Riwayat Hidup Sayyid Qutb

BAB III MENGENAL SAYYID QUTB DAN TAFSIR

FÎ ZILÂL AL- QUR’ÂN

A. Riwayat Hidup Sayyid Qutb

Nama lengkapnya adalah Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili. Lahir di Mausyah, salah satu wilayah Provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1906. 87 Sayyid Qutb tumbuh dalam lingkungan Islami, dan menghabiskan masa kanak-kanaknya dalam asuhan keluarga beriman, lalu tumbuh dewasa di tengah saudara-saudara yang terhormat. Ayahnya adalah seorang mukmin yang bertakwa, yang begitu bersemangat untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama, bergegas untuk menggapai keridhaan Allah serta menjauhi segala yang bisa mendatangkan kemurkaan dan siksa-Nya. Demikian juga ayah Sayyid memilik status sosial yang tinggi di wilayah itu. Para penduduk memandangnya dengan penuh penghargaan dan penghormatan serta menjadikannya sebagai pemimpin untuk memecahkan berbagai persoalan. Ia mempunyai usia yang cukup panjang, sampai akhirnya ia menemui Tuhannya ketika sang putranya Sayyid, sedang melanjutkan studinya di Kairo. Sang ibunya seorang wanita salihah. Ia bersemangat untuk melakukan kebaikan, bersikap lembut terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan serta senantiasa taqarrub mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amal salih. Ia membantu suaminya untuk mendidik anak-anak dengan 87 Majalah Al-Muslimûn, edisi ke- 11, tanggal 13 Rabi‟ul Awal 1402 H.18 Januari 1982 M, h. 12. pendidikan Islami dan menanamkan nilai-nilai agama dan prinsip-prinsipnya didalam hati mereka. Sang bunda juga menanamkan kepada mereka sifat-sifat yang mulia, seperti kejujuran dan keikhlasan, kebersihan dan kesucian, keperkasaan dan kemuliaan. Ibunya dikarunia usia yang panjang sehingga bisa melihat putranya Sayyid ketika menjalani kehidupannya sebagai seorang sastrawan dan pegawai, dan pernah juga hidup bersama di Kairo beberapa lama. Ibunya mangkat ke sisi Penciptanya pada tahun 1940 M. 88 Sayyid Qutb hidup ditengah-tengah lima saudara kandung, dan Sayyid adalah anak yang ketiga. Saudara-saudara kandung Sayyid adalah Nafisah, Aminah, Muhammad dan Hamidah. 89 Sayyid menempuh pendidikan dasarnya di desa. Di desanya itu pula ia menamatkan hafalan Al- Qur‟ânnya dalam usia yang masih belia, karena belum melampaui usia sebelas tahun. Al- Qur‟ân yang dihafalnya semenjak kecil mempunyai pengaruh yang besar dalam mengembangkan kemampuan sastra dan seninya dalam usia yang masih muda. 90 Setelah terjadinya Revolusi Rakyat Mesir pada tahun 1919 melawan pendudukan Inggeris, Sayyid Qutb berangkat dari desanya menuju Kairo untuk melanjutkan studi di sana. Pada tahun 1930, Sayyid masuk sebagai mahasiswa di Institut Darul Ulum Kuliyat Dar Al-Ulum, setelah sebelumnya menyelesaikan tingkat tsanawiyah tingkat menengah dari Tajhiziyah Darul-Ulum, kemudian lulus dari perguruan 88 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy Studi tentang desa, keluarga, ayah, ibu, pertumbuhan, dan pendidikan Sayyid 89 Majalah Al- Mujtama‟, Kuwait , edisi ke-551, tanggal 7 November 1981, hal. 23. 90 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 80-87. tersebut pada tahun 1933 dengan meraih gelaran Lc. dalam bidang sastra dan diploma dalam bidang tarbiyah. Ketika menjadi mahasiswa di Darul-Ulum, Sayyid sudah mempunyai kegiatan sastra, politik, dan pemikiran yang nyata. Sayyid mengkoordinasi sebuah simposiun kritik sastra, memimpin perang kesustraan, serta memilih sejumlah teman mudanya yang menjadi sastrawan, menerbitkan sajak-sajak maupun esai- esainya di berbagai koran dan majalah, serta menyampaikan ceramah-ceramah kritisnya di mimbar fakultas. 