Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam agama Islam kita mengenal adanya rukun Islam dan rukun Iman dan umat Islam wajib menjalankan dan meyakini dengan sepenuh hati keduanya. Karena keduanya adalah dasar-dasar agama Islam atau Ushûl al-Dîn, yang dimana ulama sepakat bahwa umat Islam tidak boleh berbeda pendapat mengenai masalah Ushûl al-Dîn. Adapun masalah Furû’al-Dîn yakni cabang-cabang agama ulama mengatakan boleh berbeda pendapat. Kenapa ulama mengatakan tidak boleh berbeda dalam masalah Ushûl al-Dîn, karena masalah Ushûl al-Dîn ini menyangkut masalah tauhid, yakni merupakan pokok keyakinan bagi umat Islam. Selain itu tauhid juga menyangkut masalah keimanan antara sang hamba dengan Tuhan-Nya, karena keimanan merupakan sarana yang tepat bagi manusia untuk menjauhi diri dari murka Allah SWT 1 . Karena dengan adanya iman akan mendapatkan petunjuk, sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: ☺ “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman syirik, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. 1 Husein Afandiy, Memperkokoh Aqidah Islamiyyah, terj, Abdullah Zakiy al-Kaaf Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 11 Oleh karena itu, tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah SWT tidak pernah membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa mengutus seorang Rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini, dan memperdalam akar-akar akidah ini di dalam hati mereka. 2 Karena dengan iman kita mendapatkan kepuasan batin dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Kalau hanya mengandalkan kemampuan akal saja, kita tidak akan pernah berhasil mencapai kepuasan dan kebahagian. Sebagai bukti ialah bahwa kekacauan di dunia di mana-mana ditimbulkan oleh mereka yang tidak beriman. Banyak pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, mati gantung diri dan kasus yang terjadi ada era globalisasi pada saat ini seperti para elit politik yang tidak segan-segan melakukan tindakan korupsi, yang mengakibatkan rakyat menjadi terdzalimi. Perilaku korup banyak menyebar bagaikan virus HIV yang teramat ganas. Justru yang memprihatinkan hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang muslim. Seharusnya kita merasa malu karena kita adalah umat muslim. Belum lagi banyak yang melakukan perusakan moral bangsa, diantaranya banyak yang melakukan perkawinan diluar nikah. Semua itu karena orang tidak membekali diri dengan iman dan tauhid. 3 Iman juga merupakan pokok-pokok keyakinan bagi seorang hamba, seperti menyangkut iman kepada Allah dan Rasul-Nya, iman kepada malaikat- malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Rasul, iman kepada adanya hari 2 Sayyid Sabiq, Aqidah Islâmiyah, terj, Ali Mahmudi Jakarta: Robbani Press, 2008, h. 8. 3 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap Jakarta: Rineka, 1996, h. 8. kebangkitan, serta iman kepada qada 4 dan qadar. 5 Rukun iman tersebut harus mutlak diyakini bagi seorang muslim. Tetapi yang menjadi perdebatan para aliran-aliran Islam dan juga para ulama, ialah apakah rukun iman tersebut hanya sekedar pembenaran dalam hati saja tanpa dibarengi dengan ucapan lisan, ataukah harus dibarengi dengan lisan dan amal perbuatan. Jadi menanamkan iman ke dalam jiwa merupakan cara yang paling tepat untuk mewujudkan unsur-unsur yang baik, yang dapat melaksanakan peranannya secara sempurna dalam kehidupan, dan dapat memberikan andil yang sangat besar untuk menumbuhkan dan memperkokoh tauhid di dalam diri seseorang. Di atas sudah dijelaskan mengenai konsep iman. Ada yang menyatakan bahwa iman itu hanya pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, dan ada pula yang menyatakan bahwa iman itu pembenaran dalam hati dan di ucapkan dengan lisan serta diikuti oleh amal perbuatan., serta ada juga yang berpendapat amal perbuatan tidak termasuk dalam konsep iman. Di sini kita melihat begitu banyak perbedaan dan pertentangan pendapat yang terjadi di kalangan umat Islam, 6 yang di mana begitu banyak perbedaan pendapat sampai-sampai mazhab dengan mazhab yang lain saling mengkafirkan begitu juga dengan para ulamanya. 7 4 Qada adalah kehendak Allah yang azaly yang berkaitan dengan segala sesuatu berdasarkan putusan-Nya atas sesuatu itu. Sedangkan Qadar adalah penciptaan Allah akan segala sesuatu berdasarkan ketentuan yang sesuai dengan ilmu-Nya. Lihat Nawawi al-Bantani, Qothrul Ghoits Indonesia: Dâr al-Ihyâ, tth, h. 13. 5 Ibn Taimiyyah, Al-Aqidah al-Wasatiyah, Beirut : Dâr al-Arabiyyah wa an-Nasr,tth, h.5 6 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam. terj, Abd Rahman dan Ahmad Qarib Jakarta: Logos, 1996, h. 145. 7 Muhammad Alwî al-Mâlikî, Mafâhim Yajib an-Tasaha Kairo: al-Musaha Karthoum, h. 59. Di antara dampak perselisihan dan penyimpangan maka para pengemban akidah terpecah-pecah menjadi beberapa aliran yang beranekaragam masing- masing aliran tersebut mencerminkan suatu warna pemikiran tertentu dan mengklaim diri sebagai kelompok yang paling benar di antaranya: aliran Khawarij, Syi’ah, Murjiah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyah di antara perselisihan itu masalah iman 8 . Dalam sejarah pembaruan Islam Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah yang paling serius dalam mengangkat masalah iman. Ibn Taimiyyah ingin mengembalikan kepada ajaran-ajaran salaf terutama ajaran Rasulullah dan sahabatnya, dalam pandangan mengenai konsep iman ia menyatakan bahwa Iman itu tidak cukup dengan pembenaran hati dan juga lisan tetapi harus disertai amal perbuatan dia mengkritik aliran-aliran yang mengatakan iman itu cukup dengan pembenaran hati tanpa dilandasi dengan perbuatan. Menurutnya iman dan amal tidak dapat dipisahkan, ia mengatakan banyak orang yang menyatakan dengan lisannya bahwa ia telah beriman tetapi perbuatan mereka telah banyak melakukan hal-hal yang dilarang oleh syari’at, yang demikian itu bukanlah iman. 9 Ibn Taimiyyah mengatakan jika amal-amal disertakan kepada iman, dimaksudkan agar tidak ada yang beranggapan bahwa hanya dengan iman saja tanpa amal-amal salih yang merupakan keharusan bagi iman, suda cukup untuk mendapatkan janji untuk masuk ke dalam surga. Penyebutan amal-amal shalih merupakan pengkhususan terhadap nash yang sudah ada, agar dapat diketahui 8 Muhammad Abduh, Risâlah at-Tauhîd Kairo: Dâr al-Manâr, 1366 H, h. 21. 9 Ibn Taimiyyah, al-Amar bil Ma’rûf Wa an-Nahyu An al-Munkar Kairo: Maktaba Sunnah, h. 109. bahwa pahala yang dijanjikan di akhirat, yaitu berupa surga tanpa azab, tidak akan diberikan kepada orang yang beriman dan mengerjakan amal salih. 10 Ibn Taimiyyah juga mengatakan banyak ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang mendukung bahwa iman itu harus disertakan dengan amal perbuatan atau dengan kata lain iman tidak dapat dipisahkan dengan amal perbuatan. Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai konsep iman yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyyah oleh karena itu penulis ingi mencoba menulis skripsi dengan judul: “Konsep Iman Menurut Ibn Taimiyyah”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah