110 Rasio Price Book Value PBV dan Price Earning Ratio PER
menggambarkan prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan. Semakin tinggi nilai PER maka semakin tinggi pula prospek perusahaan di masa depan,
karena PER dapat mempresentasikan aliran laba di masa depan. Semakin tinggi nilai PBV juga menggambarkan semakin bagus prospek pertumbuhan
perusahaan di masa depan, karena PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh Brigham, 1999: 92 dalam Untung W. dan Hartini 2006: 54.
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis a. Uji t
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji t, yaitu untuk mengetahui apakah terjadi trimming atau tidak antara indikator terhadap variabel latennya.
Hasil pengujian tersebut dapat ditunjukkan pada path diagram berikut:
111 Gambar 4.1
Path diagram di atas menunjukkan bahwa pada seluruh indikator mempunyai nilai signifikan terhadap variabel latennya. Tetapi pada X
3
, X
6
, X
9
, dan X
11
tidak terdapat nilai t hitung, ini dikarenakan salah satu indikator pengukuran dari variabel laten tidak ditetapkan nilai loadingnya menjadi 1
Imam Ghozali dan Fuad, 2005. Akibatnya variabel laten secara default akan distandarkan oleh LISREL sehingga indikator dari variabel laten endogen
tidak memiliki nilai standar error dan nilai t tidak dapat ditentukan. Agar hasil yang diperoleh lebih bermakna, maka ditentukan unit pengukuran variabel
laten dalam hubungannya dengan variabel observed sehingga akan
112 memudahkan dalam membandingkan besarnya pengaruh antara variabel laten
pada persamaan strukturalnya Imam Ghozali dan Fuad, 2005. Oleh karena itu X
3
, X
6
, X
9
, dan X
11
ditentukan nilainya sama dengan masing-masing variabel endogennya. X
3
sama dengan keputusan investasi, X
6
sama dengan keputusan pendanaan, X
9
sama dengan kebijakan dividen, X
11
sama dengan nilai perusahaan. Indikator yang ditentukan sama dengan variabel latennya
disebut sebagai variabel reference, yaitu indikator yang paling representatif mewakili variabel latennya. Begitu juga X
2
yang nilainya ditentukan sama dengan variabel latennya yaitu struktur kepemilikan. Ini dikarenakan t-hitung
pada X
2
-6.7872 lebih kecil dari t-tabel -1.980, sehingga dapat dikatakan sebagai indikator yang paling representatif terhadap variabel latennya, yaitu
struktur kepemilikan. Dari keterangan tersebut maka dapat diperoleh hasil pengujian sebagai berikut:
113 Gambar 4.2
b. Penilaian Model Fit Penilaian model fit adalah bagian dari SEM. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengetahui apakah output yang dihasilkan mempunyai nilai fit atau tidak. Nilai fit dalam suatu model dapat dilihat dari beberapa indikator
goodness of fit index . Output yang dihasilkan dari penelitian awal
menunjukkan bahwa model adalah tidak bagus atau tidak fit. Ini dapat dilihat dari tabel berikut:
114 Tabel 4.7
Pengujian Kesesuaian Model
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan model dinyatakan tidak fit. Ini dapat dilihat dari:
• Nilai probabilitas yang jauh dari nilai kritis, dimana nilai kritisnya lebih besar dari 0.05, sementara hasil modelnya adalah 0.00
• Nilai RMSEA yang lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.1883, sedangkan suatu model dikatakan fit jika nilai RMSEA kurang dari 0.10.
