64 public  utilities
dan  bank  akan  mempunyai  debt  equity  ratio  yang  tinggi yang seekuivalen dengan tingginya risiko yang melekat pada industri yang
bersangkutan daripada non-regulated firms. 3.
Perusahaan yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun berturut-turut pada periode observasi tahun 2005, 2006, dan 2007.
4. Perusahaan  yang  memiliki  data  kepemilikan  saham  manajerial  dan
institusional  selama  3  tahun  berturut-turut  pada  periode  observasi  tahun 2005, 2006, dan 2007.
5. Laporan  keuangan  perusahaan  tidak  menunjukkan  adanya  saldo  total
ekuitas  yang  negatif  dan  atau  mengalami  kerugian  selama  periode  tahun penelitian 2005, 2006, dan 2007. Hal  ini dikarenakan saldo ekuitas dan
laba  yang  negatif  sebagai  penyebut  menjadi  tidak  bermakna.  Imam Subekti, 2000 dalam Untung W. dan Hartini, 2006.
C. Metode Pengumpulan Data
Data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  data  sekunder  bersifat kuantitatif, berupa rasio-rasio laporan keuangan dari laporan keuangan yang terbit
setiap  akhir  periode  laporan  keuangan.  Seluruh  data  diperoleh  dari  Pusat Referensi  Pasar  Modal  PRPM  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI  dapat  dilihat
dengan  menggunakan  Capital  Electronic  Document  Service,  Indonesian  Capital Market  Directory,  Prospektus  serta  Fact  Book  Acrually  dari  seluruh  perusahaan
yang go public selama periode tahun penelitian.
65 Selain  itu  sebagai  acuan  teori  yang  berhubungan  dengan  variabel  yang  akan
diteliti,  sumber data  juga  diperoleh  dari  penelusuran  pustaka  Library  Research dengan  membaca  dan  mempelajari  serta  menganalisis  literatur  yang  bersumber
dari buku, artikel dan jurnal-jurnal penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis
Metode  analisis  yang  digunakan  untuk  menguji  pengaruh  struktur kepemilikan,  keputusan  investasi,  keputusan  pendanaan,  dan  kebijakan  dividen
terhadap  nilai  perusahaan  adalah  model  persamaan  structural  dengan  program LISREL  8.54.  Penelitian  ini  menggunakan  lebih  dari  satu  indikator  untuk
mewakili  satu  variabel  dan  memiliki  hubungan  yang  kompleks  antara  variabel- variabelnya  sehingga  peneliti  menggunakan  model  persamaan  struktural.  Selain
itu,  alasan  peneliti  menggunakan  program  LISREL  8.54  adalah  untuk  menguji konsistensi  hasil  penelitian  Untung  W.    Hartini  2006  yang  menggunakan
program SPSS. Tahapan  peneliti  dalam  menganalisis  pengaruh  struktur  kepemilikan,
keputusan  investasi,  keputusan  pendanaan,  dan  kebijakan  dividen  terhadap  nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
66 1.  Identifikasi Variabel
Penelitian  ini  menggunakan  tiga  variabel  diantaranya  adalah  sebagai berikut:
a.  Variabel Eksogen Variabel eksogen exogenous variable adalah variabel yang secara
bebas berpengaruh terhadap variabel endogen dalam suatu model. Adapun variabel yang menjadi variabel eksogen adalah struktur kepemilikan X
1
. b.  Variabel Endogen
Variabel  endogen  endogenous  variable  yaitu  variabel  yang dipengaruhi oleh  variabel eksogen dan merupakan  variabel  antara artinya
variabel  endogen  juga  dapat  mempengaruhi  variabel  endogen  lain  dalam suatu  model.  Adapun  variabel  endogen  dalam  penelitian  ini  adalah
keputusan  investasi  Y
1
,  keputusan  pendanaan  Y
2
,  kebijakan  dividen Y
3
, dan nilai perusahaan Y
4
. c.  Variabel Manifest
Variabel  manifestindikator  variable  observed  adalah  variabel  yang dapat  diukur  secara  langsung.  Variabel  manifest  dalam  penelitian  ini
adalah  struktur  kepemilikan  manajerial  X
1
,  kepemilikan  institusional X
2
, PPEBVA X
3
, MVEBVE X
4
, MVABVA X
5
, BDE X
6
, BDA X
7
, LDE X
8
, DPR X
9
, DYR X
10
, PBV X
11
, dan PER X
12
.
