok

Perubahan pada mukosa mulut yang terdapat pada perokok berasal dari iritasi, racun dan bahan karsinogenik yang dihasilkan pembakaran tembakau, temperatur


(26)

yang tinggi, perubahan pH rongga mulut, penurunan sistem imun tubuh dan infeksi jamur dan bakteri pada rongga mulut.14

Temperatur rokok pada bibir adalah 30˚C, s edangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900˚C. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran air ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob sehingga memberikan lingkungan yang sesuai bagi tumbuhnya bakteri. Pengaruh asap rokok secara langsung merupakan iritasi terhadap gusi dan lidah dan secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin dapat masuk ke dalam aliran darah dan ludah, sehingga jaringan pada rongga mulut yang sehat menjadi rusak karena terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi. 3

Pada perokok terjadi penurunan zat kekebalan tubuh (antibody Ig A) yang terdapat di dalam air ludah sehingga keseimbangan rongga mulut terganggu.3,15 Akibatnya, keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi terganggu dan terjadi hiperkeratosis papila filiformis. Warna hitam yang ditemukan umumnya pada lidah perokok berasal dari flora normal dan bakteri rongga mulut yang terperangkap di dalam papila lidah yang telah mengalami hyperkeratosis. 13

2.3 Hairy Tongue 2.3.1 Definisi

Sindrom lidah berambut (Hairy Tongue Syndrome) dalam literatur medis terdapat berbagai istilah yaitu brown tongue, lingua nigra, lingua villosa, lingua


(27)

villosa nigra, melanoglossia, melanotrichia linguae dan nigrities linguae yang mana

merupakan suatu kondisi dimana ada pertumbuhan papila filiformis berlebih pada permukaan dorsal lidah.16,17 Keadaan ini harus dibedakan dengan pseudoblack hairy

tongue yang merupakan diskolorasi lidah akibat permen, buah, obat-obatan, dan

pigmentasi akibat dekomposisi dari darah. 18

2.3.2 Etiologi

Penyebab utama dari hairy tongue merupakan hipertrofi papilla filiformis pada bagian dorsal lidah, umumnya disebabkan kurangnya stimulus mekanis dan pembersihan. Kondisi ini sering nampak pada masyarakat dengan oral hygiene yang buruk ( misalnya jarang menyikat gigi )19

Selain itu hairy tongue dapat terjadi pada perokok, peminum kopi dan teh, pengguna obat kumur, diet lunak dengan sedikit serat, antibiotik (penicillin, cephalosporin, chloramphenicol, streptomycin, dan tetrasiklin), kortikosteroid, NSAID dan psikotropika, kanker lidah, dan terapi radiasi pada kepala dan leher.16

2.3.3 Patogenesis

Iritasi pada lidah umumnya disebabkan oleh minuman panas atau makanan yang kasar. Oleh karena itu, permukaan lidah dilapisi oleh sebuah lapisan protektif terhadap sel-sel mati yang disebut “ keratin “. Keratin pada lidah merupakan kandungan yang sama yang membentuk rambut dan kuku.11

Keratin yang terbentuk pada permukaan lidah umumnya ditelan dan dibuang ketika kita mengkonsumsi makanan. Dalam kondisi lidah normal, jumlah keratin yang diproduksi sebanding dengan keratin yang dibuang. Namun, keseimbangan ini


(28)

dapat terganggu. Kelainan lidah ini dapat disebabkan oleh keratin yang tidak dapat dibuang dengan cepat, seperti yang terjadi pada orang yang mengkonsumsi diet lunak misalnya pada pemakai gigi tiruan. Hal ini juga dapat terjadi karena keratin yang diproduksi lebih cepat dibandingkan keratin yang ditelan atau dibuang. Peningkatan produksi keratin ini umumnya disebabkan iritasi pada permukaan lidah yang dikarenakan meminum minuman panas atau merokok. Pada hairy tongue, akumulasi keratin yang terjadi menyerupai rambut yang tumbuh pada permukaan dorsal lidah.11

2.3.4 Gambaran Klinis

Gambar 2. Hairy Tongue21

Semua kasus hairy tongue ditandai dengan hipertropi papilla filiformis disertai sedikit jumlah deskuamasi normal. Papila filiformis normal berukuran 1 mm, sedangkan pada hairy tongue panjang papilla filiformis berkisar lebih dari 3 mm. Hairy Tongue umumnya ditemukan pada pria, terutama pada kalangan perokok dan peminum kopi atau teh. 20

Diskolorasi pada hairy tongue tergantung pada 2 faktor yaitu faktor ekstrinsik (rokok, kopi, teh atau makanan) dan faktor intrinsik ( flora normal pada rongga mulut).21


(29)

2.3.5 Gambaran mikroskopis

Pada tampilan bagian lidah yang normal, batas interselular dari sel epitel pada lidah dibatasi dengan jelas, dan permukaan yang tidak terangkat dapat terlihat (Gambar 3). Jumlah papila filiformis sedikit, ramping dan pendek dan permukaan papilla halus.22

Pada hairy tongue, “rambut” yang ada terlihat panjang dan tidak beraturan (Ganbar 4) , terdiri dari banyak lapisan keratin yang tersusun seperti pola skala ikan (Gambar 5). Ditemukan banyak koloni-koloni jamur, bakteri dan debris diantara kumpulan lapisan keratin (Gambar 6). Pada bagian dalam permukaan rambut yang retak, ditemukan jamur diantara kumpulan lapisan keratin. Permukaan lidah di antara rambut memberikan tampilan yang kasar (Gambar 7).22