91 Setelah lulus kuliah, Sayyid bekerja di Departmen Pendidikan dengan tugas sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah milik Departmen Pendidikan selama enam tahun : setahun di Suwaif, setahun lagi di Dimyat, dua tahun di Kai ro, dan dua tahun di Madrasah Ibtida‟iyah Halwan, di daerah pinggiran kota Halwan, yang kemudian menjadi tempat tinggal Sayyid bersama-sama saudara- saudaranya. Pada tahun 1948, kementerian mengirim Sayyid ke Amerika Serikat untuk suatu tugas ilmiyah, untuk belajar tentang metode-metode pengajaran dan sarana- sarana di sana secara lahiriah, dan sebenarnya untuk tujuan ganda, yaitu pertama, melepaskan diri dari Sayyid dan kedua, untuk merusakkan dan menyesatkan Sayyid. 92 Akan tetapi dengan Taufiq Allah SWT dan pemeliharaan-Nya, sia-sialah apa yang diinginkan oleh mereka yang membuat rencana makar seperti itu, kerana di sana Sayyid Qutb justru semakin tinggi imannya dan semakin kuat dalam 91 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 88-93. 92 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, h. 30. berpegang kepada agamanya. Sayyid justru menelanjangi Amerika dengan segala peradaban dan cara-caranya, membongkar kerusakan dan kebobrokannya, serta menghapus struktur dan masyarakatnya bertolak dari pijakan Islami yang murni sesuai dengan konsepsi Islami yang lurus. Sekembali beliau dari Amerika, beliau mencurahkan seluruh waktunya untuk dakwah Islamiyyah dan harakah serta untuk studi dan mengarang. 93 Pada tahun tiga puluhan, perhatian Sayyid adalah dalam bidang sastra dan kritik sastra ; perspektif-perspektif beliau adalah filsafat yang mendalam; sajak- sajak beliau bernuansa sentimental emosional; dan esai-esai beliau beraroma kritik yang tajam. Sayyid mempublikasikannya dalam majalah Ar-Risalah dan utamanya Ats-Tsaqafah, juga di berbagai koran dan majalah lainnya yang bernuansa sastra maupun politik. 94 Sayyid Qutb adalah murid Abas Al-Aqqad dalam bidang sastra. Sayyid menyatakan sendiri hal ini dengan terus terang. Sayyid masih terus menjadi murid yang murni dan anggota aktif dalam aliran sastra dan pemikiran Al-Aqqad dalam waktu yang cukup lama, sampai akhirnya secara bertahap Sayyid menjauhi paham Al-Aqqad karena sebab-sebab yang bersifat sastra, pemikiran maupun ilmiyah. Sayyid keluar darinya pada pertengahan tahun empat puluh untuk membentuk fahamannya tersendiri dalam bidang sastra, kritik, pemikiran maupun kehidupan. Sebuah paham yang ia sendiri sebagai pionernya yang autentik. Namun Sayyid 93 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 94-98. 94 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 116-117. tidak ditakdirkan untuk melanjutkan hal itu, karena dia mesti melepaskannya mengingat adanya perubahan perhatiannya Sayyid. 