Analisis Hubungan Kebijakan Modal Kerja Dengan Kemampulabaan Pada PT. Bukit Kapur Reksa

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA –1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

DENGAN KEMAMPULABAAN PADA

PT. BUKIT KAPUR REKSA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

REYNALDO SARAGIH 010502002

MANAJEMEN

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 8

3. Tempat dan Waktu ... 9

4. Jenis Data ... 10

5. Teknik Pengumpulan Data ... 10

6. Metode Analisis Data ... 11

BAB II URAIAN TEORITIS ... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Laporan Keuangan ... 13

C. Modal Kerja ... 15

1. Pengertian Modal Kerja ... 15

2. Jenis-jenis Modal Kerja ... 17


(3)

4. Kebijaksanaan Modal Kerja ... 20

5. Manajemen Modal Kerja ... 22

6. Rasio Keuangan ... 23

D. Profitabilitas ... 25

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 29

B. Profil Perusahaan ... 29

C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 31

C. Laporan Keuangan Perusahaan ... 34

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Deskriptif rasio Kebijakan Modal Kerja ... 36

B. Analisis Data Statistik ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 45


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai keuntungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu bagian yang paling menentukan jalannya perusahaan adalah bagian keuangan, dimana diketahui bahwa kebutuhan, penggunaan, serta pengalokasian dana merupakan tugas bagi bagian keuangan, dan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk mempertimbangkan dan membuat keputusan-keputusan tersebut di masa yan g akan datang.

Salah satu masalah perusahaan yang utama adalah berkaitan dengan tersedianya dana untuk digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah dana yang disediakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah karyawan, dan sebagainya.

Pengelolaan kerja yang baik merupakan tanggung jawab setiap pimpinan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat tercapai suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.

Kegiatan operasional perusahaan mengalami perubahan dari periode yang satu ke periode berikutnya. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di


(5)

perusahaan terutama yang menyangkut pengelolaan modal kerja yang dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan modal kerja itu sendiri.

Pengelolaan modal kerja akan sangat menentukan posisi keuangan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.

Modal kerja begitu penting bagi perusahaan, karena dengan modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melakukan operasinya secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Adapun manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup akan melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar hutangnya atau turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

Peranan modal kerja yang sangat penting dalam kehidupan suatu perusahaan membuat penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai kinerja keuangan perusahaan. Permasalahan yang timbul dalam kebijakan modal kerja ini adalah menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan dipertahankan oleh perusahaan. Weston dan Brigham mengemukakan bahwa kebijakan modal kerja menyangkut dua macam hubungan antara unsur-unsur


(6)

neraca. Kebijakan yang pertama mnyangkut hubungan antara jenis-jenis harta dan cara membiayai harta ini. Kebijakan kedua menyangkut penentuan tingkat total harta lancar yang harus dimiliki.

Sehingga kebijakan akan pengelolaan modal kerja yang baik akan sangat berperan agar setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat mencapai suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja. Hasil dari kebijakan tersebut akan memungkinkan perusahaan meningkatkan labanya. Misalnya Kebijakan untuk mutu yang diterapkan PT Jasa Marga (Persero) sebagai penyelenggara jasa jalan tol di Indonesia menghasilkan kelancaran, keamanan dan

kenyamanan. Jadi, setiap

kebijakan memiliki perbedaan hasil yang berbeda sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, demikianlah juga tujuan kebijakan pengelolaan modal kerja akan menghasilkan peningkatan kemampulabaan.

Berikut ini adalah informasi mengenai kebijakan modal kerja yang dilihat dari empat aspek yang saling terkait dan kemampuan memperoleh laba PT. Bukit Kapur Reksa periode 2004 sampai dengan 2006.

Tabel 1.1 Perubahan Kebijakan Modal Kerja dan Kemampulabaan pada PT. Bukit Kapur Reksa periode 2004 sampai dengan 2006

Rasio 2004 2005 2006

Rasio cara pembelanjaan modal kerja 17.52% 41,208% 32,664%

Rasio lancar 113,672% 173,544% 154,528%

Tingkat perputaran modal kerja 1,648X 1,44X 1,432X Rasio jumlah aktiva lancar terhadap

jumlah aktiva

37,496% 31,872% 40,816%

Kemampuan Memperoleh Laba (ROI) 8,032% 4,504% 14,736% Sumber : Laporan Keuangan PT. Bukit Kapur Reksa Utama Medan


(7)

Melihat begitu berpengaruhnya modal kerja terhadap kemampulabaan suatu perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami bahasan mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap kemampulabaan perusahaan. Dalam hal ini pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul :

Analisis Hubungan Kebijakan Modal Kerja dengan Kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : Apakah variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai hubungan dengan kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa ?

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa atau kesimpulan sementara tentang hubungan antar variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997:127), pembahasan mengenai berbagai kebijakan modal kerja menggambarkan dua prinsip dasar utama dalam keuangan, yaitu :

1. Kemampulabaan berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampulabaan yang menurun.


(8)

2. Kemampulabaan (profitabilitas) bergerak searah dengan risiko. Untuk memperoleh tingkat profitabilitas yang lebih tinggi, harus berani mengambil risiko yang lebih besar.

Syamsuddin (2002:209) menyatakan bahwa : Bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat, maka baik profitabiltas maupun resiko yang dihadapi akan menurun. Menurunnya profitabilitas disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap. Resiko ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban pada saat jatuh tempo (technical insolvency) menurun karena peningkatan jumlah aktiva lancar akan semakin memperbesar modal kerja bersih (selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar). Pengaruh peningkatan rasio aktiva lancar atas total aktiva berbanding terbalik dengan pengaruh dari penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva perusahaan.

Menurut Sutrisno (2000:49) memberikan pendapat bahwa : Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal hingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin cepat masa perputaran modal kerja, semakin efisiensi penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.

Berikut ini adalah kerangka konseptual yang akan mengkaji pengaruh antara variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva dengan kemampulabaan yang diukur dengan return on investment.


(9)

Sumber : Syamsuddin, Alwi, Sutrisno Gambar 1 : Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut : Variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar mempunyai hubungan dengan kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa .

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan Penelitian

Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa .

Aspek-aspek Kebijakan Modal Kerja • Rasio cara pembelanjaan modal kerja. • Rasio lancar.

• Tingkat perputaran modal kerja. • Rasio jumlah aktiva lancar terhadap

jumlah aktiva.

Kemampuan memperoleh

laba


(10)

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah : a. Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama dalam memahami kebijakan modal kerja dan pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukkan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan yang dianggap penting dan untuk menentukan kebijakan keuangan khusus mengenai modal kerja dalam rangka pengambilan keputusan di masa mendatang.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan refensi bagi pihak lain terutama bagi para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa mentang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu variabel tidak bebas terbatas pada kemampulabaan yang diukur dengan return on investment (ROI) dan variabel bebas terbatas pada kebijakan modal kerja yang dilihat dari empat aspek yaitu : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva. Dan alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan perusahaan.