Gambar 3. Bagian Lidah yang Normal, tanda panah menunjukkan permukaan yang tidak terangkat. Papila filiformis (P) mempunyai


(30)

Gambar 4. “rambut” pada papila filiformis yang memanjang memiliki permukaan yang kasar

(x80)22


(31)

Gambar 6. Sel jamur (F) dan koloni bakteri (B) diantara lapisan keratin (x 240)22

Gambar 7. Permukaan lidah di antara rambut tampak kasar (x 1600)22


(32)

2.3.6 Diagnosis dan Perawatan

Biopsi tidak diperlukan dalam menentukan diagnosis.13 Pengobatan Hairy

Tongue tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika memiliki kebersihan

mulut yang sangat buruk maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi, sehingga dapat didiagnosis dan diobati sejak awal. Namun, jika kondisi ini ringan dan tanpa gejala maka yang terbaik adalah melakukan perawatan gigi dan mulut, seperti menggunakan pembersih lidah dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering mungkin sehingga mencegah akumulasi partikel makanan dan bakteri di wilayah ini. Selain itu pasien dihimbau agar menghindari faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti merokok, mengunyah tembakau, menghisap permen untuk jangka waktu lama dan lain-lain. 17


(33)

KERANGKA TEORI

Kebiasaan Merokok

Lama Merokok Jenis Rokok Jumlah Rokok Yang

Dihisap per hari

Kelainan pada Lidah


(34)

KERANGKA KONSEP

Kebiasaan Merokok

- Jenis Rokok - Lama Merokok - Jumlah Rokok yang


(35)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan

cross sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan

efeknya yaitu kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Faktor resiko dan efek diobservasi pada saat yang sama artinya setiap subjek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor resiko serta efek diukur menurut keadaan atau status pada saat diobservasi.23

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat : Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan luas wilayah 1,49 km2 dan jumlah penduduk ± 21.514 jiwa berjarak ± 8 km dari medan area tempat peneliti tinggal.24

Waktu : Sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1Populasi

Populasi penelitian adalah laki-laki di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.


(36)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas di beberapa lingkungan di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :25,26

Kelompok 1 : Laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok Kelompok 2 : Laki-laki yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi :

a. Laki-laki yang merokok sekurang-kurangnya 6 bulan dan masih merokok saat survei dilakukan.

b. Laki-laki yang bersedia diperiksa rongga mulutnya. c. Laki-laki yang dapat membuka mulut dengan baik.

3.4.2Kriteria Eksklusi

a. Laki-laki yang sedang mengkonsumsi obat-obatan b. Laki-laki yang mempunyai penyakit sistemik c. Laki-laki yang hanya merokok sekali-sekali d. Laki-laki yang merokok < 6 bulan.

3.5 Besar Sampel

Pengambilan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik non probability


(37)

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.23

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan persentase prevalensi hairy tongue di Jordania(1993) sebesar 3,4% dan prevalensi hairy tongue di Malaysia (2010) sebesar 0,1%,6,26 maka diperoleh besar sampel dengan rumus :27

n =

(Po-Pa)2

[Zα √(Po.do) + Zβ√(Pa.da)]

Dimana :

Zα = deviat baku α untuk α= 0,05 Zα=1,96 Zβ = deviat baku β untuk β =0,10 Zβ= 1,036

Po = Proporsi hairy tongue penelitian sebelumnya = 0,034 do =1-Po = 0,966

Pa = Proporsi hairy tongue penelitian terkini = 0,01 da = 1-Pa = 0,99

Po-Pa = Perbedaan proporsi yang bermakna

n =

(Po-Pa)2

[Zα √(Po.do) + Zβ√(Pa.da)]

=

(0,0115)2

[1,96 √(0,034) ( 0,966) + 1,036 √(0,01) (0,99) ]2

= 80,7 ≈ 81 (minimal)


(38)

Kelompok 1 = 83 perokok Kelompok 2 = 83 non perokok

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian

3.6.1Variabel Dependen (efek) : hairy tongue.

3.6.2 Variabel Independen (risiko) : Kebiasaan Merokok :

- Lama (tahun) merokok

- Jenis Rokok

- Jumlah Rokok per hari

3.6.3 Variabel Independen (risiko) yang dikendalikan :

- Jenis Kelamin - Umur

- Tidak menggunakan obat-obatan - Tidak menderita penyakit sistemik

3.6.4. Variabel yang tidak terkendali : - oral hygiene

- kebiasaan minum kopi / teh

3.7. Definisi Operasional

a. Jenis Kelamin adalah warga Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan jenis kelamin laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok.


(39)

b. Umur 20 tahun ke atas adalah laki-laki di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang telah berusia diatas 20 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok.25,26

c. Merokok adalah suatu kegiatan menghisap hasil olahan tembakau yang bersifat adiktif.

d. Sindrom lidah berambut (Hairy Tongue Syndrome) atau lingua nigra adalah suatu kondisi dimana ada pertumbuhan papila filiformis berlebih pada permukaan dorsal lidah ditandai dengan hipertrofi papila filiformis (panjang 3mm)17,20

e. Perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat survei dilakukan.25

f. Kebiasaan Merokok meliputi :

- Jenis Rokok adalah berbagai macam rokok yang digunakan perokok setiap harinya : rokok filter dan rokok kretek. Rokok filter merupakan rokok yang memiliki gabus sebagai filter di pangkalnya. Rokok kretek merupakan rokok yang tidak menggunakan filter di pangkalnya.