67 2.
Struktural Equation Modelling Model  persamaan  struktural  Structural  Equation  Modelling  adalah
generasi kedua teknik analisis multivariate Bagozzi dan Fornell, 1982 dalam Malla Bahagia, 2007 yang memungkinkan peneliti untuk menguji  hubungan
antara  variabel  yang  kompleks  untuk  memperoleh  gambaran  menyeluruh mengenai keseluruhan model.
Selain  itu menurut Bollen 1989 dalam Malla Bahagia 2007 SEM juga dapat menguji secara bersama-sama:
a.  Model struktural, yaitu hubungan nilai loading antara variabel laten, baik variabel laten endogen maupun variabel eksogen.
b.  Model  measurement,  yaitu  hubungan  nilai  loading  antara  indikator dengan variabel latennya.
Adanya  pengujian  model  struktural  dan  pengukuran  memungkinkan peneliti  untuk  menguji  kesalahan  pengukuran  measurement  error  sebagai
bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari  SEM  dan  melakukan  analisis  faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Proses Struktural Equation Modelling
mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah: 1.  Konseptualisasi model
Tahap ini  berhubungan
dengan pengembangan
hipotesis berdasarkan  teori  sebagai  dasar  dalam  menghubungkan  variabel  laten
dengan  variabel  laten  lainnya,  dan  juga  dengan  indikator-indikatornya. Teori  dalam  konseptualisasi  model  bukan  hanya  berasal  dari  para
akademisi,  tetapi  juga  dapat  berasal  dari  pengalaman  dan  praktek  yang
68 diperoleh  dari  para  praktisi.  Selain  itu  konseptualisasi  model  juga  harus
merefleksikan pengukuran  variabel  laten melalui  beberapa indikator  yang dapat diukur.
2.  Penyusunan Diagram jalur Tahap  ini  akan  memudahkan  kita  dalam  memvisualisasikan
hipotesis yang telah diajukan dalam konseptualisasi model. Path Diagram merupakan  representasi  grafis  mengenai  bagaimana  beberapa  variabel
pada  suatu  model  berhubungan  satu  sama  lain,  yang  memberikan  suatu pandangan menyeluruh mengenai struktur model.
3.  Spesifikasi model Tahap  ketiga  ini  memungkinkan  kita  untuk  menggambarkan  sifat
dan jumlah parameter yang diestimasi. 4.  Identifikasi Model
Informasi  yang  diperoleh  dari  data  yang  diuji  untuk  menentukan apakah  cukup  untuk  mengestimasi  parameter  dalam  model.  Disini  kita
dapat memperoleh nilai yang unik untuk seluruh parameter dari data yang telah kita peroleh.
Untuk  menentukan apakah  model  kita  mengandungtidak  masalah identifikasi, maka harus dipenuhi keadaan berikut:
t   s2 dimana:
t = jumlah parameter yang diestimasi
69 s  =  jumlah  varians  dan  kovarians  antara  variabel  manifest
observedmanifest; yang merupakan p+qp+q+1 p = jumlah variabel y indikator variabel endogen
q = jumlah variabel x indikator variabel eksogen •  Jika  t    2,  maka  model  tersebut  adalah  unidentified.  Masalah  ini  dapat
terjadi  pada  SEM,  dimana  informasi  yang  terdapat  pada  data  empiris varians dan kovarians variabel manifest tidak cukup untuk menghasilkan
solusi  yang  unik  untuk  memperoleh  parameter  model.  Masalah unidentified
tersebut  dapat  diatasi  dengan  mengkonstraint  model  dengan cara menambah indikator variabel manifest ke dalam model, menentukan
fix parameter tambahan menjadi 0 dan mengasumsikan bahwa parameter yang satu dengan parameter yang lain memiliki nilai yang sama.
•  Jika t = s2, maka model disebut just-identified, sehingga solusi  yang unik tunggal dapat diestimasi untuk mengestimasi parameter. Model yang just-
identified ,  seluruh  informasi  yang  tersedia  telah  digunakan  untuk
mengestimasi parameter, sehingga tidak ada informasi  yang tersisa untuk menguji model derajat kepercayaan adalah 0.