Indikator Fit Nilai yang
Direkomendasikan Hasil
Model Evaluasi Model
Absolute Fit Probabilitas
P 0.05 0.00
Signifikan Normed chi-square
X²df 2
2 X²df 5 7.6014
Tidak Fit RMSEA
0.10 0.05
0.01 0.1883
Tidak Fit P-value for test of
close fit 0.05
0.0000 Tidak Fit
GFI 0.90
0.7276 Tidak Fit
AGFI 0.90
0.5574 Tidak Fit
Comparative Fit NFI
0.9 0.5274
Tidak Fit NNFI or Tucker
Lewis Index TLI 0.9
0.3829 Tidak Fit
CFI 0.9
0.5512 Tidak Fit
RFI 0.9
0.3502 Tidak Fit
Parsimonius Fit PNFI
0-1 0.3836
Kurang baik PGFI
0-1 0.4478
Kurang baik
115 • Nilai GFI dan AGFI yang kurang dari 0.90, dimana seharusnya model
yang fit memiliki nilai lebih besar dari 0.90. • Nilai NFI dan NNFI yang kurang dari 0.90, dimana seharusnya model
yang fit memiliki nilai lebih besar dari 0.90. • Nilai CFI dan RFI yang kurang dari 0.90, dimana seharusnya model yang
fit memiliki nilai lebih besar dari 0.90. • Nilai PNFI dan PGFI dikatakan tidak fit, karena hanya mempunyai nilai
0.3836 untuk PNFI dan 0.4478 untuk PGFI sedangkan nilai yang dianjurkan 0-1 lebih besar lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas didapat kesimpulan bahwa model tidak fit. Model yang tidak fit dapat menyebabkan penelitian ini menjadi tidak berarti,
karena salah satu tujuan dari analisis SEM adalah menentukan model yang fitbaik dalam permodelan struktural maupun model measurement. Oleh
karena itu untuk model yang tidak fit diperlukan beberapa modifikasi indeks untuk menjawab pertanyaan mengenai parameter mana yang ditambahkan
pada model sehingga menghasilkan model yang fit. Modifikasi indeks menginformasikan penurunan nilai chi-square jika
parameter yang sebelumnya merupakan parameter yang ditentukan nilainya sekarang menjadi parameter yang diestimasi dan model kemudian diestimasi
ulang. Modifikasi indeks yang paling besar menginformasikan parameter mana yang harus dijadikan free dengan menambah hubungan langsung dan
atau menambah jumlah kovarians. Modifikasi dapat dilakukan apabila chi-
116 square menurun minimal 3.84 semakin besar semakin baik Imam Ghozali dan
Fuad, 2005. Modifikasi yang dianjurkan oleh LISREL dapat digambarkan pada
path diagram berikut:
Gambar 4.3
1. Mengkorelasikan dua indikator X
12
PER dan X
9
DPR, karena dengan Mengkorelasikan indikator tersebut maka akan menurunkan nilai chi-
square sebesar 63.3 lampiran II dan menghasilkan kovarian baru yaitu sebesar 5.38, korelasi tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
117 Tettet Fitrijanti Jogiyanto 2002 yang menyatakan bahwa rasio
MVABVA, MVEBVE, dan PER yang diuji dengan analisis sensitivitas-rasio individual menunjukkan hubungan positif signifikan dengan Dividend Payout
Ratio DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen lebih rendah guna membiayai
proyek-proyek investasinya.
2. Menambah path hubungan antara X
10
dan Keputusan Investasi. X
10
Dividend Yield Ratio selain merupakan indikator dari kebijakan dividen juga dapat menjadi indikator dari keputusan investasi, karena dengan
menambah hubungan dari indikator tersebut ke variabel laten keputusan investasi maka akan menurunkan chi-square sebesar 15.9 lampiran III.
Hubungan tersebut berdasarkan pada penelitian Smith Watts 1992 dalam MG. Kentris Muh. Yusuf 2005:120 yang menyatakan bahwa peluang
investasi yang tinggi pada masa yang akan datang akan menyebabkan adanya penahanan untuk pengeluaran dividen untuk membiayai investasi di masa
datang. Maka dapat dikatakan Dividen Yield Ratio DYR juga merupakan indikator dari keputusan investasi.
3. Menambah path hubungan antara X
8
dan Keputusan Investasi. X
8
LDE selain merupakan indikator dari keputusan pendanaan juga dapat menjadi indikator dari keputusan investasi, karena dengan menambah
hubungan dari indikator tersebut ke variabel laten keputusan investasi maka
118 akan menurunkan nilai chi-square sebesar 10.1 lampiran IV. Hubungan
tersebut berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kaaro 2002b dalam Sri Hasnawati 2005 dimana keputusan investasi memiliki efek positif
terhadap keputusan pendanaan pada kondisi ketidakpastian yang rendah. Penelitian Sri Hasnawati 2005 juga menemukan pengaruh positif antara
keputusan investasi terhadap keputusan pendanaan.