(11)

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional dan pengukuran variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :

a. Kemampulabaan (Yi) sebagai variabel terikat merupakan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsudin, 2002:63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

b. Rasio cara pembelanjaan modal kerja (X1) sebagai variabel bebas, merupakan besarnya dana jangka panjang yang tertanam dalam aktiva lancar bersifat permanen atau modal kerja permanen dibandingkan triwulan sebelumnya (Nurak, 2002:78). Diukur dengan rasio yang dirumuskan sebagai berikut :

c. Rasio lancar (X2) sebagai variabel bebas, menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi

Kemampulabaan =

Aktiva Total Pajak Setelah Bersih Laba × 100 %

Sumber Dana Jangka Panjang = Sendiri Modal Panjang Jangka Hutang Jumlah Lancar Hutang Lancar Aktiva + −


(12)

kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004:301). Rasio ini diukur dengan rumus sebagai berikut :

d. Tingkat perputaran modal kerja (X3) sebagai variabel bebas, adalah kecepatan berputarnya modal kerja dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan dana yang tertanam pada aktiva lancar dalam menunjang penjualan (Sinuraya, 1999:41). Rasio ini diukur dengan rumus sebagai berikut :

e. Rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva (X4

3. Tempat dan Waktu Penelitian

) sebagai variabel bebas, menunujukkan porsi aktiva lancar atas total aktiva (Harahap, 2004:302) diukur dengan rasio yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Bukit Kapur Reksa yang berlokasi di Jln Datuk Laksamana Dubai Timur, Bengkalis, Kepaulauan Riau Pelabuhan Sismic. Riau 28814

Rasio Lancar =

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

x 100%

Tingkat Perputaran Modal Kerja =

Lancar Aktiva

Jumlah

Bersih Penjualan

x 100%

Rasio Investasi Aktiva Lancar =

Aktiva Jumlah

Lancar Aktiva

Jumlah


(13)

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008.

4. Jenis Data

Data yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data sekunder, data yang dibutuhkan penulis berkaitan dengan masalah yang dianalisis meliputi : sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan perusahaan, serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.

b. Data primer yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang dianggap berwenang memberikan keterangan yang dibutuhkan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah :

a. Studi Dokumentasi

Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan PT. Bukit Kapur Reksa tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 serta data yang relevan dengan penelitian baik dari pihak perusahan maupun yang berasal dari buku-buku literatur.

b. Teknik Wawancara

Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan beberapa pegawai yang berwenang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.


(14)

6. Metode Analisis Data

Dalam analisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih dahulu ditetapkan metode analisis yang akan dipergunakan sehingga pelaksanaannya lebih mudah dan terarah serta dapat dipertanggungjawabkan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan:

a. Metode Analisis Deskriptif

Adalah salah satu model analisis dengan mengadakan pengumpulan data dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga diperoleh gambarn yang jelas mengenai objek penelitian.

b. Metode Analisis Korelasi Produck Moment (pearson)

Korelasi Produck Moment (pearson) digunakan mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal. Maka, untuk melihat hubungan aspek kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS versi 12.00.

Koefisien korelasi Produck Moment (pearson) berkisar dari -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis dengan -1≤ rs ≤1. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah). Interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (1999:183), yaitu:


(15)

Tabel 1.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Magdalena (2004) mengenai Analisis Hubungan Manajemen Modal Kerja Terhadap Kemampulabaan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Polonia Medan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah rasio hubungan rasio Receivable Turnover, Working Capital Turnover, Total Assets Turnover dengan rasio kemampulabaan (ROI). Penelitian ini memakai data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan selama delapan tahun terhitung dari tahun 1997-2004.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada dua rasio variabel bebas yang memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel terikat, yaitu rasio Working Capital Turnover dan rasio Total Assets Turnover yang memiliki hubungan yang sigifikan dan positif terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Sedangkan rasio Receivable Turnover dan rasio lancar tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan.

B. Laporan Keuangan

Untuk megetahui perkembangan perusahaan, perlu diketahui keadaan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Keadaan keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil yang dicapai dalam operasi perusahaan. Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari


(17)

proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang keuangan perusahaan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap data keuangan tersebut.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan posisi dalam keuangan atau bisa juga dinamakn laporan sumber dan penggunaan dana, catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Untuk mengetahui pengertian laporan keuangan akan dijelaskan sebagai berikut :

Menurut Djarwanto (2001: 5) memberikan pengertian “Laporan keuangan adalah hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan yang disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan”.

Sedangkan menurut Purba (2002: 36) memberikan pengertian “Laporan keuangan menggambarkan informasi potensi mengenai keuangan pada masa lalu dan dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan kebijakan pada masa yang akan datang”.

Menurut Harahap (2002: 7) memberikan pengertian “Laporan keuangan adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambil keputusan dan pertanggungjawaban”.

Laporan keuangan bermaksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan


(18)

pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tujuan laporan keuangan menurut Berstein (1983) adalah sebagai berikut (Harahap, 2004: 197) :

(1) Screening, analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

(2) Understanding, memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

(3) Forecasting, analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

(4) Diagnosis, analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah-masalah lain dalam perusahaan.

(5) Evaluation, analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

C. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaan untuk membiayai aktivitasnya sehari-hari. Walaupun perusahaan mempunyai aktiva tetap, tetapi tidak memiliki modal kerja, maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan mati. Kehidupan perusahaan sangat tergantung pada modal kerjanya, dengan jumlah modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melakukan opersinya secara ekonomis sehingga perusahaan dapat mencapai batas laba yang diinginkan. Apabila jumlah modal kerja perusahaan lebih besar dari yang dibutuhkan untuk


(19)

membiayai operasinya, maka perusahaan akan mengorbankan kemampulabaannya dan sebaliknya apabila modal kerja lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan, maka perusahaan dapat kehilangan pasar.

Modal kerja yang digunakan diharapkan dapat masuk kembali ke perusahaan dalam jangka waktu yang pendek, yaitu berupa pendapatan bagi perusahaan. Kemudian pendapatan tersebut kembali dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dan hasil perputaran modal kerja diharapkan dapat memberikan laba bagi perusahaan sehingga akan menambah jumlah modal kerja untuk periode berikutnya. Demikianlah secara terus menerus modal kerja berputar setiap periode selama hidup perusahaan tersebut.

Adapun pengertian dari modal kerja itu sendiri adalah sebagai berikut : Kennedy dan Mullen (1974:261-262), memberi pengertian modal kerja sebagai berikut :

1. Working capital is the current assets over current liabilities, the amount of current assets that has been supplied by long term creditors and the stockholders. In other words working capital represents the amount of current assets that have not been supplied by current, short term creditors. This defination is qualitative in character, since it shows the possible availability of current assets in excess of the current liabilities, ……….

