Krisis Ekonomi. Tenggelam dalam syahwat.

Maka jelaslah kepada umat Islam dengan berdalilkan daripada sumber hadits Rasulullah di atas, maka wajib ke atas umat Islam menjalankan amar ma‟ruf nahi munkar mengikut kesesuaian kemampuan masing-masing yang harus dilaksanakan.

6. Krisis Ekonomi.

Krisis ekonomi telah melanda masyarakat yang mengabaikan amar ma‟ruf nahi munkar, kemiskinan bertambah, dan mereka merasakan petaka seperti sulitnya mencari rizki. Pada sebagian masyarakat Islam krisis telah mencapai pada suatu tingkat kemiskinan yang memperhatinkan, sampai seseorang bersusah payah mencari sesuap nasi namun tidak mendapatkannya, yang membuat dirinya menjadi butuh terhadap apa yang ada ditangan orang-orang nasrani yang berupaya mengkristenkan orang-orang Muslim. Kemudian hal tersebut mengakibatkan seorang Muslim menjadi termakan oleh Kristenisasi – na‟udzubillah – khususnya kesibukan mencari sesuap nasi itu terkadang bisa melalaikan banyak orang dari persoalan dien yang mengakibatkan dia lari dan meremehkannya. Demikianlah kemungkaran, merupakan suatu mata rantai yang saling kait mengait antara yang satu dengan yang lain sampai penderitanya jatuh tersungkur.

7. Tenggelam dalam syahwat.

Meninggalkan amar ma‟ruf nahi munkar bisa mengakibatkan terjerumus kedalam syahwat dan tenggelam kedalamnya. Demikianlah keadaannya, menjadikan menusia terpaut dengan dunia, berjiwa lemah dan loyo. Adapun pemuda yang menuruti syahwatnya dan menyimpang, anda akan melihatnya tenggelam didalam syahwat dan keinginannya, tidak bersungguh- sungguh dalam menggapai ilmu dan kurang perhatian, karena dia hanya memikul keinginan hawa nafsunya. Akhirnya merugikan dan menjadi bencana bagi umat. Dan di dalam masyarakat Muslim sudah tidak diragukan lagi bahwa meninggalkan amar ma‟ruf nahi munkar merupakan sebab tenggelamnya putra- putra mereka dalam kelezatan hawa nafsu yang menghalangi mereka dari perkara- perkara yang mulia. 85 Ulasan Penulis : Demikian itu, kita harus memperhatikan kenyataan yang terjadi di tengah- tengah umat Islam sekarang ini, kelengahan para ulama, penguasa, da‟i-da‟i dan masyarakat mereka terhadap amar ma‟ruf nahi munkar. Meskipun keadaan amar ma‟ruf lebih baik daripada nahi munkar menurut para ulama dan para da‟i khususnya, apalagi di dalam penyeruan kebaikan itu tidak diikuti pelarangan terhadap kemungkaran. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullahu- berkata; Jika kesepakatan agama dan seluruh kekuasaan itu berada pada perintah dan larangan. Maka perintah dengan diutus Rasul-Nya adalah amar ma‟ruf. Dan larangan dengannya diutus Rasul-nya adalah nahi munkar. Ini merupakan sifat para nabi-nabi alaihi 85 Salman Fahd Al-Audah, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Penerjemah: Rakhmat, Abdul Rosyad Shidiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993, cet. 1, hal. 43-45. salam dan orang-orang mukmin, 86 sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT:             71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf, mencegah dari yang munkar, At-Taubah: 71 86 Saleh bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar dan Realisasinya di Dunia Modern, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hal. 58-59.

BAB III MENGENAL SAYYID QUTB DAN TAFSIR

FÎ ZILÂL AL- QUR’ÂN

A. Riwayat Hidup Sayyid Qutb

Nama lengkapnya adalah Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili. Lahir di Mausyah, salah satu wilayah Provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1906. 87 Sayyid Qutb tumbuh dalam lingkungan Islami, dan menghabiskan masa kanak-kanaknya dalam asuhan keluarga beriman, lalu tumbuh dewasa di tengah saudara-saudara yang terhormat. Ayahnya adalah seorang mukmin yang bertakwa, yang begitu bersemangat untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama, bergegas untuk menggapai keridhaan Allah serta menjauhi segala yang bisa mendatangkan kemurkaan dan siksa-Nya. Demikian juga ayah Sayyid memilik status sosial yang tinggi di wilayah itu. Para penduduk memandangnya dengan penuh penghargaan dan penghormatan serta menjadikannya sebagai pemimpin untuk memecahkan berbagai persoalan. Ia mempunyai usia yang cukup panjang, sampai akhirnya ia menemui Tuhannya ketika sang putranya Sayyid, sedang melanjutkan studinya di Kairo. Sang ibunya seorang wanita salihah. Ia bersemangat untuk melakukan kebaikan, bersikap lembut terhadap orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan serta senantiasa taqarrub mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amal salih. Ia membantu suaminya untuk mendidik anak-anak dengan 87 Majalah Al-Muslimûn, edisi ke- 11, tanggal 13 Rabi‟ul Awal 1402 H.18 Januari 1982 M, h. 12.