4. Menambah path hubungan antara X
12
dan Kebijakan Dividen. X
12
PBV selain merupakan indikator dari nilai perusahaan juga dapat menjadi indikator dari kebijakan dividen, karena dengan menambah hubungan
dari indikator tersebut ke variabel laten kebijakan dividen maka akan menurunkan nilai chi-square sebesar 11.3 lampiran V. Hubungan tersebut
juga berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti 1996 bahwa peningkatan payout ratio akan meningkatkan nilai sekuritas, karena
nilai buku relatif konstan, maka kenaikan payout ratio akan meningkatkan PBV. Jadi hubungan antara payout ratio dan PBV berbanding lurus.
Berdasarkan beberapa modifikasi yang dilakukan dalam LISREL Linear Structural Relationship
, maka dapat diperoleh output kesesuaian model sebagai berikut:
119 Tabel 4.8
Pengujian Kesesuaian Model
Sumber: data diolah
Output di atas menunjukkan bahwa hampir semua indikator fit menunjukkan model cukup fit. Hal ini dapat ditunjukkan dari beberapa indikator
fit, diantaranya adalah: • Normed chi-square yang mempunyai nilai sebesar 1.9849, karena nilai
tersebut mendekati nilai yang direkomendasikan 2 maka dapat dikatakan model tersebut fit. Carmines dan Melver 1981 dalam Imam Ghozali 2005
Indikator Fit Nilai yang
Direkomendasikan Hasil
Model Evaluasi Model
Absolute Fit Probabilitas
P 0.05 0.0001
Signifikan Normed chi-square
X²df 2
2 X²df 5 1.9849
Fit RMSEA
0.10 0.05
0.01 0.0926
Fit P-value for test of
close fit 0.05
0.0269 Cukup fit
GFI 0.90
0.8730 Cukup fit
AGFI 0.90
0.7748 Kurang fit
Comparative Fit NFI
0.9 0.8869
Cukup fit NNFI or Tucker
Lewis Index TLI 0.9
0.9079 Fit
CFI 0.9
0.9386 Fit
RFI 0.9
0.8303 Cukup fit
Parsimonius Fit PNFI
0-1 0.5913
Cukup baik PGFI
0-1 0.4924
Kurang baik
120 menganjurkan nilai normed chi-square sebesar 2 sedangkan nilai yang
dihasilkan model di atas kurang dari 2 sehingga dapat dikatakan model sangat fit.
• RMSEA Root Mean Square Error of Approximation yang menunjukkan model yang fit, karena RMSEA model di atas memiliki nilai 0.0926 yang
lebih kecil dari 0.10. • P-value for test of close fit menunjukkan nilai 0.0269 sedangkan nilai yang
direkomendasikan adalah 0.05 sehingga dapat dikatakan nilai p-value for test of close fit
model di atas mendekati fit. • GFI Goodness of Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.8730 adalah
lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu 0.90, namun dapat dikatakan model cukup fit.
• AGFI Adjusted Goodness of Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.7748 lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu 0.90, sehingga dapat
dikatakan model kurang fit. • NFI Normed Fit Index yang mempunyai nilai 0.8869 lebih kecil dari nilai
yang direkomendasikan yaitu 0.90, namun dapat dikatakan model tersebut cukup fit.
• NNFI atau Tucker Lewis Index TLI menunjukkan model di atas adalah fit, karena nilai NNFI sebesar 0.9079 sesuai dengan rekomendasi nilai NNFI yaitu
0.90.
121 • CFI Comparative Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.9386 sesuai
dengan rekomendasi nilai CFI yaitu 0.90 sehingga dapat dikatakan model tersebut fit.
• RFI Relative Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.8303 dapat dikatakan cukup fit, karena nilai RFI tersebut sedikit lebih kecil dari nilai
rekomendasi RFI yaitu 0.90. • PNFI Parsimony Normed Fit Index menunjukkan model cukup baik, karena
nilai PNFI sebesar 0.5913. Sedangkan nilai PGFI Parsimony Goodness Fit mempunyai nilai 0.4924, sehingga dapat dikatakan model kurang fit namun
kedua nilai tersebut masih dalam interval rekomendasi, yaitu 0-1 lebih besar lebih baik.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan dari uji kesesuaian fit bahwa secara keseluruhan model dikatakan cukup fit karena masih ada
keterbatasan pada beberapa indikator fit yang menunjukkan nilai yang kurang dari nilai yang direkomendasikan.