- Lama Merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok dimulai dari waktu pertama kali sampai survey dilakukan (tahun)

- Jumlah rokok adalah banyaknya batang rokok yang dihisap oleh perokok dalam 1 hari. (1 bungkus = 1-12 batang)


(40)

3.8 Sarana Penelitian 3.8.1 Alat

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan oral adalah :

a. Kaca mulut, digunakan untuk menarik pipi/lidah untuk melihat dengan jelas keadaan lidah yang ada.

b. Lampu senter, digunakan sebagai pencahayaan untuk melihat rongga mulut. c. Spatula, digunakan untuk mengerok permukaan lidah untuk melihat ada tidaknya hairy tongue.

3.8.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah sarung tangan dan masker untuk mencegah infeksi silang serta kapas untuk mengeringkan permukaan lidah.

3.8.3 Formulir Pencatatan

Formulir Pencatatan terdiri dari :

- Blanko yang mencakup data demografi

(nama dan umur) dan data klinik pemeriksaan subjektif dan objektif (pemeriksaan intraoral dan extraoral).

- Blanko kuesioner mengenai kebiasaan

merokok.

3.9 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi subjek di tempat yang ditujukan untuk mengadakan penelitian :


(41)

3.9.1 Data demografi dan Data Kebiasaan Merokok

Data demografi diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan subjek yang dipilih oleh peneliti dan data kebiasaan merokok diperoleh dengan wawancara terhadap subjek peneliti menggunakan kuesioner.

3.9.2 Data Klinik

Data klinik diperoleh dengan melakukan pemeriksaan terhadap subjek penelitian dengan cara sebagai berikut :

- Subjek penelitian diminta duduk dalam posisi rileks

- Pemeriksaan klinis dilakukan dengan kaca mulut dibantu dengan penerangan dengan menggunakan senter.

- Subjek diminta untuk menjulurkan lidahnya kemudian segera diperiksa. Permukaan lidah dikeringkan dengan menggunakan kapas. Kemudian dengan menggunakan spatula, permukaan lidah dikerok ringan.

- Apabila terdapat kelainan segera mendokumentasikan data dengan menggunakan kamera

- Peneliti mencatat jika terdapat hairy tongue yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Kriteria diagnosa klinis sesuai dengan kriteria definisi operasional.

3.10 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program


(42)

3.11 Analisa Data

•SPSS

Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kelainan hairy tongue terhadap kebiasaan merokok dilakukan dengan uji statistik dengan uji Pearson

chi-square

SKEMA ALUR PENELITIAN

Pemilihan sampel laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan

merokok selama ± 6 bulan

Pembagian kuesioner dan wawancara langsung dengan bantuan kuesioner.

Pemeriksaan langsung kondisi lidah subjek peneliti

Pencatatan data / hasil pemeriksaan

Pengolahan dan analisis data

Evaluasi data


(43)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian berjumlah 166 orang yang dibagi atas 83 orang perokok dan 83 orang non perokok, semuanya laki-laki. Usia rata-rata subyek yang mempunyai kebiasaan merokok adalah berkisar 40,65 tahun dengan usia terendah 21 tahun dan usia tertinggi 70 tahun. Usia rata-rata subyek yang tidak mempunyai kebiasaan merokok adalah 33 tahun dengan usia terendah adalah 21 tahun dan usia tertinggi adalah 67 tahun.

Pada penelitian ini, distribusi kelompok perokok dengan frekuensi jumlah perokok tertinggi adalah diantara subyek berusia 31-40 tahun sebesar 23 (27,7%) dan kelompok umur 41-50 sebesar 23 (27,7%). Kelompok umur 21-30 tahun adalah sebesar 20 (24,1%). Kelompok umur 51-60 tahun adalah 14(16,9 %). Kelompok umur 61-70 tahun adalah sebesar 3 (3,6%).

Kelompok non perokok dengan frekuensi tertinggi adalah diantara subyek berusia 21-30 tahun sebesar 45 (53 %). Kelompok umur 31-40 tahun sebesar 24(28,9%). Kelompok umur 41-50 sebesar 8(9,6%). Kelompok umur 61-70 tahun adalah sebesar 4(4,8 %). Kelompok umur 51-60 sebesar 2(2,4%). (Gambar 8)


(44)

Gambar 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur.

Pada penelitian ini, distribusi responden kelompok perokok dengan jenis pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan sebesar 35 orang (42,2%). Responden yang memiliki mata pencaharian sebagai supir angkot sebesar 19 orang (22,9%), tukang becak sebesar 17 orang (20,5%), dan bekerja sebagai karyawan biasa sebesar 12 orang (14,5%).

Distribusi responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok umumnya bekerja sebagai karyawan biasa sebesar 28 orang (33,7%). Responden yang bekerja sebagai kuli banguna sebesar 25 orang (30,1%), tukang becak sebesar 15 orang (18,1%) dan supir angkot sebesar 15 orang (18,1%). (Gambar 9)


(45)

Gambar 9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 1. Distribusi Subjek dan Kontrol Menurut Kelainan-Kelainan yang Ditemukan Pada Lidah.