•  Jika  t    s2,  maka  model  tersebut  adalah  over-identified.  Dalam  hal  ini lebih dari satu estimasi masing-masing parameter dapat diperoleh karena
jumlah persamaan yang tersedia melebihi parameter yang diestimasi.
70 5.  Estimasi Parameter
Pada  tahap  ini,  kita  melakukan  pengujian  signifikansi  yaitu  menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. Estimasi
parameter  dalam  LISREL  mempunyai  tiga  informasi  yang  berguna,  yaitu koefisien  regresi,  standar  error,  dan  nilai  t.  Standar  error  digunakan  untuk
mengukur  ketepatan  dari  setiap  estimasi  parameter.  Untuk  mengetahui signifikan  tidaknya  hubungan  antar  variabel  laten  maupun  antara  variabel
laten dengan indikatornya maka nilai t harus lebih besar dari nilai t-tabel pada level  tertentu  yang  tergantung  dari  ukuran  sampel  dan  level  signifikan
tersebut.
6.  Penilaian Model Fit Salah  satu  tujuan  SEM  adalah  menentukan  apakah  model  plausible
masuk akal atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula.
Tingkat kesesuaian model secara keseluruhan terdiri dari: a.
Absolute Fit Measures Absolute  Fit  Measures
digunakan untuk menilai  kesesuaian model secara keseluruhan  baik  model  pengukuran  maupun  model  struktural,  tanpa
menyesuaikan  kepada  degree  of  freedomnya.  Indikator-indikator  dalam absolute fit
diantaranya adalah sebagai berikut:
71 •  Chi-Square dan Probabilitas
Chi-square  merupakan  ukuran  mengenai  buruknya  fit  suatu  model.  Nilai Chi-square  sebesar  nol  menunjukkan  bahwa  model  memiliki  fit  yang
sempurna  perfect  fit.  Nilai  Chi-square  yang  signifikan  kurang  dari  0.05 menunjukkan bahwa data empiris  yang diperoleh memiliki perbedaan dengan
teori  yang  telah  dibangun  berdasarkan  SEM.  Sedangkan  probabilitas  adalah untuk memperoleh penyimpangan deviasi besar yang ditunjukkan oleh nilai
Chi-square.  Nilai  probabilitas  yang  tidak  signifikan  p    0  adalah  yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa data empiris sesuai dengan model.
Nilai  probabilitas  chi-square  memiliki  permasalahan  yang  fundamental dalam  validitasnya.  Menurut  Cochran  1952  dalam  Imam  Ghozali  2005
probabilitas  ini  sangat  sensitif  dimana  ketidaksesuaian  antara  data  dengan model  teori  sangat  dipengaruhi  oleh  besarnya  ukuran  sampel.  Jika  ukuran
sampel  kecil,  maka  chi-square  ini  akan  menunjukkan  data  secara  signifikan tidak  berbeda  dengan  model  dan  teori  yang  mendasarinya.  Sedangkan  jika
ukuran  sampel  besar,  maka  uji  chi-square  akan  menunjukkan  bahwa  data secara  signifikan  berbeda  dengan  teori  meskipun  perbedaan  tersebut  adalah
sangat kecil. •  Goodness of  Fit Indices GFI
GFI  merupakan  suatu  ukuran  mengenai  ketepatan  model  dalam menghasilkan observed matriks kovarians. Nilai GFI ini harus berkisar antara
0 sampai 1. menurut Diamantopaulus dan Sigauw 2000 dalam Imam Ghozali
72 2005, nilai GFI yang lebih besar dari 0.9 menunjukkan suatu model fit yang
baik. •  Adjusted Goodness of Fit Index AGFI
AGFI  adalah  sama  seperti  GFI,  tetapi  telah  menyesuaikan  pengaruh degree  of  freedom
pada  suatu  model.  Model  yang  fit  adalah  memiliki  nilai AGFI  0.9  Diamantopaulus  dan  Sigaw,  2000  dalam  Imam  Ghozali,  2005.