95 Pada pertengahan tahun empat puluhan, Sayyid mengkaji Al- Qur‟ân dengan pendekatan sastranya serta meresapi dengan sentuhan keindahannya. Sayyid pun menyebarkan pemikirannya yang unik mengenai ilustrsi artistik dalam Al- Qur‟ân at-tasywir al-fanni fil Qur‟ân. Selanjutnya Sayyid mengkaji Al- Qur‟ân dengan pendekatan pemikiran fikrah, lalu menelurkan pemikirannya mengenai keadilan sosial dalam Islam. Sesudah itu Sayyid beralih dari sastra, kritik, sajak, dan narasi menuju kepada pemikiran Islami dan amal Islami, dakwah seruan kepada reformasi islah, serta memerangi kerusakan dengan pijakan Islam. Akhirnya dengan begitu berani dan tegas, beliau memerangi indikasi- indikasi kerusakan politik dan sosial serta melontarkan dakwaan-dakwaan terhadap kelompok-kelompok destruktif. 96 Ketika Sayyid bergabung dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin, beliau menjadi anggota aktif amil di dalam jamaah ini, dengan ikut serta dalam berbagai kegiatannya secara aktif, menulis berbagai artikel keislaman yang cukup berani di berbagai koran dan majalah, serta menyiapkan berbagai kajian dan studi umum keislaman. 97 Sesudah tidak ada lagi bahaya bagi Jamaah, dan Jamaah telah kembali aktif melakukan aktivitasnya secara terbuka serta telah memilih kepimpinan yang 95 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 99-110. 96 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, topik tentang saudara-saudara Sayyid, hal. 113. 97 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, Sayyid Quthb dengan jamaah Ikhwanul Muslimin, hal. 135. baru, maka Sayyid Qutb menjadi salah satu anggota Maktab Irsyad „Am dan juga menjadi ketua seksi penyebaran dakwah. 98 Sayyid Qutb ikut berpartisipasi di dalam memproyeksikan revolusi serta ikut berpartisipasi secara aktif dan berpengaruh pada pendahuluan revolusi. Sayyid mengarahkan Ikhwanul Muslimin – baik dari kalangan sipil maupun militer – agar menjadi pendukung revolusi. 99 Ketika Ikhwan untuk pertama kalinya berlawanan dengan pemerintah Revolusi pada awal tahun 1954, maka Sayyid Qutb merupakan orang Ikhwan yang ditangkap dalam urutan depan. Sesudah terjadinya drama peristiwa Al- Manshiyah di Iskandaria, yang Ikhwan dituduh berupaya membunuh Abdul Nasir, sehingga menyebabkan ditangkapnya puluhan ribu anggota Ikhwan, maka Sayyid Qutb juga termasuk deretan awal yang ditangkap. Sayyid bersama Ikhwan lainnya di penjara, diterima berbagai jenis siksaan yang buas, yang membuat badan merinding bila mendengarnya. Mahkamah Revolusi menjatuhkan hukuman penjara lima belas tahun, lalu Sayyid dipindah ke Penjara Liman Thurrah untuk dihabiskan masa hukumannya. Namun ketika kesehatan Sayyid mulai memburuk, mereka pun memindahkan Sayyid ke rumah sakit penjara. Di situ Allah SWT menakdirkan Sayyid untuk bisa memperoleh sarana-sarana untuk menulis. Akhirnya Sayyid bisa menulis sejumlah kajian keislaman yang bernuansa pergerakan yang begitu matang dan dikategorikan sebagai pioner pemikiran Islami kontemporer. 98 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, h. 32. 99 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, Sayyid Quthb dengan jamaah Ikhwanul Muslimin, hal. 140. Setelah Sayyid menjalani hukuman penjara sepuluh tahun, maka pada tahun 1964, pemimpin Irak, Abdul Salam Arif, berkunjung ke Mesir. Pemimpin Irak ini kemudian berupaya mendesak Abdul Nasir agar membebaskan Sayyid dari dipenjarakan. Sayyid pun kemudian bisa keluar dari penjara. Namun tak lama kemudian Sayyid kembali lagi ke penjara dengan tuduhan yang baru. Hal itu terjadi pada tahun 1965, ketika Abdul Nasir – dari Moskow- mengumumkan tersingkapnya konspirasi yang dikoordinasi oleh Ikhwanul Muslimin di bawah komando Sayyid Qutb untuk menjatuhkan kekuasaannya serta merobohkan negeri Mesir. Maka para aparat negera dan kepolisian segera melakukan penangkapan terhadap Ikhwanul Muslimin, serta teman-teman dan kerabat-kerabat mereka. Dan Sayyid Qutb adalah yang pertama ditangkap. 