Kelainan-kelainan lidah

Subyek Kontrol

n % n %

Hairy tongue 4 4,8 1 1,2

Coated tongue 49 59 29 34,1

Coated tongue + Fissured tongue 15 18,1 5 6

Fissured tongue 8 9,6 8 9,6

Makroglosia 2 2,4 1 1,2

Normal 5 6 39 47


(46)

Penelitian ini menunjukkan distribusi subyek menurut kelainan yang ditemukan pada lidah. Dari seluruh sampel subyek yang ada, hanya terdapat 4 orang dari kalangan perokok yang mempunyai hairy tongue (4,82%), dan 1 orang dari kalangan non perokok mempunyai hairy tongue (1,2%), ditemukan juga kelainan lain seperti coated tongue, fissured tongue dan makroglosia. (Tabel 1)

Tabel 2. Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok

Jenis Rokok Jumlah %

Rokok Putih/ biasa 46 55,4

Rokok Kretek 37 44,6

Total 83 100

Penelitian menunjukkan persentase subyek perokok menurut jenis rokok yang dihisap, terlihat bahwa jenis rokok yang paling banyak dihisap subyek adalah rokok biasa yaitu sebesar 46 (55,4%) sedangkan penghisap jenis rokok kretek sebesar 37(44,6%). (Tabel 2)


(47)

Tabel 3. Persentase Perokok Menurut Lama Merokok (Tahun)

Lama Merokok (Tahun) Jumlah %

1-10 23 27,7

11-20 31 37,3

>20 29 34,9

Total 83 100

Penelitian ini menunjukkan persentase subjek perokok menurut lama merokok, terlihat bahwa kebiasaan merokok yang paling lama dilakukan adalah 11-20 tahun sebesar 31(37,3%), dibandingkan dengan lama merokok selama >11-20 tahun sebesar 29(34,9%). Responden dengan lama merokok 1-10 tahun sebesar 23(27,7%). Rata-rata responden menghisap rokok selama ±16,22 tahun.(Tabel 3).

Tabel 4. Persentase Perokok Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap Per hari

Jumlah Rokok yang dihisap Per hari

Jumlah %

1 bungkus 23 27,7

2 bungkus 23 27,7

>2 bungkus 37 44,6


(48)

Penelitian ini menunjukkan persentase perokok menurut jumlah rokok yang dihisap responden per hari, terlihat bahwa penduduk Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung paling banyak menghisap rokok lebih dari 2 bungkus per hari(37%) dan yang menghisap 1 dan 2 bungkus rokok per hari masing-masing sebesar 23 orang (27,7%). Rata-rata responden menghisap rokok sebanyak ≥2 bungkus per hari. (Tabel 4)

Tabel 5. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jenis Rokok

JENIS ROKOK

Hairy Tongue

Ada Tidak Ada

n % n %

Rokok Kretek 3 3,6 30 36,1

Rokok Biasa 1 1,2 49 59,3

Total 4 4,8 79 95,1

Penelitian ini menunjukkan persentase kelainan hairy tongue yang ada berdasarkan jenis rokok yang dihisap responden, terlihat bahwa hairy tongue paling banyak terdapat pada responden yang menghisap jenis rokok kretek sebesar 3 orang (3,6%) dan terdapat 1 orang yang mempunyai kelainan hairy tongue pada responden yang menghisap jenis rokok biasa(1,2%). (Tabel 5)


(49)

Tabel 6. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Lama Merokok (Tahun)

LAMA MEROKOK (TAHUN)

Hairy Tongue

Ada Tidak

n % n %

1-10 0 0 24 28,9

11-20 2 2,4 25 30,1

>20 2 2,4 30 36,1

Total 4 4,8 79 95,1

Penelitian ini menunjukkan persentase terjadinya hairy tongue berdasarkan lama merokok, terlihat bahwa hairy tongue diderita responden yang menghisap rokok selama 11-20 tahun sebesar 2 orang (2,4%) dan >20 tahun sebesar 2 orang (2,4%). (Tabel 6)


(50)

Tabel 7. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari (bungkus)

JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP

PERHARI

Hairy Tongue

Ada Tidak

n % n %

1 bungkus 2 2,4 19 22,9

2 bungkus 0 0 28 33,7

>2 bungkus 2 2,4 32 38,6

Total 4 4,8 79 95,2

Penelitian ini menunjukkan persentase terjadinya hairy tongue berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari, terlihat bahwa 2 orang responden(2,4%) yang menghisap 1 bungkus setiap harinya mempunyai hairy tongue. Hairy tongue juga ditemukan pada 2 orang responden (2,4%) yang menghisap rokok lebih dari 2 bungkus perhari. (Tabel 7)


(51)

Tabel 8. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Hairy Tongue

SUBYEK PENELITIAN

Hairy Tongue

Total Nilai p

Ada Tidak Ada

n % n % n %

0,173

Perokok 4 2,4 79 47,6 83 50

Bukan Perokok 1 0,6 82 49,4 83 50

Total 5 3 161 97 166 100

Penelitian ini menunjukkan perbandingan antara perokok dan non perokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung, ternyata hairy tongue yang ditemukan dari 166 subjek yang diteliti hanya sebesar 5 orang(3%) dimana 4 orang diantaranya merupakan perokok dan 1 orang diantaranya bukan perokok. Hasil uji statistik dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue dengan menggunakan SPSS didapat hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue dimana nilai p=0,173. (Tabel 8)


(52)

Tabel 9. Hubungan Antara Kelainan Hairy Tongue dengan Karakteristik Merokok.

Karakteristik Koefisien korelasi Nilai p

Jenis Rokok 0,138 0,214

Lama Merokok -0,120 0,280

Jumlah rokok per hari 0,035 0,752

*= signifikan

Penelitian ini menunjukkan hubungan yang ada antara kelainan hairy tongue dengan karakteristik merokok. Hasil uji statistik dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue dengan menggunakan SPSS didapat hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara jenis rokok, lama merokok, jumlah rokok per hari terhadap terjadinya hairy tongue dimana nilai p = 0,214 dengan koefisien korelasi terhadap jenis rokok yaitu 0,318, nilai p = 0,280 dengan koefisien korelasi terhadap lama merokok yaitu -0,120, nilai p = 0,752 dengan koefisien korelasi terhadap jumlah rokok per hari yaitu 0,035. (Tabel 9)


(53)

Gambar 10. Hasil penelitian perokok yang memiliki hairy tongue.