c. Evaluasi Model Pengukuran Setelah melakukan pengujian model fit dan menunjukkan bahwa
model cukup fit secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya yaitu evaluasi model pengukuran yang berfokus pada hubungan-hubungan antara variabel
laten dan indikatornya variabel manifest. Tujuan dalam mengevaluasi model pengukuran ini adalah untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam
mengukur variabel latennya dan untuk mengetahui seberapa besar proporsi
122 varians yang dijelaskan oleh variabel latennya sedangkan sisanya dijelaskan
oleh measurement error. Evaluasi model pengukuran dapat ditunjukkan pada path diagram
berikut:
Gambar 4.4
Berdasarkan path diagram di atas dapat menunjukkan hubungan indikator terhadap variabel latennya yaitu sebagai berikut:
• X
1
Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Kepemilikan. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien unstandardized estimate
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur kepemilikan. Hal ini dapat ditunjukkan dari koefisien pengaruh, yaitu sebesar -0.0514 dan nilai t-
123 hitung yang sebesar -1.2852 lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar -
1.980. • X
2
Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Kepemilikan. Kepemilikan
institusional merupakan indikator dari
struktur kepemilikan, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya.
Sehingga variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap struktur kepemilikan.
• X
3
Rasio PPE terhadap Keputusan Investasi. Rasio PPE merupakan indikator dari keputusan investasi, dimana
indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap keputusan investasi. • X
4
Rasio MVEBVE terhadap Keputusan Investasi. Rasio MVEBVE mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Hal ini dapat ditunjukkan dari koefisien pengaruh, yaitu sebesar 25.9867 dan nilai t-hitung
sebesar 3.0165 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1.980. • X
5
Rasio MVABVA terhadap Keputusan Investasi. Rasio MVABVA mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Hal ini ditunjukkan dari koefisien pengaruh, yaitu sebesar 10.4887 dan nilai t-hitung
sebesar 3.0045 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1.980.
124 • X
6
Rasio BDE terhadap Keputusan Pendanaan. Book Debt to Equity Ratio
BDE merupakan indikator dari keputusan pendanaan, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga
variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap keputusan pendanaan.
• X
7
Rasio BDA terhadap Keputusan Pendanaan. Book Debt to Asset Ratio
BDA mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh, yaitu sebesar 0.1932 dan nilai t-
hitung sebesar 76.8447 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.980. • X
8
Rasio LDE terhadap Keputusan Pendanaan. Long Term Debt Equity Ratio
LDE mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh, yaitu sebesar 0.7055
dan nilai t-hitung sebesar 9.3308 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.980. • X
9
Rasio DPR terhadap Kebijakan Dividen. Dividend Payout Ratio
DPR merupakan indikator dari kebijakan dividen, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga
variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap kebijakan dividen. • X
10
Rasio DYR terhadap Kebijakan Dividen.
125 Dividend Yield Ratio
DYR mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh, yaitu sebesar 0.0610 dan nilai t-hitung
sebesar 7.6428 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.980. • X
11
Rasio PBV terhadap Nilai Perusahaan. Price Book Value
PBV merupakan indikator dari kebijakan nilai perusahaan, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga
variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap nilai perusahaan. • X
12
Rasio PER terhadap Nilai Perusahaan. Price Earning Ratio
PER mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh, yaitu sebesar 16.5258 dan nilai t-hitung
sebesar 3.9333 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.980. • Korelasi antara X
12
dan X
9
Korelaasi antara X
12
dan X
9
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung sebesar 6.6669 yang lebih
besar dari t-tabel sebesar 1.980 dan mempunyai nilai koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 8.1764.