Ukuran yang hampir sama dengan GFI dan AGFI adalah parsimony goodness of  fit
PGFI  yang  diperkenalkan  oleh  Mulaik  et.al  1989,  yang  juga  telah menyesuaikan  adanya  dampak  dari  degree  of  freedom  dan  kompleksitas
model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6 Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005.
•  Root Mean Square Errors of Approximation RMSEA Ukuran  model  fit  telah  lama  diperkenalkan  oleh  Steiger  dan  Lind  tahun
1980. nilai RMSEA yang kurang dari 0.05 mengindikasikan adanya model fit, dan  nilai  RMSEA  yang  berkisar  antara  0.08  menyatakan  bahwa  model
memiliki perkiraan permasalahan  yang reasonable Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali,  2005.  Sedangkan  menurut  MacCallum  et.al  1996  dalam  Imam
Ghozali  2005 menyatakan  bahwa  model memiliki  nilai  yang  cukup  fit  jika RMSEA berkisar antara 0.08 sampai dengan 0.1 dan jika RMSEA lebih besar
dari 0.1 mengindikasikan model memiliki nilai fit yang buruk. P-value  test  of  close
juga  merupakan  indikator  yang  menilai  fit  atau tidaknya suatu model yang dapat dilihat dari kedekatannya terhadap model fit.
Joreskog  1996  dalam  Imam  Ghozali  2005  menganjurkan  bahwa  P-value
73 for test of close
RMSEA  0.05 haruslah lebih besar daripada 0.05 sehingga mengindikasikan bahwa model adalah fit.
•  Normed Chi-Square X²df Normed  Chi-Square
X²df  merupakan  indikator  goodness  of  fit  adalah rasio  perbandingan  antara  nilai  chi-square  dengan  degrees  of  freedom.
Menurut  Wheaton  1977  dalam  Imam  Ghozali  2005  cut-off  model  fit sebesar 5 dan sedikit lebih tinggi dari pada yang dianjurkan oleh Carmines dan
Melver 1981 dalam Imam Ghozali 2005 yaitu sebesar 2. b Comparative Fit Measures
Comparative  Fit  Measures  berkaitan  dengan  pertanyaan  seberapa baikkah  kesesuaian model  yang dibuat dibandingkan dengan beberapa model
alternatif.  Indikator-indikator  dari  comparative  fit  measures  diantaranya adalah :
•  Normed Fit Index NFI NFI  yang  ditemukan  oleh  Bentler  dan  Bonets  1980,  merupakan  salah
satu  alternatif  untuk  menentukan  model  fit.  Namun,  karena  NFI  memiliki tendensi  untuk  merendahkan  fit  dalam  sampel  yang  kecil,  sehingga  merevisi
index  ini  dengan  nama  Comparative  Fit  Index  CFI.  Nilai  NFI  dan  CFI berkisar antara 0 sampai 1. Tetapi suatu model dikatakan fit apabila memiliki
nilai NFI dan CFI lebih besar dari 0,9 Bentler, 1992.
74 •  Non- Normed Fit Indeks NNFI
NNFI  digunakan  untuk  mengatasi  permasalahan  yang  timbul  akibat kompleksitas  model.  Menurut  Kelloway  1998dalam  Didi  Achjari  2003
menyatakan bahwa model fit jika nilai NNFI 0.90. •  Relative Fit Index RFI
RFI digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya 0 sampai 1, nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit. Menurut Kelloway 1998 dalam
Didi Achjari 2003 menyatakan bahwa model fit jika nilai RFI 0.90. •  Comparative Fit Index CFI
Suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai CFI lebih besar dari 0.90 Bentler, 1992 dalam Imam Ghozali, 2005.
c Parsimonious Fit Measures •  Parsimony Goodness of Fit Index PGFI
PGFI  yang  diperkenalkan  oleh  Mulaik  et.al  1998  dalam  Imam  Ghozali 2005. PGFI telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan
kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar  daripada  0.6  Byrne,  1998  dalam  Imam  Ghozali,  2005.  Lain  halnya
menurut  Kelloway  1998  dalam  Didi  Achjari  2003  nilai  PGFI  berkisar antara 0 sampai 1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.