Gambar 11. Hairy tongue yang terdapat pada orang yang tidak mempunyai


(54)

BAB 5

PEMBAHASAN

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa tembakau sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan perokok untuk mengurangi kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, sehingga merokok menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.4 Menurut data Susenas (2001), prevalensi merokok penduduk di Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah 31,5%.25

Dari penelitian ini terlihat bahwa subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penduduk Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang memiliki kebiasaan merokok dan penduduk yang tidak mempunyai kebiasaan merokok (kontrol) masing-masing sebanyak 83 orang, sehingga total jumlah subjek penelitian adalah 166 orang.

Kelainan lidah berupa hairy tongue pada penelitian ini ditemui sebanyak 5 orang (3%) dari 166 subjek penelitian. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan Motallebnejad M, dkk (2008) yaitu sebanyak 1,2% dan oleh Koay CL, dkk (2010) sebanyak 1%.26,28 Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah pada masyarakat yang menjadi responden di Kecamatan Medan Tembung tentang kesehatan rongga mulut terutama lidah. Hal ini diketahui dari mata pencaharian


(55)

subjek yang diteliti, dimana responden dalam penelitian ini umumnya bekerja sebagai kuli bangunan, supir angkot dan tukang becak. Namun, hasil ini diketahui lebih rendah dibandingkan penelitian yang dilakukan Jahanbani J, dkk (2009) sebesar 8,9%.29 Hal ini dikarenakan pola hidup penduduk di masing-masing negara berbeda, masyarakat di Indonesia umumnya mengkonsumsi makanan yang kasar (rough food) seperti nasi yang merupakan makanan pokok bangsa Indonesia, kacang-kacangan, sayuran mentah, buah-buahan, makanan kering, jagung, sereal kering. Hal ini berbeda dengan masyarakat di bagian barat yang mengkonsumsi diet makanan lunak seperti bubur gandum, saus apel, mashed potatoes, juice, keju, pudding, salad dan sebagainya.30,31 Perbedaan pola makan yang terdapat pada tiap-tiap negara dapat mempengaruhi kondisi lidah itu sendiri, makan makanan yang kasar (rough food) umumnya dapat membersihkan lidah dengan sendirinya dibandingkan dengan mengkonsumsi makanan yang lunak (soft food).32

Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Motallebnejad M, dkk dimana tidak diketahui korelasi dan hubungan antara hairy tongue dan kebiasaan merokok dikarenakan rendahnya persentase hairy tongue yang ada.28 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwazeh A dan Pillai K(1993), ditemukan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.6 Hal ini karena pada penelitian yang dilakukannya tidak dikendalikan variabel-variabel dalam penelitian, seperti penyakit sistemik dan obat-obatan.


(56)

Prevalensi hairy tongue di kalangan perokok diketahui cukup menonjol yaitu 4 orang (4,8%) dibanding kalangan non perokok sebesar 1 orang(1,2%). Hal ini menunjukkan meskipun tidak diketahui ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, namun kebiasaan merokok cukup memiliki peranan yang menonjol terhadap terjadinya hairy tongue. Temperatur rokok pada bibir adalah 30˚C sedangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900˚C. Asap panas yang berhembus terus-menerus ke dalam rongga mulut menyebabkan perubahan panas pada jaringan mulut. Iritasi kronis dan panas menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar air liur sehingga rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob yang memberikan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu pengaruh asap rokok secara langsung menyebabkan iritasi terhadap lidah dan secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin, sehingga fungsi normal mekanisme pertahanan dalam rongga mulut terganggu. Hal ini menyebabkan keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi terganggu yang kemudian mengakibatkan pertumbuhan papila filiformis pada lidah berlebihan sehingga terjadi hairy tongue.3

Frekuensi hairy tongue paling banyak ditemui pada penghisap rokok kretek yaitu sebesar 3 orang (1,8%). Hal ini dikarenakan kandungan nikotin pada rokok filter dapat tersaring dengan lebih baik sehingga kandungan nikotin yang masuk ke dalam rongga mulut lebih sedikit dibanding rokok kretek..33 Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok dapat mempengaruhi fungsi dan morfologi muko sa lidah serta memberi perubahan yang signifikan terhadap papila-papila lidah.34


(57)

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam penelitian ini, diketahui bahwa terdapat hairy tongue pada 2 orang responden yang menghisap rokok sebesar 1 bungkus per hari dan 2 orang responden yang menghisap rokok sebesar >2 bungkus perhari. Data ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue. Penelitian Anderson G dkk(1997) menyatakan bahwa paparan nikotin berhubungan secara positif dengan jumlah rokok yang dihisap. Namun tidak ada hubungan yang terlihat antara paparan nikotin per hari dan masuknya nikotin per hari dengan jumlah rokok perhari yang diukur dengan mesin pengukur nikotin.35 Tidak terdapatnya hairy tongue pada responden yang menghisap rokok sebanyak 2 bungkus per hari kemungkinan dikarenakan faktor usia responden dan oral hygiene yang cukup baik. Pada penelitian ini, responden dengan kelainan hairy tongue yang menghisap 1 bungkus rokok per hari memiliki oral hygiene yang jelek dan faktor usia yang senja. Penelitian Jahanbani dkk (2009) menyatakan adanya hubungan antara terjadinya hairy tongue dengan bertambahnya umur.29