2. working capital is the amount of the current assets. Thi interpretation is quantitative in characters, since it represents the total amount of funds used for current operating purposes

Sundjaja dan Berlian (2002: 155) memberikan pengertian “Modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kas, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka


(20)

waktu opearsi normal perusahaan”. Sedangkan Halim dan Sarwak memberikan pengertian “Modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari pada suatu perusahaan”. Namun secara umum, modal kerja (Riyanto, 1995: 151) dapat berarti :

a) Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross Working Capital) atau disebut konsep kuantitatif.

b) Aktiva lancar dikurangi hutang lancar (Net Working Capital) atau konsep kualitatif.

c) Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan (Functional Working Capital) atau konsep fungsional. Termasuk dana yang berasal dari penyusutan.

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Keseluruhan dana yang tertanam dalam modal kerja dalam arti aktiva lancar dipandang sebagai satu kesatuan yang kompleks, maka menurut Ahmad (1997: 4) modal kerja tersebut dapat dibagi dalam dua ( 2 ) konsep, yaitu :

a. Modal kerja permanen, modal kerja yang harus tetap ada untuk menjalankan fungsinya dalam rangka kontinuitas usaha. Modal kerja ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Modal kerja primer, jumlah modal kerja minimum

 Modal kerja normal, modal kerja yang bersifat fleksibel untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.


(21)

b. Modal kerja variabel, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan. Jenis modal kerja ini dapat digolongkan sebagai berikut :

 Modal kerja musiman, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan sesuai dengan fluktuasi musim.

 Modal kerja siklus, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan karena fluktuasi konyungtur.

 Modal kerja darurat, modal kerja yang jumlahnya berubah karena adanya situasi darurat yang tidak diperkirakan atau tidak diketahui sebelumnya (Ahmad, 1997: 4).

3. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Modal Kerja

Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal (Halim dan Sarwak, 1999:89-91) yaitu :

a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan

Besar kecilnya perusahaan, baik dari segi jumlah aktiva maupun dari segi tingakt penjualan, akan sangat mempengaruhi besarnya modal kerja. Sebuah perusahaan kecil mungkin memerlukan aktiva lancar ekstra dalam menghadapi goncangan-goncangan yang timbul karena perusahaan kecil mempunyai sumber kas masuk yang lebih sedikit dibandingkan perusahaan besar. Oleh sebab itu perusahaan kecil memerlukan modal kerja yang relatif lebih besar dari perusahaan besar jika dibandingkan dengan tingkat total aktiva atau total penjualan.

b. Aktivitas perusahan.

Jika sebuah perusahaan harus menyediakan persediaan yang besar atau menjual dengan syarat kredit lunak akan memerlukan modal kerja yang


(22)

lebih besar dibandingkan perusahaan yang menyediakan persediaan kecil atau menjual barangnya secara tunai.

c. Tersedianya fasilitas kredit

Suatu perusahaan yang mempunyai fasilitas kredit misalnya hubungan dengan lembaga-lembaga kredit akan memerlukan modal kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas kredit.

d. Sikap terhadap laba

Setiap dana memerlukan biaya modal kerja yang besar akan cenderung menurunkan tingkat laba.

e. Volume penjualan.

Adalah faktor yang paling penting dalam mempengaruhi besaran dan komponen modal kerja.

f. Musim dan siklis

Kebanyakan perusahaan mengalam fluktusai musim dalam permintaan produk dan jasa yang dihasilkan. Variasi-variasi dalam penjualan ini mempengaruhi tingkat modal kerja. Demikian pula saat seluruh kegiatan ekonomi mengalami siklis.

g. Perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi, terutama yang berhubungan dengan proses produksi dapat mempunyai pengaruh yang tajam terhadap kebutuhan modal kerja.


(23)

h. Kebijakan-kebijakan perusahaan

Jika perusahaan mengubah kebijaksanaan misalnya produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikan atau menurunkan modal kerja.

4. Kebijakan Modal Kerja

Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Untuk memenuhi modal kerja sumber dana yang bisa dipilih dari sumber dana berjangka panjang atau sumber dana berjangka pendek. Masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan.

Kebijaksanaan modal kerja yang harus diambil oleh perusahaan ini tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Menurut Sutrisno (2000: 53-55), kebijakan modal kerja yang biasanya dapat diambil oleh perusahaan antara lain :

a. Kebijakan Konservatif

Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dalam kebijakan ini, modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.


(24)

b. Kebijakan Moderat

Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini, perusahaan membiayai setiap aktiva dengan dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut. Artinya aktiva yang bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan didanai dengan sumber dana jangka panjang, dan aktiva yang bersifat variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan.

c. Kebijakan Agresif

Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan sehingga margin of safety sangat besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung resiko yang cukup besar, sedangkan trade off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih besar.


(25)

5. Manajemen Modal Kerja

Modal kerja yang tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya,agar mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Djarwanto (2001: 87), manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah :

a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya.

c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

e. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

f. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan.

g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.


(26)

h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

6. Rasio Keuangan

Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan sudah sehat atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio laverage/utang, dan nilai pasar. Tolak ukur menentukan sehat atau tidaknya dapat digunakan metode time series dan cross section. Untuk perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih tepat menggunakan metode lintas waktu (time series), sedangkan untuk perusahaan perseroan (PT), kedua metode ini dapat digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua rasio yaitu rasio aktivitas dan rasio likuiditas. Alasan penulis hanya menggunakan dua rasio karena penulis membahas masalah manajemen modal kerja. Seperti yang diketahui bahwa manajemen modal kerja berkaitan erat dengan masalah pembelanjaan perusahaan, dimana dalam hal ini ada kaitannya dengan jumlah dana di aktiva lancar ataupun bagaimana proses pemenuhan kewajiban jangka pendek perusahaan. Oleh karena itulah penulis menggunakan dua rasio keuangan untuk mengukur manajemen modal kerja perusahaan, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Rasio Aktivitas

Menurut Purba (2002:101), rasio aktivitas yang biasa juga dinamakan rasio efisiensi merupakan indikator terhadap kemampuan manajemen dalam mendayagunakan aktiva seperti persediaan, aktiva tetap dan sebagainya.


(27)

Efektivitas pengelolaan modal kerja dapat dilihat dari perputarannya yaitu yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Rasio perputaran yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif terhadap modal kerja yang dimiliki perusahaan, namun apabila terjadi sebaliknya maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa manajemen perlu memperbaiki pengelolaan modal kerja tersebut.

Adapun jenis-jenis rasio aktivitas menurut Riyanto (1996:334-335) adalah sebagai berikut:

a. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover), merupakan rasio yang mengukur kemampuan modal kerja (netto) berputar dalam satu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.

Lancar Aktiva Jumlah Neto Penjualan = Turnover Capital Working

b. Rasio Perputara Total Aktiva (Total Assets Turnover), merupakan rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.

Aktiva Jumlah Neto Penjualan = Turnover Assets Total

c. Rasio Perputaran Piutang (Receivables Turnover), merupakan rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu. rata -Rata Piutang Penjualan Total = Turnover s Receivable


(28)

b. Rasio Likuiditas

Menurut Harahap (2004:301), rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Salah satu rasio likuiditas yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah rasio lancar (Current Ratio).

Rasio lancar (Current Ratio) menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupu kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap 2004:301).