100 Setelah dilakukan penyiksaan sadis terhadap mereka yang barangkali tidak bisa ditanggung, maka Mahkamah Revolusi menjatuhkan hukuman gantung sampai mati terhadap Sayyid Qutb, dan juga terhadap dua tokoh pergerakan Islam di Mesir, yaitu Abdul Fatah Ismail dan Muhammad Yusuf Hawwasy. Pada fajar Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Qutb dan beberapa anggota Ikhwanul Muslimin yang lain dijatuhkan hukuman gantung sampai mati di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh sesiapa termasuklah adiknya yaitu Muhammad Qutb. 101 100 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 33-34. 101 Zainuddin Hashim dan Riduan Mohamad Nor, Tokoh-tokoh Gerakan Islam Abad Moden, hal. 191. Menurut pendapat Abul Hasan An-Nadawi, kehidupan Sayyid Qutb terbagi menjadi lima tahapan : 102 1. Tumbuh dalam tradisi-tradisi Islam di desa dan rumahnya. 2. Beliau berpindah ke Kairo, sehingga terputuslah hubungan antara dirinya dengan pertumbuhannya yang pertama, lalu wawasan keagamaan dan akidah Islamiyahnya menguap. 3. Sayyid mengalami periode kebimbangan mengenai hakikat-hakikat keagamaan sampai batas yang jauh. 4. Sayyid menelaah Al-Qur‟ân kerana dorongan-dorongan yang bersifat sastra. 5. Sayyid memperoleh pengaruh dari Al-Qur‟ân dan dengan Al-Qur‟ân itu ia terus meningkat secara gradual menuju iman. Adapun kehidupan Islami Sayyid Qutb terbagi kepada empat fase 103 : 1. Fase keislaman yang bernuansa seni. Fase ini bermula dari pertengahan tahun empat puluhan, kira-kira saat Sayyid mengkaji Al- Qur‟ân dengan maksud merenunginya dari aspek seni serta meresapi keindahannya. 2. Fase keislaman umum. Fase ini dimulai pada seperempat terakhir dari tahum empat puluhan, kurang lebih ketika Sayyid mengkaji Al- Qur‟ân dengan tujuan studi-studi pemikiran yang jeli serta pandangan reformasi 102 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 39. 103 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 39. yang mendalam. Di sini Sayyid hendak memahami dasar-dasar reformasi sosial dan prinsip-prinsip solidaritas sosial dalam Islam. 3. Fase amal Islami yang terorganisasi. Yaitu fase ketika Sayyid bergabung di dalam Jemaah Ikhwanul Muslimin, memahami Islam secara menyeluruh: pemikiran dan amalan, akidah dan perilaku serta wawasan dan jihad. Fase ini dimulai sekembalinya Sayyid dari Amerika sampai beliau bersama sahabat-sahabatnya dimasukkan ke penjara pada penghujung tahun 1954. 4. Fase jihad dan gerakan. Yaitu fase yang ia tenggelam dalam konflik pemikiran dan praktik nyata dengan kejahilian dan ia lalui di dalamnya dengan praktik jihad yang nyata. Melalui hal ini tersingkaplah metode pergerakan al-manhâj al-Harakî bagi agama ini dan realitasnya yang signifikan dan bergerak melawan kejahiliahan, serta tersingkap pula rambu-rambu yang jelas di jalan menuju Allah. Fase ini bermula sejak Sayyid dijebloskan ke dalam penjara pada penghujung tahun 1954, dan terus mendarah daging –ketika ia di penjara- hingga penghujung tahun 50- an, lalu menjadi matang dan memberikan buahnya yang matang pada tahun 60-an. 104 104 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 40.

B. Mengenal Tafsir Fî Zilâl Al-Qur’ân dan Sejarah Penulisan Tafsirnya.