Mengenal Tafsir Fî Zilâl Al-Qur’ân dan Sejarah Penulisan Tafsirnya.

B. Mengenal Tafsir Fî Zilâl Al-Qur’ân dan Sejarah Penulisan Tafsirnya.

Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân yang dikarang oleh Sayyid Qutb melewati empat tahapan. Masing-masing tahapan yang dibicarakan sebagai berikut 105 : Tahapan Pertama : Fî Zilâl Al-Q ur’ân dalam Majalah Al-Muslimûn. Pada penghujung tahun 1951, Sa‟id Ramadhan menerbitkan majalah Al- Muslimûn, sebuah majalah pemikiran Islam yang terbit bulanan. Pemilik majalah ini memohon kepada Sayyid Qutb agar ikut berpartisipasi dengan menulis artikel bulanan. 106 Disini terbukalah keinginan Sayyid yang terpendam itu serta memungkinkan untuk mewujudkan angan-angan yang tersimpan. Mulailah ia menafsirkan Al- Qur‟ân dengan judul yang unik dan sensasional, yaitu Fî Zilâl Al- Qur‟ân Di Bawah Naungan Al-Qur‟ân. Episod pertamanya dimuat dalam majalah Al-Muslimûn edisi ketiga yang terbit bulan Februari 1952, dimulai dari tafsir surah Al-Fâtihah, dan diteruskan dengan surah Al-Baqarah dalam episode-episode berikutnya. Sayyid mempublikasikan tulisannya dalam majalah ini sebanyak tujuh episode dalam tujuh edisi secara berurutan. 107 Tafsir beliau ini sampai pada Firman Allah SWT ;               105 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 54. 106 Fî Zilâl Al- Qur‟ân, cetakan Kedua nonrevisi, hal. 5-7. 107 Lihat episode-episode ini dalam majalah Al-Muslimun edisi ketiga, hal. 28-32, edisi keempat, hal. 19-27, edisi kelima, hal. 17-26, edisi keenam, hal. 13-22, edisi ketujuh, hal. 25- 30, edisi kedelapan, hal. 24-34, edisi kesembilan, hal. 11-15. 103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, niscaya mereka akan mendapat pahala, dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka Mengetahui.Al-Baqarah : 103 108 Tahap Kedua : Fî Zilâl Al-Q ur’ân Menjelang Ditangkapnya Sayyid Qutb. Sayyid Qutb pada akhir episode ketujuh dalam majalah Al-Muslimûn mengumumkan perberhentian episode ini dalam majalah, karena beliau akan menafsirkan Al- Qur‟ân secara utuh dalam sebuah kitab tafsir tersendiri, yang akan beliau luncurkan dalam juz-juz yang bersambung. Dalam pengumumannya tersebut Sayyid mengatakan , “Dengan kajian episode ketujuh ini, maka berakhirlah serial dalam majalah Al-Muslimûn. Sebab Fî Zilâl Al- Qur‟ân akan dipublikasikan tersendiri dalam tiga puluh juz secara bersambung, 109 dan masing- masing episodenya akan diluncurkan pada awal setiap dua bulan, di mulai dari bulan September mendatang dengan izin Allah, yang akan diterbitkan oleh Dar Ihya‟ Al-Kutub Al-Arabiyah milik Isa Al-Halabi Co. Sedangkan majalah Al- Muslimûn mengambil tema lain dengan judul Nahwa Mujtama‟ Islami Menuju Masyarakat Islami. 110 Juz pertama dari Fî Zilâl Al- Qur‟ân ini terbit pada bulan Oktober 1952. 111 Sayyid Qutb memenuhi janjinya kepada para pembaca, sehingga beliau meluncurkan satu juz dari Fî Zilâl Al- Qur‟ân setiap dua bulan. Bahkan terkadang 108 Sayyid Qutb, Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân di bawah naungan Al-Qur‟an, Penerjemah: As‟ad Yasin dkk, Jakarta: Gema Insani, 2008, cet. ke-6, jil. 1, hal. 172. 109 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 55. 110 Majalah Al-Muslimûn, vol. I, edisi kesembilan, Juli 1952, hal. 15. Selanjutnya Al- Muslimûn menerbitkan dua episode pada edisi keempat, Februari 1954, hal. 33-40, dan edisi kelima, Maret 1954, hal. 21-28, berupa tafsir surah Al-Anfal. 111 Majalah Al-Kitab, vol. XI, edisi ke-9, November 1952, hal. 1137. Saya telah melakukan perbandingan antara Zilâl dalam majalah Al-Muslimun dengan Zilâl yang dicetak dalam kitab tersendiri dengan tujuan mengetahui perbedaan-perbedaan antara keduanya. Akhirnya saya dapatkan bahwa Zilâl yang dicetak itu adalah Zilâl yang sebelumnya diterbitkan dalam majalah tersebut. Perbedaan antara keduanya tidak lebih dari penggantian ungkapan atau kalimat. lebih cepat dari waktu yang ditargetkan. Pada periode antara Oktober 1952 dan Januari 1954, beliau telah meluncurkan enam belas juz dari Fî Zilâl Al- Qur‟ân. 112 Pada periode ini sebenarnya Sayyid Qutb tidak mencurahkan sepenuhnya untuk menafsirkan Al- Qur‟ân. Akan tetapi kehidupan beliau diisi dengan pelbagai aktivitas dan gerak, berpikir dan menulis, serta dialog dan ceramah. Tahap Ketiga : Sayyid Qutb Menyempurnakan Fî Zilâl Al- Qur’ân dalam Penjara. Sayyid Qutb berjaya menerbitkan enam belas juz dari Fî Zilâl Al- Qur‟ân sebelum beliau dipenjara. Kemudian beliau dijebloskan ke dalam penjara untuk pertama kalinya, dan tinggal di dalam penjara itu selama tiga bulan, terhitung dari bulan Januari hingga Maret 1954. Ketika didalam penjara itu, beliau menerbitkan dua juz yaitu juz ketujuh belas dan delapan belas. 