D. Profitabilitas

Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu dapat terjamin. Setiap usaha selalu mengutamakan keuntungan dalam tujuan pendirian perusahaan, baru setelah itu tujuan perusahaan yang lain seperti : kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan saingan di pasar yang disebut dengan survive : kemampuan perusahaan untuk tumbuh atau growth di tengah persaingan dan yang terakhir kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan mengadakan ekspansi usaha yang disebut dengan developt.

Tanpa adanya kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya yang ada dalam perusahaan semua tujuan perusahaan seperti yang telah penulis paparkan di atas hanyalah bersifat angan-angan belaka dan


(29)

tidak akan pernah tercapai. Untuk mewujudkan itu tentunya perlu dilaksanakan proses manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Tapi tingkat keefesienan sebuah perusahaan tidak dapat hanya dilihat dari laba yang diperoleh saja, tapi juga harus diperbandingkan laba tersebut dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Untuk lebih memahami lagi tentang kemampulabaan atau profitabilitas sebuah perusahaan, penulis akan mencoba memaparkan beberapa pendapat para ahli ekonomi mengenai profitabilitas. Menurut Weston (2000: 304), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profitabilitas suatu perusahaan adalah menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, penjualan aktiva, dan peneglolaan utang terhadap hasil-hasil operasi.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur dan mengevaluasi tingkat earning perusahaan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan (Syamsudin, 2000: 53). Rasio profitabilitas bertujuan membantu menjawab pertanyaan yang sangat penting mengenai efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva atau sumber penghasilan yang dipercayakan kepada mereka (Keown, 2000: 113). Sedangkan menurut Harahap (2004: 304), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Menurut Purba (2002: 113), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, dimana


(30)

laba tersebut terbentuk dari rasio-rasio profitabilitas yang adpat dikelompokkan atas tiga bagian, yaitu :

1. Berkaitan dengan penjualan a. Net profit margin b. Operating profit margin c. Gross profit margin 2. Berkaitan dengan penggunaan aktiva

a. Return on total assets atau return on investment (ROI) b. Return on net working capital

3. Berkaitan dengan modal sendiri a. Return On Equity (ROE) b. Return on common stock c. Earning Per Share (EPS) d. Dividen per share

e. Book value per share f. Price to earning ratio

Salah satu ukuran rasio profitabilitas yang dipergunakan penulis sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini adalah return on investment (ROI). Rasio ini apat dihitung dengan rumus:

100 × =

Aktiva Total

Pajak Setelah Bersih

Laba


(31)

ROI atau yang sering juga disebut dengan Return On Total Assets adalah merupakan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsudin, 2002: 63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.


(32)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Bukit Kapur Reksa merupakan anak perusahaan dari Karya Prajona Nelayan (KPN Group). Didirikan pada 1989 di Dumai, tetapi kantor pemasarannya berada di Medan. PT. Bukit Kapur Reksa merupakan perusahaan pengolahan minyak makan terbesar di Riau.

B. PROFIL PERUSAHAAN

- Nama Perusahaan : PT. BUKIT KAPUR REKSA - Alamat :

Perusahaan : Jl. Bukit Kapur Km. 24.5 Dumai, Riau, Telp : 62 (0765) 31407

Kantor Pamasaran : Gedung Bank Mandiri Lantai 5, Jl. Imam Bonjol No.7 SUMATERA UTARA Telepon : (62-61) 4145777 - 4155969 Fax : (62-61) 4154891 - 4150303 Kode Pos : 20112 E-mail :

01.269.805.6-092.000 - Skala Bisnis : Large - Tipe Bisnis : Exporter - Kontak Person :

1. Martua Sitorus - Direktur Utama - (62-61) 4145777

2. Yu Hung Yen Steven - Komisaris Utama - (62-61) 4145777 - Produk :

1. Crude Palm Oils - Lemak & minyak hewan/nabati

2. Crude Palm Kernel Oils - Lemak & minyak hewan/nabati 3. Crude Coconut Oil - Lemak & minyak hewan/nabati 4. Palm Oils - Lemak & minyak hewan/nabati

5. Other Palm Kernel Oils - Lemak & minyak hewan/nabati 6. Other Copra Oils - Lemak & minyak hewan/nabati

Sesuai dengan upaya PT. Bukit Kapur Reksa untuk menjamin kualitas produk setiap produk yang telah selesai harus melalui tes akhir untuk memenuhi standar


(33)

mutu Internasional. Dengan fasilitas pengujian yang canggih, seluruh sisi yang menunjang kualitas diperiksa. Komitmen PT. Bukit Kapur Reksa terhadap kualitas dan jaminan produk dibuktikan dengan keberhasilan perusahaan dalam meraih sertifikat ISO 9001. Untuk memenuhi persyaratan ISO 9001, maka setiap proses manufaktur harus mengikuti Pedoman Mutu yang sudah dibakukan. Pedoman ini mengatur semua aspek prosedur, perencanaan, dan instruksi kerja yang mutlak harus dilaksanakan dengan tepat, sehingga mutu setiap produksi tetap terpelihara

Ekspor

Yang menjadi bukti nyata dari kualitas produk dari PT. Bukit Kapur Reksa adalah kesuksesannya di pasar Internasional. Pengalaman bertahun-tahun membuat perusahaan ini mampu mengekspor ke negara-negara di Eropa, Amerika Latin dan negara Asia lainnya.

PT. Bukit Kapur Reksa memiliki komitmen untuk menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Selain mendukung berbagai program sosial, PT. Bukit Kapur Reksa juga menyediakan kursus/ pelatihan kepada mahasiswa.. Dengan fasilitas yang sama PT. Bukit Kapur Reksa juga memberikan pelatihan kepada individu perorangan di luar perusahaan PT. Bukit Kapur Reksa, berupa bimbingan. Suatu program yang sangat populer yang membuka peluang bagi para pemenang yang berbakat untuk mendapatkan sponsor penuh dalam PT. Bukit Kapur Reksa


(34)

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adanya struktur organisasi dalam suatu perusahaan adalah untuk mengukur sumber daya manusia untuk kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan. Maka untuk itu perlu dirancang sedemikian rupa agar sumber daya manusia yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

PT. Bukit Kapur Reksa mempunyai struktur organisasi yang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan usahanya. Struktur organisasai ini adalah struktur organisasi menurut keputusan direksi PT. Bukit Kapur Reksa.

Struktur organisasi PT. Bukit Kapur Reksa adalah berbentuk garis. Sebagai pimpinan tertinggi di dalam perusahaan adalah Factory Manager, yang bertanggung jawab kepada Regional Manager. Dalam menjalankan tugasnya Factory Manager dibantu oleh seorang Deputy Manager serta beberapa kepala bagian.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis cantumkan bagan struktur organisasi PT. Bukit Kapur Reksa beserta uraian tugasnya.

Adapun tugas dan wewenang dari masing-masing bagian struktur organisasi dalam perusahaan ditetapkan sebagai berikut:

1. Regional Manager

Regional Manager bertugas merencanakan, mengkoordinir, melaksanakan dan mengawasi segala kegiatan sehubungan dengan pengolahan mutu produksi. Regional manager betanggung jawab atas kegiatan produksi dari bahan baku hingga menjadi barang jadi.