•  Parsimony Normed Fit Index PNFI Menurut Kelloway 1998 dalam Didi Achjari 2003 nilai PNFI berkisar
antara 0 sampai 1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.
75 7. Respesifikasi
Peneliti  seringkali  dihadapkan  pada  hasil  uji  kesesuaian  yang  kurang memuaskan,  maka  dalam  kasus  ini  SEM  memberikan  alternatif  solusi  yang
dinamakan  respesifikasi  yang  diharapkan  mampu  meningkatkan  kesesuaian model yang sedang di uji.
Ada  dua  pendekatan  dalam  respesifikasi  model,  yaitu  pertama  theory trimming
Pedhazur, 1982 dalam untung W. dan Hartini, 2006 yang berusaha menjawab  pertanyaan  tentang  parameter  mana  yang  bisa  dihilangkan  agar
meningkatkan  kesesuaian  model.  Kedua,  theory  building  Kelloway,  1998 dalam  Malla  Bahagia,  2007  yang  digunakan  untuk  menjawab  pertanyaan
mengenai  parameter  mana  yang  bisa  ditambahkan  dalam  model  untuk meningkatkan  kesesuaian.  Cara-cara  diatas  disebut  sebagai  Lagrange
Multiplier Test yang di LISREL dikenal sebagai modification indices. Dengan
kemampuan  respesifikasi,  maka  SEM  berbasis  kovarians  ini  memerlukan landasan teori yang kuat confirmatory sehingga ketika harus menambah atau
mengurangi  parameter  akan  bisa  dijelaskan  secara  masuk  akal  dan  bisa ditopang  dengan  teori  yang  memadai.  Holmes-Smith  2000  menjelaskan
beberapa alternatif untuk melakukan respesifikasi: •  Critical Ratio nilai t
Semua  parameter  dalam  suatu  model  diharapkan  agar  signifikan. Parameter  yang tidak signifikan bisa dihapus secara teknis dilakukan dengan
menetapkan parameter tersebut menjadi nol tidak diestimasi lagi.
76 •  Standardized Residuals
Adanya  nilai  standardized  residual  yang  besar  menandakan  adanya  mis- spesifikasi  dan  tingkat  kesesuaian  yang  belum  baik.  Dengan  memperhatikan
sumber  standardized  residual,  maka  untuk  memperbaiki  kesesuaian  model variabel  yang  menyebabkannya bisa  dihapus  atau  juga  dengan  mengestimasi
parameter  tambahan,  perlu  didukung  oleh  teori  dan  harus  masuk  akal. Holmes-Smith, 2000 dalam Malla Bahagia, 2007.
•  Modification Indices Salah  satu  cara  untuk  mengetahui  adanya  mis-spesifikasi  adalah  melihat
besaran  modification  indices.  Menurut  Holmes-Smith  2000  dalam  Imam Ghozali 2005, nilai modifikasi index yang lebih besar dari 3.84 menunjukkan
bahwa chi-square model tersebut akan berkurang drastis semakin kecil kalau parameter yang bersangkutan diestimasi.
Modification  indices dalam  LISREL  merupakan  salah  satu  alternatif
terbaik  untuk  memodifikasi  model  dan  meningkatkan  kesesuaian  model. Namun  harus  diperhatikan  juga  bahwa  segala  modifikasi  walaupun  sangat
sedikit, harus berdasarkan teori yang mendukung. Beberapa modifikasi model dapat dilakukan dengan cara:
a.  Mengkorelasikan antara dua indikator b.  Menambah hubungan path antara indikator dan variabel laten
c.  Mengubah indikator dari suatu variabel
77 Setelah  melakukan  modifikasi  tersebut,  maka  seharusnya  kita  lakukan
adalah  mempertimbangkan  dan  mencari  justifikasi  teori  yang  kuat  terhadap dilakukannya modifikasi tersebut.
8. Validasi Silang Model Validasi  silang  model  merupakan  tahap  akhir  dari  analisis  SEM,  yaitu
menguji  fit  atau tidaknya  model terhadap  suatu  data  baru  atau  validasi  sub- sampel yang diperoleh melalui pemecahan sampel. Validasi silang ini penting
apabila modifikasi  yang substansial  yang dilakukan terhadap model asli  yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
E. Uji Kesesuaian Model