Berdasarkan lama merokok responden, diketahui bahwa terdapat hairy tongue pada responden yang telah menghisap rokok selama 11-20 tahun sebesar 2 orang dan pada responden yang telah menghisap rokok selama lebih dari 20 tahun sebesar 2 orang. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya hairy tongue. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Anderson G dkk(1997) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya hairy tongue.35 Menurut penelitian Kobayashi K dkk(2010), pemanjangan papila filiformis yang


(58)

abnormal seperti rambut bagian tengah dorsal lidah merupakan suatu kondisi yang paling sering terlihat pada perokok kronik.36 Perokok kronik berdasarkan Cancer

Journal for Clinicians merupakan perokok dengan lama merokok 40 tahun dan

jumlah rokok 26 batang atau lebih, sedangkan dalam penelitian ini rata-rata subjek yang diteliti berusia 40 tahun dimana lama merokok subjek belum mencapai 40 tahun (kronik).37

Hubungan yang signifikan ditemukan antara kelainan-kelainan lidah dengan kebiasaan merokok. Komponen-komponen yang terkandung dalam asap rokok diketahui mempengaruhi pertumbuhan lapisan papila filiformis pada permukaan lidah.35 Selain hairy tongue, ditemukan juga kelainan-kelainan lidah lain yang terdapat pada warga Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang memiliki kebiasaan merokok seperti coated tongue, fissured tongue, dan makroglosia.

Pada subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan merokok, ditemukan 1 orang responden yang mempunyai hairy tongue. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan oral hygiene yang buruk pada responden, faktor usia lanjut, dan peminum berat teh, meskipun pada penelitian yang dilakukan Motallebnejad M, dkk(2008) tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara hairy tongue dan oral

hygiene.28

Dalam penelitian ini peneliti tidak menghubungkan antara kebiasaan lainnya seperti oral hygiene, peminum teh atau kopi, peminum alkohol, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan terjadinya hairy tongue. Dalam penelitian ini peneliti hanya mencari hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Untuk itu perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan terjadinya


(59)

hairy tongue dengan faktor-faktor kebiasaan lain yang dapat menyebabkan terjadinya hairy tongue itu sendiri.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hairy tongue tidak berkaitan dengan kebiasaan merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Hairy tongue juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap lama merokok, jumlah rokok, dan jenis rokok. Namun terdapat prevalensi yang lebih besar pada perokok terhadap terjadinya hairy tongue dibandingkan dengan non-perokok.

Terjadinya hairy tongue dapat dicegah dengan mengurangi faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti merokok dan mengunyah tembakau, namun hal ini dapat dikurangi juga dengan mencari alternatif lain seperti meningkatkan kebersihan mulut yaitu menyikat lidah secara rutin dan mengkonsumsi makanan kasar (rough food) untuk membantu pembersihan lidah secara natural.

Penelitian ini hanya mencari hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut antara hairy tongue dengan faktor predisposisi lainnya seperti oral hygiene, minum teh atau kopi, obat kumur, obat-obatan dan penyakit sistemik yang diderita. Selain itu diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada untuk dapat lebih memberikan informasi, penyuluhan dan edukasi pada daerah-daerah yang jauh dari perkotaan dimana penduduk yang ada berpendidikan rendah sehingga mereka mengetahui pentingnya memelihara kondisi rongga mulut.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermawan R. Menyehatkan Daerah Mulut. Buku Biru, Yogyakarta, Indonesia. 2010 : 155-159

2. Ruslan.G. Efek Merokok Terhadap Rongga Mulut.Cermin Dunia Kedokteran No 113. 1996 :41 <http://www.kalbe.co.id/files/14efek merokok terhadap rongga mulut> (14 Agustus 2010)

3. Anonymus. Rokok dan Kesehatan Rongga Mulut.< http ://www.pdgi-online.com> ( 12 Agustus 2010)

4.

Fawzani N.,Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok

Berat). Makara Kesehatan, Vol 9. No 1, Juni 2005 :15-22.

5. Depkes RI. Data dan Fakta Konsumsi Rokok di Indonesia <http://www.lizaherbal.com/main> (12 Agustus 2010)

6. Darwazeh AM, Pillai K. Prevalence of tongue lesions in 1013 Jordanian

dental outpatients. Community Dent Oral Epidemiol 1993; 21:323-4.

7. Anonymus. Sejarah Rokok <http://forum.detik.com> (13 Agustus 2010) 8. Anonymus. Rokok <http ://id.wikipedia.org> (13 Agustus 2010)

9. Anonymus. Sejarah Rokok di Indonesia <http://www.lintasberita.com> (13 Agustus 2010)

10.Simamora J. Inilah Perbedaan Rokok Putih dan Rokok Kretek. <http://koranbaru.com> (3 September 2010)

11.Anonymus. Hairy/Coated Tongue Patient Information. American Academy of Oral and Maxillofacial Pathology. <www.aaomp.org> (13 Agustus 2010)


(62)

12.Greenberg MS, Brightman VJ, Lynch MA. Burket’s Oral Medicine Diagnosis

and Treatment. J.B. Lippineott Company, London, 1984: 432,435

13.Julie A.B., Alison J.B.,Roy s.RIII. Glossitis and other tongue disorders. Dermatol Clin 21.2003 : 123-134

14.Bouquot. Oral Effects of Tobacco Abuse. <

2010)

15.Putri T. Karakteristik Saliva.2010

<http://titianputri.blogspot.com/2010/02/karakteristik-saliva.html> (11 September 2010)

16.Ehrsam E. Black Hairy Tongue.<http://knol.google.com/k/black-hairy-tongue> (3 September 2010)

17.Anonymus. Hairy Tongue Syndrome. <http://www.resep.web.id> (11 Agustus 2010)

