Mu’tazilah Hal-hal yang dapat membatalkan iman

bahwa ia tidak mempunyai iman. Yang penting ialah iman yang di dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan-perbuatan tidak merusak iman seseorang. Ajaran-ajaran seperti ini dinilai oleh para ulama sangat berbahaya, karena dapat membawa pada moral yang lemah atau dapat membawa penyimpangan- penyimpangan moral di masyarakat. 17

2. Mu’tazilah

Iman itu tidak hanya pembenaran dalam hati dan ucapan dengan lisan. Tetapi juga oleh perbuatan, oleh karena itu bagi kaum Mu’tazilah bahwa iman itu bukanlah tasdiq, dan iman dalam arti pengetahuan pun belumlah cukup, tetapi iman itu bagi kaum Mu’tazilah ialah amal yang timbul sebagai akibat mengetahui tentang Tuhan. Menurut Abd al-Jabbar orang yang mengetahui Tuhan tetapi melawannya bukanlah mukmin. Menurut Abû Huzail yang dimaksud dengan perintah-perintah Tuhan bukanlah yang wajib saja, tetapi meliputi pula yang sunnah. Sedangkan menurut al- Jubba’i bahwa yang dimaksud dengan perintah Tuhan hanya yang wajib saja. Sedangkan menurut al-Nazzam yang dimaksud dengan perintah Tuhan ialah menjauhi dosa-dosa besar. 18 Selanjutnya, bagi kaum Mu’tazilah bagi orang yang melakukan dosa besar ia tidak kafir, melainkan ia fasik. Ancaman hukuman bagi orang fasik di akhirat nanti adalah siksaan di neraka kalau ia belum sempat bertaubat. Tentunya konsep ini bertentangan dengan Asy’ariyah yang mengatakan bahwa orang yang fasik bisa saja 17 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 29 18 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 147 masuk surga tanpa ada siksaan dikarenakan Tuhan dengan rahman-Nya bisa membatalkan siksa bagi orang yang berdosa, dan kemudian memasukkannya ke dalam surga. Asy’ariyah mengunakan dalil bahwa Allah berfirman: ﺮﻣﺰﻟا : ۵ “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. al-Zumar: 53. Menurut Abd al-Jabbar, ayat ini hanyalah menganjurkan kepada orang-orang agar tidak berputus asa dari kemungkinan ampunan Allah atas dosa-dosa mereka. Kemudian kata Abd al-Jabbar pada ayat sesudahnya diperintahkan agar orang-orang itu bertaubat kepada Tuhan dan berserah diri sebelum kedatangan siksa, yaitu firman Allah: ☺ ⌧ ﺮﻣﺰﻟا : ۵ “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu Kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi”. QS. al- Zumar: 53. Kalau memang Tuhan akan memaafkan begitu saja. Ia tidak akan menyebut- nyebut kedatangan siksaan sebagai ancaman bagi mereka kalau tidak bertaubat dan berserah diri. Jadi mereka itu barulah dimaafkan kalau bertaubat dan karenanya tidak ada alasan di sini untuk mengatakan bahwa orang fasik akan di maafkan begitu saja 19 .

3. Asy’ariyah