Murji’ah Hal-hal yang dapat membatalkan iman

1. Murji’ah

Golongan Murji’ah menganggap iman cukup dinyatakan dalam hati, iman ialah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang Rasul-rasul dan tentang segala apa yang datang tentang Tuhan. Iman tidak mempunyai sifat bertambah dan berkurang, dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam hal iman, dengan kata lain tidak ada perbedaan antara iman orang yang melakukan dosa besar dan iman orang-orang yang menjalankan perintah-perintah Tuhan 14 . Murji’ah menolak amal perbuatan dimasukkan ke dalam konsep iman, karena mereka melihat bahwa Allah membedakan antara iman dan amal di dalam al-Qur’an, seperti, ‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih’. Mereka berpendapat bahwa Allah menyeru manusia dengan dasar iman sebelum ada amal, dan Allah juga berfirman: ☺ ☺ ﺎ݋ﻟا ةﺪﺋ : ٦ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.QS. Al-Maidah: 6. 15 Golongan Murji’ah mengatakan sekiranya seseorang beriman kepada Allah dan rasul-Nya pada suatu pagi lalu dia meninggal sebelum sampai mengerjakan amal- amal yang diwajibkan atas dirinya, maka dia mati dalam keadaan mu’min dan 14 Harun Nasution, Teologi Islam Jakarta: Ui Press, 1983, h. 27 15 Ibn Taimiyyah, al-Iman, h. 114 termasuk penghuni surga. Hal ini menunjukkan bahwa amal bukan termasuk iman. Golongan ini bersikap pasif terhadap pelaku dosa besar, tetapi lebih dari itu mereka menetapkan bahwa dosa tidak membahayakan iman. Mereka mengatakan bahwa iman adalah pengakuan, pembenaran, keyakinan, dan pengetahuan, mereka menganggap bahwa perbuatan maksiat tidak merusak iman. Iman terpisah dari perbuatan. Di antara kelompok ini ada yang bersikap ekstrim dengan beranggapan bahwa keimanan adalah keyakinan hati. Dengan demikian, jika seseorang menyatakan kekafiran dengan lidahnya, menyembah berhala, lalu ia mati, maka ia tetap seorang mu’min yang imannya sempurna di sisi Allah. 16 Karena mereka menganggap bahwa iman tempatnya hanya di dalam hati, bukan dalam bagian yang lain dari tubuh manusia. Pendapat-pendapat ekstrim seperti yang diuraikan di atas timbul dari pengertian bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidak mukminnya seseorang, perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada di dalam hati seseorang tidak diketahui oleh manusia lain. Selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung arti 16 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terj, Abd Rahman dan Ahmad Qarib Jakarta: Logos, 1996, h. 145 bahwa ia tidak mempunyai iman. Yang penting ialah iman yang di dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan-perbuatan tidak merusak iman seseorang. Ajaran-ajaran seperti ini dinilai oleh para ulama sangat berbahaya, karena dapat membawa pada moral yang lemah atau dapat membawa penyimpangan- penyimpangan moral di masyarakat. 17

2. Mu’tazilah