2. Pembahasan Hipotesis Pembahasan hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan model
struktural, yaitu mengenai hubungan-hubungan antara variabel eksogen dan
126 endogen yang diberi simbol Gamma dan hubungan antara variabel
endogen yang diberi simbol Beta . Tujuan dalam menilai model struktural adalah untuk memastikan bagaimana hubungan-hubungan yang dihipotesiskan
pada model konseptualisasi. Output hubungan antara variabel eksogen dan endogen maupun hubungan antara variabel endogen dapat ditunjukkan
pada path diagram berikut:
Gambar 4.5
Berdasarkan output path di atas dapat dijelaskan pada tabel berikut:
127 Tabel 4.9
Hubungan Beta Gamma Hipotesis
Variabel Independen
Variabel Dependen
Koefisien Pengaruh t hitung
Kesimpulan H
1a
Struktur Kepemilikan
Keputusan Investasi
-0.0625 -1.3932 Tidak
Signifikan H
1b
Struktur Kepemilikan
Keputusan Pendanaan
-1.9596 -3.3027 Signifikan
H
1c
Struktur Kepemilikan
Kebijakan Dividen
0.0413 0.6869 Tidak
Signifikan H
1d
Struktur Kepemilikan
Nilai Perusahaan
0.0328 0.3756 Tidak
Signifikan H
2a
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
2.0211 1.1769 Tidak
Signifikan H
2b
Keputusan Investasi
Kebijakan Dividen
0.9201 1.3811 Tidak
Signifikan H
2c
Keputusan Investasi
Nilai Perusahaan
10.7198 3.0154 Signifikan
H
3a
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Dividen
-0.1048 -3.9632 Signifikan
H
3b
Keputusan Pendanaan
Nilai Perusahaan
-0.3340 -22.5316 Signifikan
H
4
Kebijakan Dividen
Nilai Perusahaan
-1.8225 -2.7025 Signifikan
Sumber: Data diolah
Dengan melihat output yang diperoleh dari path diagram dan ditunjukkan dengan tabel, maka didapatlah pengaruh sebagai berikut:
128 a Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Investasi
Tabel di atas menunjukkan adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi. Ini dapat dilihat dari
koefisien pengaruh sebesar -0.0625 dan t-hitung sebesar -1.3932 yang lebih besar dari t-tabel yang sebesar -1.980. artinya semakin tinggi struktur
kepemilikan saham perusahaan maka akan menurunkan kesempatan investasi perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Crutchley Hansen 1989
dalam Luciana Spica 2006:6 yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai book to market yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki
kesempatan investasi yang rendah. Kesempatan investasi yang rendah akan mengurangi keatraktifan manajer daripada perusahaan yang memiliki
kesempatan investasi yang tinggi dengan kata lain manajer akan mengurangi kepemilikan sahamnya jika perusahaan memiliki book to market yang tinggi.
b Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Pendanaan Pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan pendanaan
menunjukkan arah negatif dan signifikan antara struktur kepemilikan saham perusahaan dan keputusan pendanaan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien
pengaruh, yaitu -1.9596 dan t-hitung sebesar -3.3027 yang lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar -1.980, artinya semakin tinggi struktur kepemilikan maka
semakin rendah hutang perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Crutchley, et.al 1999 dalam Etty M. Fielyandi 2006 yang menyatakan
bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka menyebabkan usaha monitoring
semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku
129 opportunistik manajer dan memaksa manajer untuk mengurangi tingkat hutang
secara optimal, sehingga akan mengurangi agency cost. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki efek substitusi terhadap keputusan
pendanaan hutang dalam mengurangi biaya keagenan. c Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen
Tabel di atas menunjukkan adanya pengaruh positif dan tidak signifikan antara struktur kepemilikan saham dengan kebijakan dividen. Hal ini
ditunjukkan dari koefisien pengaruh yaitu sebesar 0.0413 dan nilai t-hitung sebesar 0.6869 lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 1.980, artinya semakin
tinggi struktur kepemilikan saham maka semakin tinggi dividen yang dibagikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wilberforce 2000
dalam Kartika Nuringsih 2004 yang menyatakan bahwa pada tingkat kepemilikan tinggi kekayaan tidak terdiversifikasi sehingga manajer
menginginkan tambahan return dalam bentuk dividen. Peningkatan kepemilikan menyebabkan manajer menyukai dividen tinggi sehingga tidak
dapat mengurangi masalah keagenan. d Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
Struktur kepemilikan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien pengaruh sebesar
0.0328 dan nilai t-hitung sebesar 0.3756 lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 1.980, artinya peningkatan struktur kepemilikan akan meningkatkan nilai
perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Steiner 1998 dalam Muslimun 2006 yang menemukan bahwa institutional ownership dan insider ownership
130 berpengaruh positif dengan nilai perusahaan. Artinya dengan peningkatan
kepemilikan saham institusional maka akan meningkatkan nilai perusahaan, hal ini disebabkan oleh peranan institusional sebagai alat monitoring dalam
meningkatkan nilai perusahaan. e Keputusan Investasi terhadap Keputusan Pendanaan
Tabel di atas menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan antara keputusan investasi terhadap keputusan pendanaan. Hal ini ditunjukkan dari
koefisien pengaruh sebesar 2.0211 dan nilai t-hitung sebesar 1.1769 yang lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 1.980, artinya semakin tinggi kesempatan
investasi maka akan semakin rendah hutang perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaaro 2002b dalam Sri Hasnawati
2005 dimana keputusan investasi memiliki efek positif terhadap keputusan pendanaan pada kondisi ketidakpastian yang rendah. Penelitian Sri Hasnawati
2005 juga menemukan pengaruh positif antara keputusan investasi terhadap keputusan pendanaan.
f Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen menunjukkan
arah positif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh yaitu sebesar 0.9201 dan nilai t-hitung sebesar 1.3811 lebih kecil dari nilai t-
tabel sebesar 1.980, artinya semakin tinggi investasi perusahaan maka akan menaikkan besarnya dividen yang dibagikan perusahaan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Sri Hasnawati 2005 yang menunjukkan pengaruh positif antara keputusan investasi terhadap kebijakan dividen, memberi implikasi
131 bahwa makin banyak peluang investasi yang diambil makin besar dividen
yang dibagikan. Selain itu, Wirjolukito et al. 2003 juga menemukan hubungan parameter estimasi dan arah variabel peluang investasi kepada
kebijakan dividen bernilai positif. Dengan demikian, hal itu dapat memberikan sinyal bagi perusahaan untuk melaksanakan kebijakan dividen. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan kebijakan dividen untuk memberikan sinyal atas arus kas di
masa yang akan datang dan menggunakan arus kas tersebut untuk mendanai investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang.
g Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien pengaruh sebesar 10.7198 dan nilai t-hitung sebesar 3.0154 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.980, artinya
semakin tinggi investasi maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sri Hasnawati 2005 serta mendukung teori
persinyalan Fama French 1998 dalam Untung W. dan Hartini 2006 yang menyatakan bahwa kegiatan investasi akan memberi sinyal positif tentang
pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa mendatang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan.
h Keputusan Pendanaan Terhadap Kebijakan Dividen Pengaruh
keputusan pendanaan
terhadap kebijakan
dividen menunjukkan arah negatif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien
pengaruh yang sebesar -0.1048 dan nilai t-hitung sebesar -3.9632 lebih kecil
132 dari t-tabel sebesar -1.980, artinya peningkatan pendanaan akan menyebabkan
penurunan dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jensen, et. al 1992 dalam Sekar Mayangsari 2001 yang menyatakan bahwa apabila perusahaan
menggunakan tingkat hutang yang tinggi, maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mampu membayar dividen yang
stabil karena sebagian besar keuntungannya digunakan untuk membayar beban tetap hutang.
i Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan pendanaan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien pengaruh sebesar -0.3340 dan nilai t-hitung -22.5316 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.980,
artinya peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan, sebab jumlah utang yang terlalu tinggi akan menimbulkan risiko financial distress sehingga
nilai perusahaan akan menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Friend Lang 1988, bahwa perusahaan yang memiliki volatilitas
pendapatan yang lebih besar dan perusahaan yang mengalokasikan dana penelitian dan pengembangan yang besar, menggunakan hutang yang lebih
kecil. Selain itu, menurut Crutchley dan Hansen 1998, volatilitas pendapatan yang lebih besar akan mengarahkan pada hutang yang lebih rendah.
j Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Tabel di atas menunjukkan adanya pengaruh yang negatif dan signifikan
antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari koefisien pengaruh yaitu sebesar -1.8225 dan nilai t-hitung sebesar -2.7025
133 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.980, artinya semakin besar dividen yang
dibagikan maka nilai perusahaan akan menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller
1961 yang berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan yang berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal, karena kebijakan
dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan maupun biaya modal.
D. Interpretasi