113 Setelah beliau keluar dari penjara, beliau tidak meluncurkan juz-juz yang baru karena banyaknya kesibukan yang tidak menyiksakan waktu sedikitpun untuk beliau. Di samping itu, beliau belum sempat tinggal agak lama di luar penjara. Sebab tiba-tiba dengan begitu cepat beliau dijebloskan kembali ke dalam penjara bersama puluhan ribu personel Jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan No vember 1954 setelah “sandiwara” insiden Al-Mansyiyah di Iskandaria. Setelah beliau dihadapkan ke pengadilan, akhirnya beliau dijatuhi hukuman penjara lima 112 Sayyid Qutb Asy-Syahid Al-Hayy, hal. 241. 113 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 57. belas tahun. Beliau kemudian mengkonsentrasikan untuk menyempurnakan tafsirnya dan menulis juz-juz Fî Zilâl Al- Qur‟ân berikutnya. 114 Milieu Tempat Sayyid Menulis Fî Zilâl Al- Qur’ân. Di dalam penjara, beliau hidup penuh dengan siksaan dan kesempitan. Akan tetapi Allah SWT memberikannya taufik sehingga beliau mengerti bagaimana mesti mengambil faedah darinya. 115 Sayyid Qutb menjadikan penjaranya sebagai tempat pengasingan yang beliau gunakan untuk menyendiri, bermunajat kepada Tuhannya, mendedikasikan diri kepada Al- Qur‟ân, hidup di bawah naungan Al- Qur‟ân dengan penuh berkah dan ketenteraman, bergerak dengan Al- Qur‟ân secara riil, menyingkap penunjuk-penunjuk jalan menuju Allah dengan cahaya Al- Qur‟ân, serta memperdalam hubungannya dengan Allah melalui Al- Qur‟ân itu. 116 Dari milieu yang kita gambarkan itulah Sayyid menyelesaikan penulisan tafsir Al- Qur‟ân dan selesai dari mengarang sebuah Tafsirnya Fî Zilâl Al- Qur‟ân. Dalam Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Sayyid menjelaskan suatu masa kehidupannya di bawah naungan Al- Qur‟ân serta perubahan pemahamannya terhadap Al-Qur‟ân dari makna-makna konseptual menuju hakikat-hakikat kenyataan yang dapat dirasakan dan dialami, serta interaksi beliau dengan rahmat Allah SWT yang ditunjukkan oleh ayat. 117 114 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 57-58. 115 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 60. 116 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 62. 117 Salah Abdul Fattah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zilâl Al- Qur‟ân, Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Perpustakaan Nasional RI : KDT, hal. 64. Fî Zilâl Al- Qur’ân Edisi Revisi. Telah disebutkan oleh penulis tafsir beliau ini belum mencukupi sebagai suatu rekaman mengenai berbagai macam pemikiran beliau seputar ayat-ayat Al- Qur‟ân; penjelasan mengenai keindahan, seni, dan ilustrasi yang terdapat dalam ayat-ayat Al- Qur‟ân serta pemaparan mengenai prinsip-prinsip, metode-metode, dan aturan-aturan yang dikandungnya. Beliau menemukan perbendaharaan-perbendaharaan ini ketika menafsirkan Al- Qur‟ân dan setelah menyelesaikan babak yang cukup panjang dalam menafsirkannya, yang telah sampai pada juz kedua puluh tujuh. Beliau harus mengulang kembali pandangannya dalam menafsirkan Al- Qur‟ân, harus menyusun berdasarkan persepsinya yang baru, harus bertolak dari pijakan baru di atas petunjuk perhatian-perhatian beliau yang baru, serta harus memasukkan pemahamannya yang baru mengenai Islam, konsepsinya mengenai dakwah, serta metodenya dalam melakukan gerakan Islam. Demikianlah yang terjadi. Sayyid lalu menafsirkan tiga juz terakhir sesuai dengan metodenya pergerakan yang baru. Kemudian beliau menetapkan untuk mengulang pandangannya di dalam menafsirkan juz-juz pertama serta memformat kembali Fî Zilâl Al- Qur‟ân berdasarkan asas metode pergerakannya di dalam memahami Al- Qur‟ân dan bergerak dengannya, serta melakukan revisi terhadapnya. Akhirnya lahirlah edisi baru yang direvisi dari Fî Zilâl Al- Qur‟ân. Ini merupakan edisi kedua yang terbit di Mesir pada masa hidup Sayyid, sebab edisi pertama terbit pada tahun 1951, dan penyempurnaan edisi pertama ini terbit pada tahun 1953. 118

C. Metode dan Corak Tafsir Fî Zilâl Al-Qur’ân.