(35)

2. Factory Manager

Factory Manager bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengatur distribusi pekerjaan, mengarahkan serta mengendalikan semua sumber daya perusahaan dan seluruh potensinya yang ada di lingkungan atau di luar perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek dan jangka panjang.

Departemen Factory Manager membawahi beberapa kepala bagian dengan tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. Kepala Bagian Personalia dan Umum Bertanggung jawab terhadap :

1) Penerimaan, penetapan dan pemberhentian tenaga kerja. 2) Pelatihan pegawai, kursus dan lain sebagainya.

3) Menetapkan jaminan untuk pegawai, gaji, pensiun, asuransi kecelakaan kerja, kesehatan dan lainnya.

4) Mengarahkan, membina dan menggunakan tebaga kerja yang tersedia. b. Kepala Bagian Produksi

Bertanggung jawab terhadap jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. c. Kepala Bagian Teknik

Bertanggung jawab terhadap pengoperasian mesin, listrik, air, dan perawatan mesin-mesin serta perbaikan mesin-mesin yang rusak, dan juga mengarahkan, membina, dan menggunakan tenaga kerja yang tersedia. d. Kepala Bagian Packing


(36)

1) Hasil wrapping barang-barang/obat anti nyamuk yang dinamakan barang seperempat jadi.

2) Hasil packing obat anti nyamuk dari obat anti nyamuk barang setengah jadi.

3) Menggunakan tenaga kerja yang sesuai dengan standar.

4) Mengarahkan, membina dan menggunakan tenaga kerja yang tersedia. e. Kepala Bagian Quality Contorl dan Laboratorium

Mempunyai tugas untuk melakukan analisa bahan baku, kehalusan bahan baku yang akan diproses, pengolahan produksi untuk barang jadi dari bahan-bahan pengemas, karton, doos, film, coil holder sesuai dengan standar. Bahan jadi akan di analisis kembali untuk mengetahui kadar air dan kekerasan obat anti nyamuk tersebut. Apabila menyimpang dari standar, maka Kepala Bagian Quality Control/Laboratorium dapat menolak atau tidak dapat menerima produk tersebut.

f. Kepala Bagian Accounting Bertanggung jawab terhadap:

1) Semua penyelesaian laporan data pengeluaran uang, baik tunai maupun giro.

2) Seluruh pembayaran tunai dan kredit.

3) Menyusun anggaran penggunaan uang secara periodik.

4) Mengarahkan, membina dan menggunakan tebaga kerja yang tersedia. g. Kepala Bagian Logistik

Bertanggung jawab terhadap penerimaan, pengeluaran, penyimpanan dan pengamanan barang dari pencurian dan kerusakan serta bertanggung jawab


(37)

terhadap semua barang jadi, gudang bahan pengemas, gudang bahan baku dan kimia, serta gudang spare part.

h. Kepala Bagian Research dan Development (R and D)

Bertugas membuat usulan terhadap perusahaan di bidang teknologi.

3. Sekretaris

Bertanggung jawab atas tugas-tugas administrasi, mencatat dan menyampaikan informasi yang diperlukan perusahaan

D. LAPORAN KEUANGAN A. Neraca

Neraca PT. Bukit Kapur Reksa memperlihatkan posisi aktiva yang kurang baik, dimana sepanjang tahun 2006 jumlah aktiva lancarnya lebih rendah dibandingkan aktiva tetapnya. Namun, jumlah aktiva lancar pada akhir tahun 2006 lebih besar dari aktiva tetapnya. Pada awal tahun 2006 jumlah aktiva lancar yang dimilikinya berkisar Rp 734.136.500 meningkat menjadi Rp 910.376.220 pada akhi periode tahun 2006.

Posisi pasiva yang dimiliki PT. Bukit Kapur Reksa, menunjukkan bahwa hampir keseluruhan dari jumlah hutang jangka panjangnya lebih rendah dibandingkan dengan hutang lancar dan jumlah modal yang dimilikinya. Pada akhir tahun 2006, jumlah hutang jangka panjangnya lebih tinggi daripada jumlah hutang lancarnya. Berdasarkan ringkasan neraca di atas, dapat dilihat bahwa jumlah hutang lancar, hutang jangka panjang, dan jumlah modalnya pada awal tahun 2006 berkisar Rp 291.105.200 meningkat menjadi Rp 639.452.050M, Rp 0.9M, dan Rp 105M pada akhir periode tahun 2004.


(38)

B. Laporan Laba Rugi

Jumlah penjualan PT. Bukit Kapur Reksa menunjukkan kinerja yang baik dari segi volume dimana jumlah penjualan yang berhasil dibukukannya mengalami peningkatan pada akhir periode tahun 2006. Pada awal tahun 2006 jumlah penjualan yang dibukukan berkisar Rp 219.063.780 meningkat menjadi Rp 587.610.000. Dan laba bersih yang dibukukan perusahaan ini juga menunjukkan adanya peningkatan pada akhir tahun 2006 yaitu Rp 262.935.158. Pada awal tahun 2006, jumlah laba bersih yang dibukukan oleh perusahaan ini berkisar Rp 82.525.780.


(39)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Deskriptif rasio Kebijakan Modal Kerja

Berikut ini adalah paparan deskriptif rasio kebijakan modal kerja dan kemampuan memperoleh laba PT Bukit Kapur Reksa :

Tabel 4.1 Perkembangan Rasio Kebijakan Modal Kerja PT. Bukit Kapur Reksa

Tahun 2004-2006

X1 X2 X3 X4 Y

Tahun 2004 Mean 58.624 170.456 1.072 36.952 5.816

Standar Deviasi 2099.768 4103.6 0.232 143.376 4.184

Tahun 2005 Mean 54.44 183.008 0.976 32.024 4.8

Standar Deviasi 1193.784 6470.936 0.28 46.544 6.728

Tahun 2006 Mean 62.872 197.192 0.784 38.392 6.024

Standar Deviasi 437.352 1399.976 0.832 70.288 15.848

58.648 183.552 0.944 35.792 5.544 1243.632 3991.504 0.448 86.736 8.92 Periode

Mean rata-rata

Standar Deviasi Rata-rata

Keterangan

Sumber: Laporan Keuangan PT. Bukit Kapur Reksa Dimana: X1= Rasio Cara Pembelanjaan Modal Kerja

X2 = Rasio Lancar

X3 = Tingkat Perputaran Modal Kerja X4

1. Rasio Cara Pembelanjaan Modal Kerja (X

= Rasio aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva Y = Kemampuan Memperoleh Laba

1

Nilai rata-rata rasio cara pembelanjaan modal kerja . PT Bukit Kapur Reksa memperlihatkan penurunan pada tahun 2005 bila dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu menjadi 54,44 dan pada tahun


(40)

modal kerjanya = 58,648%. Nilai standar deviasinya pada tahun 2005 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan lagi menjadi 437,532%. Nilai rata-rata dari standar deviasinya adalah 1243,632%

2. Rasio Lancar (X2

Nilai rata-rata rasio lancar yang dimiliki PT Bukit Kapur Reksa selama tiga tahun penelitian mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2004 sebesar 170,456% meningkat pada tahun 2005 menjadi 183,008% . Nilai rata-rata rasio lancarnya = 183,552%. Nilai standar deviasinya meningkat pada tahun 2005 dan menurun pada tahun 2006 menjadi 1399,976%. Dan nilai rata-rata standar deviasinya sebesar = 3991,504%

)

3. Tingkat Perputaran Modal Kerja (X3

Nilai rata-rata tingkat perputaran modal kerja PT Bukit Kapur Reksa selama tiga tahun penelitian mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2004 bernilai 1,072 turun menjadi 0,784 pada tahun 2006. Nilai rata-ratanya sebesar = 0,944. Nilai standar deviasi mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata standar deviasi = 0,448

)

4. Rasio Jumlah Aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva (X4

PT Bukit Kapur Reksa memiliki nilai rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva mengalami penurunan pada tahun 2005 dan naik pada tahun 2006. Nilai rata-rata rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva sebesar 35,792%. Nilai standar deviasinya pada tahun 2004 sebesar


(41)

143,376% mengalami penurunan hingga tahun 2006 menjadi 70,288%. Dan nilai rata-rata standar deviasinya = 86,736%

5. Kemampuan Memperoleh Laba (Y)

Kemampuan Memperoleh Laba PT Bukit Kapur Reksa mengalami penurunan pada tahun 2005 dan naik pada tahun 2006. Pada tahun 2004 sebesar 5,816% naik menjadi 6,024% pada tahun 2006. Nilai rata-rata kemampuan memperoleh labanya sebesar 5,544%. Dan nilai standar deviasinya mengalami peningkatan selama tiga tahun penelitian. Nilai rata-rata standar deviasinya = 8,92%

Adapun nilai rasio profitabilitas PT. Bukit Kapur Reksa, berdasarkan laporan keuangan perusahaan (2004-2006), sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskriptif PT. Bukit Kapur Reksa Tahun 2004-2006

Tahun

ROI ( dalam %)

2004 7.00

2005 6,00

2006 8,00

Sumber: Laporan Keuangan PT Bukit Kapur Reksa

ROI menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Dari Tabel 4.2 di atas, dapat dilihat pergerakan dari ROI tidak konstan dimana kadang mengalami kenaikan dan kadang mengalami penurunan juga. Kenaikan dapat dilihat pada tahun 2006, dimana pada tahun sebelumnya (tahun 2005) ROI dari PT Bukit Kapur Reksa adalah sebesar 6%, kemudian pada tahun 2006 ROI


(42)

bersih pada tahun tersebut, akan tetapi kenaikan total aktiva tidak begitu besar. Besarnya skala perbandingan dari tahun 2004 dengan tahun 2006 juga memberikan pengertian bahwa keuntungan perusahaan selama tiga tahun, tahun 2006 lah merupakan tahun dimana PT Bukit Kapur Reksa mengalami peningkatan keuntungan dari tahun sebelumnya yaitu laba bersih sebesar Rp 5.325.127.253,20 meningkat menjadi Rp 5.871.846.450,00.

Berdasarkan analisis terhadap kemampuan memperoleh laba PT Bukit Kapur Reksa dengan menggunakan rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, dan rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva sebagai variabel bebas selama tahun 2004 hingga tahun 2006, dapat dilihat perbandingan rasio sumber dana pada PT Bukit Kapur Reksa sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perkembangan Rata-rata Rasio Sumber Dana PT Bukit Kapur Reksa

Tahun 2002-2004

Tahun

Rasio AT/HJP

Rasio AT/HL

Rasio AL/HJP

Rasio AL/HL

2004 0,19 0,40 5,49 2,13

2005 0,16 0,36 7,51 2,29

2006 0,26 0,56 7,49 2,46

Sumber : Data diolah

Keterangan : AT = Aktiva Tetap AL = Aktiva Lancar HL = Hutang Lancar

HJP = Hutang Jangka Panjang

Berdasarkan pada Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan ini menggunakan kebijakan konservatif sebagai kebijakan modal kerjanya. Dikatakan menggunakan kebijakan konservatif, terlihat dari besarnya pemenuhan dana


(43)

modal kerjanya menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan dana jangka pendek.

B. Analisis Data Statistik

Korelasi Produck Moment (pearson) digunakan mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal. Maka, untuk melihat hubungan aspek kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS versi 12.00.

Koefisien korelasi Produck Moment (pearson) berkisar dari -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis dengan -1≤ rs ≤1. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah)

Data yang telah diperoleh sebagai nilai dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode analisis Korelasai Produck Moment (pearson) dan dibantu dengan alat bantu program SPSS versi 12.0.


(44)

Tabel 4.4 Correlations Correlations

1.000 .832 -.924 .834 .904

. .375 .250 .372 .281

3 3 3 3 3

.832 1.000 -.981 .387 .515

.375 . .125 .747 .656

3 3 3 3 3

-.924 -.981 1.000 -.559 -.672

.250 .125 . .622 .531

3 3 3 3 3

.834 .387 -.559 1.000 .990

.372 .747 .622 . .091

3 3 3 3 3

.904 .515 -.672 .990 1.000

.281 .656 .531 .091 .

3 3 3 3 3

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1 X2 X3 X4 Y

X1 X2 X3 X4 Y

Sumber : Pengolahan Data SPSS

Dimana: X1= Rasio Cara Pembelanjaan Modal Kerja X2 = Rasio Lancar

X3 = Tingkat Perputaran Modal Kerja X4

1. Hubungan Rasio Cara Pembelanjaan Modal Kerja dengan

Kemampulabaan (ROI)

= Rasio aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva Y = Kemampuan Memperoleh Laba

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.3 correlations angka koefisien korelasi adalah 0,904. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan (korelasi) antara Cara Pembelanjaan Modal Kerja dengan Kemampulabaan dan hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,904 termasuk pada kategori sangat kuat. (Sigiono, 2003 : 183). Jadi terdapat hubungan yang positif dan sangat kuat antara Cara Pembelanjaan Modal Kerja dengan Kemampulabaan pada PT Bukit Kapur Reksa.


(45)

2. Hubungan Rasio Rasio Lancar dengan Kemampulabaan (ROI)

Dari hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.3 correlations angka koefisien korelasi adalah 0,515. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan (korelasi) antara Rasio Lancar dengan Kemampulabaan dan

hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,515 termasuk pada kategori sedang. (Sigiono, 2003 : 183). Jadi terdapat hubungan yang positif dan sedang antara Rasio Lancar dengan Kemampulabaan pada PT Bukit Kapur Reksa.