18.Burket, L.W. Oral Medicine Diagnosis and Treatment. L.B. Lippineott Company, Philadelphia. 1971 : 154

19.Lynch D.P. Hairy Tongue <http:// emedicine.medscape.com> (9 Agustus 2010)

20.Galvan S.V. Black Hairy Tongue. Clevel And Clinic Journal of Medicine. <http://www.ccjm.org/content/75/12/847> (14 Agustus 2010)

21.Lawoyin D., Brown R.S. Drug-Induced Black Hairy Tongue : Diagnosis and

Management Challenges.2008


(63)

22.Harada Y., Gaafar H. Black Hairy Tongue : A Scanning electron microscopic

study. Journal of Laryngology and Otology 1997, vol. 91, no. 1 pp. 91-96

23.Notoatmodjo S.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta.2005: 26-149

24.Katalog BPS. Kecamatan Medan Tembung dalam Angka.2008 <http://bappeda.sumutprov.go.id/File_Upload/Data&Informasi/75_KCDA_M EDAN/170.Tembung.pdf> (14 September 2010)

25.Anonymus. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok.2004. <

26.Koay CL., Lim JA., Siar CH. The prevalence of tongue lesions in Malaysian

dental outpatients from the Klang Valley area. Faculty of Dentistry,

University of Malaya.Kuala Lumpur Malaysia.2010.

27.Sastoasmoro S., dan Ismael S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV. Sagung Seto, Jakarta., Edisi ke-2.

28.Motallebnejad M., Babaee N., Sakhdari S., Tavasoli M. An Epidemiologic

Study of Tongue Lesions in 1901 Iranian Dental Outpatients. The Journal of

Contemporary Dental Practice 2008. Vol 9:7

29. Jahanbani J., Sandvik L., Lyberg T., Ahlfors E. Evaluation of Oral Mucosal

Lesions in 598 Referred Iranian Patients. The Open Dentistry Journal 2009.

Vol 3;42-47

30.Anonymous. Food in Indonesia. <http://www.foodbycountry.com/Germany-to-Japan/Indonesia.html> (8 November 2010)


(64)

31.Anonymous. Soft Food Diet. <http://www.squidoo.com/softFood> (8 November 2010).

32.Cheryl A., Beller. Reasons for a Coated Tongue. 2010 <http://www.ehow.com/list_7301099_reasons-coated-tongue.html>

(14 Oktober 2010)

33.Susanna, D.,B. Hartono; dan H. Fauzan. Penentuan Kadar Nikotin Dalam

Asap Rokok (Level of Nicotin Content in Cigarettes). Jurnal Ekologi

Kesehatan Vol 2 No 3. 2003 :272-274

34.Yekta SS., Luckhoff A., Ristic D., Lampert F., Ellrich J. Impaired

somatosensation in tongue mucosa of smokers. Clin Oral Invest.2010

35.Anderson G., Vala EK., Curvall M. The influence of cigarette consumption

and smoking machine yield of tar and nicotine uptake and oral mucosal lesions in smokers. J Oral Pathol Med 1997:26:117-23.

36.Kobayashi K, dkk. Dermoscopic Features of Features of a Black Hairy

Tongue in 2 Japanese Patients. 2010.

<http://www.hindawi.com/journals/drp/2010/145878.html> (10 Oktober 2010)

37.A Cancer Journal for Clinicians. Phone Counseling Plus Medication Help

Even Heavy Smokers Quit. CA Cancer J Clin, 2006:56;189-190.


(65)

CONTOH KUESIONER

Nama :

Umur :

1. Apakah saudara merokok ? Ya  Tidak  Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikut :

2. Sudah berapa lama saudara merokok?

1 – 10 tahun 11-20 tahun

>20 tahun

3. Jenis rokok apa yang anda hisap?

rokok kretek (non filter) rokok biasa (rokok filter) 4. Berapa batang saudara merokok dalam 1 hari?

 1 bungkus

 2 bungkus

 > 2 bungkus


(66)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak-bapak,

Perkenalkan nama saya Wenti Komala, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Merokok dengan Hairy Tongue di Kelurahan Indra

Kasih Kecamatan Medan Tembung “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara hairy tongue dengan kebiasaan merokok. Hairy tongue adalah kondisi lidah dimana lidah akan tampak seperti berbulu atau berambut. Manfaat dari penelitian ini adalah agar para warga dapat mengetahui dampak merokok terhadap lidah yaitu diantaranya lidah berbulu tersebut. Adapun kondisi lidah berbulu ini sangat jarang ditemui.

Bapak-bapak sekalian, pada perokok umumnya ditemukan hairy tongue, namun banyak faktor –faktor yang mendukung timbulnya kelainan pada lidah ini, namun iritasi akibat rokok itu sendiri memegang peranan yang besar dalam timbulnya hairy tongue. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini saya bermaksud meneliti apakah memang terdapat hubungan kebiasaan merokok tersebut dengan kondisi lidah berbulu.

Saya akan mencatat identitas bapak-bapak (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan). Setelah itu saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada lidah yang bapak sekalian rasakan dengan menggunakan kuesioner yang ada. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan melihat lidah bapak ibu sekalian selama beberapa menit. Pertama-tama bapak dipersilahkan duduk di dalam ruangan dengan nyaman, kemudian bapak dianjurkan untuk menjulurkan lidah selama beberapa menit, saya akan mengamati dan memeriksa serta mencatat kondisi lidah bapak-bapak. Apabila dijumpai kelainan, saya mohon


(67)

kesediaan bapak-bapak sekalian agar memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut. Penelitian ini hanya bersifat pengamatan, jadi bapak-bapak sekalian tidak perlu risau akan terjadi dampak-dampak ataupun efek-efek.