3. Hubungan Rasio Tingkat Perputaran Modal Kerja dengan

Kemampulabaan (ROI)

Dari hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.3 correlations angka koefisien korelasi adalah - 0,672. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan (korelasi) antara Rasio Lancar dengan Kemampulabaan dan

hubungan ini bernilai negatip. Terdapat hubungan yang negatip antara Tingkat Perputaran Modal Kerja dengan Kemampulabaan pada PT Bukit Kapur Reksa

4. Hubungan Rasio Aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva dengan Kemampulabaan (ROI)

Dari hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 4.3 correlations angka koefisien korelasi adalah 0,990. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan (korelasi) antara Aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva dengan Kemampulabaan dan hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,990 termasuk pada kategori sangat kuat. (Sigiono, 2003


(46)

: 183). Jadi terdapat hubungan yang positif dan sangat kuat antara Aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva dengan Kemampulabaan pada PT Bukit Kapur Reksa.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampulabaan pada PT Bukit Kapur Reksa, sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan (korelasi) antara Cara Pembelanjaan Modal Kerja dengan Kemampulabaan dan hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,904 termasuk pada kategori sangat kuat

2. Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan (korelasi) antara Rasio Lancar dengan Kemampulabaan dan

hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,515 termasuk pada kategori sedang

3. Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan (korelasi) antara Rasio Lancar dengan Kemampulabaan dan

hubungan ini bernilai negatip

4. Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan (korelasi) antara Aktiva Lancar Terhadap Jumlah Aktiva dengan Kemampulabaan dan hubungan ini bernilai positif. Koefisien korelai yang ditemukan sebesar 0,990 termasuk pada kategori sangat kuat


(48)

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada manajemen perusahaan PT Bukit Kapur Reksa guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan pada masa yang akan datang adalah :

1. Modal kerja harus diperhatikan, untuk itu sangat diharapkan bahwa perusahaan harus dapat mengoptimalkan jumlah modal kerja setiap tahunnya karena dengan mengoptimalkan modal kerja maka akan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi manajemen perusahaan disarankan untuk mencari sumber-sumber modal yang lebih efektif dan harus lebih berhati-hati dalam menganalisa dan memilih kebijakan modal kerja yang tepat untuk meberikan laba yang tinggi.

3. Manajemen perusahaan diharapkan lebih efektif dan efisien dalam menyediakan bahan baku utama dalam melekukan produksi.

4. Manajemen perusahaan diharapkan melakukan inovasi dan diferensiasi produk untuk memenuhi standar-standar yang ditetapkan pemerintah dan organisasi kesehatan.

5. Manajemen perusahaan diharapkan melakukan ekspansi yang lebih luas, baik perluasan produk maupun jenis kegiatan usaha.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin, 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja, Cetakan

Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Djarwanto, PS. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi I, Cetakan Ke-8, BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul dan Sarwak, 1999. Manajemen Keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan), Buku Tujuh, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan. S, 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harahap, Sofyan. S, 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Cetakan Ke-3, Bumi Aksara, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana meneliti dan menulis tesis?, Erlangga, Jakarta.

Purba, Parentahen, 2002. Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi I, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.

Riyanto, Bambang, 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke-4, BPFE, Yogyakarta.

Sinaga, Magdalena, 2006. Analisis Hubungan Manajemen Modal Kerja Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Angkasa Pura II Medan. Skripsi-USU

Sinuraya, Murthada. 1999. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soleh, Achmad Z. 2005. Ilmu Statistika : Pendekatan Teoritis Dan Aplikatif Disertai Contoh SPSS, Cetakan Pertama, Rekayasa sains Bandung, Bandung.


(50)

Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi), cetakan Pertama, Ekonosia, Yogyakarta.

Syamsudin, Lukman, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Cetakan Ke-7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Van Horne, James dan Wachowicz, John. 1999. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Heru Sutojo, Buku satu, Edisi Kesembilan, salemba Empat, Jakarta.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sembilan, Erlangga, Jakarta.


(51)

Bulan Aktiva Lancar Total Aktiva Hutang Lancar Hutang Jangka Panjang Total Hutang Total Modal Januari 587.309.200,00 1.453.890.000,00 289.484.000,00 113.300.800,00 402.784.800,00 291.105.200,00 Februari 746.570.000,00 1.406.486.000,00 238.550.400,00 79.285.600,00 317.836.000,00 328.645.200,00 Maret 737.294.000,00 1.566.684.000,00 279.146.400,00 96.625.200,00 375.771.600,00 390.908.400,00 April 807.290.000,00 1.726.568.000,00 318.076.800,00 124.860.400,00 442.937.200,00 483.629.600,00 Mei 690.294.000,00 1.599.244.000,00 303.483.200,00 78.450.000,00 381.933.200,00 417.310.400,00 Juni 715.046.000,00 1.459.006.800,00 286.120.000,00 61.200.000,00 347.320.000,00 351.686.400,00 Juli 768.850.400,00 1.730.091.200,00 354.630.400,00 129.286.800,00 483.917.200,00 446.168.800,00 Agustus 1.044.089.200,00 1.642.480.000,00 544.288.800,00 161.095.200,00 705.384.000,00 657.095.600,00 Septembe 774.546.000,00 1.971.243.200,00 366.430.400,00 166.812.000,00 533.242.400,00 590.000.000,00 Oktober 1.038.486.000,00 1.887.203.600,00 369.772.000,00 146.638.400,00 516.410.400,00 570.615.200,00 November 887.052.800,00 2.058.400.000,00 281.436.800,00 191.686.400,00 473.123.200,00 705.229.600,00 Desember 728.300.976,00 1.427.372.958,00 315.747.270,00 371.031.690,80 686.778.960,80 639.452.050,00

PT BUKIT KAPUR REKSA

RINGKASAN LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2006

Bulan Penjualan Bersih Total Penjualan Laba Bersih Setelah Pajak

Januari 219.063.780,00 486.808.400,00 82.525.780,00 Februari 234.085.509,00 520.190.020,00 89.298.900,00 Maret 340.746.660,00 757.214.800,00 135.004.800,00 April 256.522.140,00 570.049.200,00 125.960.400,00 Mei 236.616.480,00 525.814.400,00 117.512.400,00 Juni 188.139.150,00 418.087.000,00 94.520.800,00 Juli 264.881.340,00 588.625.200,00 98.846.800,00 Agustus 494.319.420,00 1.098.487.600,00 148.821.600,00 September 433.117.800,00 962.484.000,00 82.016.800,00 Oktober 417.138.300,00 926.974.000,00 88.788.000,00 November 541.838.880,00 1.204.086.400,00 134.084.820,00 Desember 587.610.000,00 1.305.800.000,00 262.935.158,00

PT BUKIT KAPUR REKSA RINGKASAN NERACA TAHUN 2006


(52)

Tahun 2004 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 990.250.000,00 409.250.400,00 2,42

Februari 575.530.400,00 330.865.200,00 1,74

Maret 619.634.800,00 330.044.000,00 1,88

April 650.300.000,00 294.288.400,00 2,21

Mei 607.966.400,00 331.738.000,00 1,83 Juni 641.313.200,00 317.014.000,00 2,02 Juli 770.612.400,00 290.846.800,00 2,65