Partisipasi bapak-bapak sekalian dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang bapak bapak alami, silahkan menghubungi saya, Wenti Komala (HP. 085761169318)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu bapak-bapak , saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(68)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( Inform Consent )

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2010

Peserta penelitian,


(1)

22. Harada Y., Gaafar H. Black Hairy Tongue : A Scanning electron microscopic

study. Journal of Laryngology and Otology 1997, vol. 91, no. 1 pp. 91-96

23. Notoatmodjo S.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta.2005: 26-149

24. Katalog BPS. Kecamatan Medan Tembung dalam Angka.2008 <http://bappeda.sumutprov.go.id/File_Upload/Data&Informasi/75_KCDA_M EDAN/170.Tembung.pdf> (14 September 2010)

25. Anonymus. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok.2004. <

26. Koay CL., Lim JA., Siar CH. The prevalence of tongue lesions in Malaysian

dental outpatients from the Klang Valley area. Faculty of Dentistry,

University of Malaya.Kuala Lumpur Malaysia.2010.

27. Sastoasmoro S., dan Ismael S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV. Sagung Seto, Jakarta., Edisi ke-2.

28. Motallebnejad M., Babaee N., Sakhdari S., Tavasoli M. An Epidemiologic

Study of Tongue Lesions in 1901 Iranian Dental Outpatients. The Journal of

Contemporary Dental Practice 2008. Vol 9:7

29. Jahanbani J., Sandvik L., Lyberg T., Ahlfors E. Evaluation of Oral Mucosal

Lesions in 598 Referred Iranian Patients. The Open Dentistry Journal 2009.

Vol 3;42-47

30. Anonymous. Food in Indonesia. <http://www.foodbycountry.com/Germany-to-Japan/Indonesia.html> (8 November 2010)


(2)

31. Anonymous. Soft Food Diet. <http://www.squidoo.com/softFood> (8 November 2010).

32. Cheryl A., Beller. Reasons for a Coated Tongue. 2010 <http://www.ehow.com/list_7301099_reasons-coated-tongue.html>

(14 Oktober 2010)

33. Susanna, D.,B. Hartono; dan H. Fauzan. Penentuan Kadar Nikotin Dalam

Asap Rokok (Level of Nicotin Content in Cigarettes). Jurnal Ekologi

Kesehatan Vol 2 No 3. 2003 :272-274

34. Yekta SS., Luckhoff A., Ristic D., Lampert F., Ellrich J. Impaired

somatosensation in tongue mucosa of smokers. Clin Oral Invest.2010

35. Anderson G., Vala EK., Curvall M. The influence of cigarette consumption

and smoking machine yield of tar and nicotine uptake and oral mucosal lesions in smokers. J Oral Pathol Med 1997:26:117-23.

36. Kobayashi K, dkk. Dermoscopic Features of Features of a Black Hairy

Tongue in 2 Japanese Patients. 2010.

<http://www.hindawi.com/journals/drp/2010/145878.html> (10 Oktober 2010)

37. A Cancer Journal for Clinicians. Phone Counseling Plus Medication Help

Even Heavy Smokers Quit. CA Cancer J Clin, 2006:56;189-190.


(3)

CONTOH KUESIONER

Nama :

Umur :

1. Apakah saudara merokok ? Ya  Tidak  Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikut :

2. Sudah berapa lama saudara merokok? 1 – 10 tahun

11-20 tahun >20 tahun

3. Jenis rokok apa yang anda hisap?

rokok kretek (non filter) rokok biasa (rokok filter) 4. Berapa batang saudara merokok dalam 1 hari?

 1 bungkus  2 bungkus

> 2 bungkus


(4)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak-bapak,

Perkenalkan nama saya Wenti Komala, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Merokok dengan Hairy Tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hairy tongue dengan kebiasaan merokok. Hairy tongue adalah kondisi lidah dimana lidah akan tampak seperti berbulu atau berambut. Manfaat dari penelitian ini adalah agar para warga dapat mengetahui dampak merokok terhadap lidah yaitu diantaranya lidah berbulu tersebut. Adapun kondisi lidah berbulu ini sangat jarang ditemui.

Bapak-bapak sekalian, pada perokok umumnya ditemukan hairy tongue, namun banyak faktor –faktor yang mendukung timbulnya kelainan pada lidah ini, namun iritasi akibat rokok itu sendiri memegang peranan yang besar dalam timbulnya hairy tongue. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini saya bermaksud meneliti apakah memang terdapat hubungan kebiasaan merokok tersebut dengan kondisi lidah berbulu.

Saya akan mencatat identitas bapak-bapak (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan). Setelah itu saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada lidah yang bapak sekalian rasakan dengan menggunakan kuesioner yang ada. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan melihat lidah bapak ibu sekalian selama beberapa menit. Pertama-tama bapak dipersilahkan duduk di dalam ruangan dengan nyaman, kemudian bapak dianjurkan untuk menjulurkan lidah selama beberapa menit, saya akan mengamati dan memeriksa serta mencatat kondisi lidah bapak-bapak. Apabila dijumpai kelainan, saya mohon


(5)

kesediaan bapak-bapak sekalian agar memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut. Penelitian ini hanya bersifat pengamatan, jadi bapak-bapak sekalian tidak perlu risau akan terjadi dampak-dampak ataupun efek-efek.

Partisipasi bapak-bapak sekalian dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang bapak bapak alami, silahkan menghubungi saya, Wenti Komala (HP. 085761169318)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu bapak-bapak , saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(6)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( Inform Consent )

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2010

Peserta penelitian,