Agustus 650.214.000,00 343.854.000,00 1,89

September 735.614.000,00 282.686.000,00 2,60

Oktober 904.602.400,00 390.214.000,00 2,32

November 914.022.800,00 353.665.200,00 2,58

Desember 642.080.050,00 451.885.426,80 1,42

2,13

Tahun 2005 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 967.868.000,00 214.938.400,00 4,50

Februari 865.138.000,00 257.124.800,00 3,36

Maret 835.027.500,00 402.484.000,00 2,07

April 804.660.500,00 308.093.600,00 2,61

Mei 806.180.000,00 305.426.000,00 2,64 Juni 743.660.000,00 260.344.800,00 2,86 Juli 713.545.500,00 305.518.400,00 2,34

Agustus 705.636.500,00 238.006.000,00 2,96

September 809.327.500,00 265.147.320,00 3,05

Oktober 867.258.500,00 350.091.600,00 2,48

November 913.857.500,00 335.725.600,00 2,72

Desember 991.040.938,50 365.480.823,60 2,71

2,86

Tahun 2006 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 734.136.500,00 289.484.000,00 2,54

Februari 933.212.500,00 238.550.400,00 3,91

Maret 921.617.500,00 279.146.400,00 3,30

April 1.009.112.500,00 318.076.800,00 3,17

Mei 862.867.500,00 303.483.200,00 2,84 Juni 893.807.500,00 286.120.000,00 3,12 Juli 961.063.000,00 354.630.400,00 2,71

Agustus 1.305.111.500,00 544.288.800,00 2,40

September 968.182.500,00 366.430.400,00 2,64

Oktober 1.298.107.500,00 369.772.000,00 3,51

November 1.108.816.000,00 281.436.800,00 3,94

Desember 910.376.220,00 315.747.270,00 2,88


(53)

Tahun 2004 Keterangan

Penjualan Bersih Aktiva Lancar x3

Januari 990250000 409250400 2,419667763 Februari 575530400 330865200 1,739470939 Maret 619634800 330044000 1,877430888 April 650300000 294288400 2,209737115 Mei 607966400 331738000 1,83267036 Juni 641313200 317014000 2,022980689 Juli 770612400 290846800 2,649547459 Agustus 650214000 343854000 1,890959535 September 735614000 282686000 2,602230036 Oktober 904602400 390214000 2,318221284 November 914022800 353665200 2,584429568 Desember 642080050 451885426,8 1,420891252 2,130686407


(1)

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada manajemen perusahaan PT Bukit

Kapur Reksa guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan pada masa yang

akan datang adalah :

1.

Modal kerja harus diperhatikan, untuk itu sangat diharapkan bahwa

perusahaan harus dapat mengoptimalkan jumlah modal kerja setiap

tahunnya karena dengan mengoptimalkan modal kerja maka akan dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2.

Bagi manajemen perusahaan disarankan untuk mencari sumber-sumber

modal yang lebih efektif dan harus lebih berhati-hati dalam menganalisa

dan memilih kebijakan modal kerja yang tepat untuk meberikan laba yang

tinggi.

3.

Manajemen perusahaan diharapkan lebih efektif dan efisien dalam

menyediakan bahan baku utama dalam melekukan produksi.

4.

Manajemen perusahaan diharapkan melakukan inovasi dan diferensiasi

produk untuk memenuhi standar-standar yang ditetapkan pemerintah dan

organisasi kesehatan.

5.

Manajemen perusahaan diharapkan melakukan ekspansi yang lebih luas,

baik perluasan produk maupun jenis kegiatan usaha.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin

,

1997.

Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja

,

Cetakan

Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Djarwanto, PS. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi I, Cetakan

Ke-8, BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul dan Sarwak, 1999. Manajemen Keuangan (Dasar-dasar

Pembelanjaan Perusahaan), Buku Tujuh, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan. S, 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu,

Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harahap, Sofyan. S, 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Cetakan Ke-3,

Bumi Aksara, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana

meneliti dan menulis tesis?, Erlangga, Jakarta.

Purba, Parentahen, 2002. Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi I, Cetakan

Pertama, USU Press, Medan.

Riyanto, Bambang, 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke-4,

BPFE, Yogyakarta.

Sinaga, Magdalena, 2006. Analisis Hubungan Manajemen Modal Kerja Terhadap

Kemampulabaan Pada PT (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Skripsi-USU


(3)

Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi), cetakan

Pertama, Ekonosia, Yogyakarta.

Syamsudin, Lukman, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi

dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi

Baru, Cetakan Ke-7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Van Horne, James dan Wachowicz, John. 1999.

Prinsip-prinsip Manajemen

Keuangan, Alih Bahasa: Heru Sutojo, Buku satu, Edisi Kesembilan,

salemba Empat, Jakarta.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 2000. Dasar-dasar Manajemen

Keuangan, Edisi Sembilan, Erlangga, Jakarta.


(4)

Bulan Aktiva Lancar Total Aktiva Hutang Lancar Hutang Jangka Panjang Total Hutang Total Modal Januari 587.309.200,00 1.453.890.000,00 289.484.000,00 113.300.800,00 402.784.800,00 291.105.200,00 Februari 746.570.000,00 1.406.486.000,00 238.550.400,00 79.285.600,00 317.836.000,00 328.645.200,00 Maret 737.294.000,00 1.566.684.000,00 279.146.400,00 96.625.200,00 375.771.600,00 390.908.400,00 April 807.290.000,00 1.726.568.000,00 318.076.800,00 124.860.400,00 442.937.200,00 483.629.600,00 Mei 690.294.000,00 1.599.244.000,00 303.483.200,00 78.450.000,00 381.933.200,00 417.310.400,00 Juni 715.046.000,00 1.459.006.800,00 286.120.000,00 61.200.000,00 347.320.000,00 351.686.400,00 Juli 768.850.400,00 1.730.091.200,00 354.630.400,00 129.286.800,00 483.917.200,00 446.168.800,00 Agustus 1.044.089.200,00 1.642.480.000,00 544.288.800,00 161.095.200,00 705.384.000,00 657.095.600,00 Septembe 774.546.000,00 1.971.243.200,00 366.430.400,00 166.812.000,00 533.242.400,00 590.000.000,00 Oktober 1.038.486.000,00 1.887.203.600,00 369.772.000,00 146.638.400,00 516.410.400,00 570.615.200,00 November 887.052.800,00 2.058.400.000,00 281.436.800,00 191.686.400,00 473.123.200,00 705.229.600,00 Desember 728.300.976,00 1.427.372.958,00 315.747.270,00 371.031.690,80 686.778.960,80 639.452.050,00

PT BUKIT KAPUR REKSA

RINGKASAN LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2006

Bulan Penjualan Bersih Total Penjualan Laba Bersih Setelah Pajak Januari 219.063.780,00 486.808.400,00 82.525.780,00 Februari 234.085.509,00 520.190.020,00 89.298.900,00 Maret 340.746.660,00 757.214.800,00 135.004.800,00 April 256.522.140,00 570.049.200,00 125.960.400,00

PT BUKIT KAPUR REKSA RINGKASAN NERACA TAHUN 2006


(5)

Tahun 2004 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 990.250.000,00 409.250.400,00 2,42

Februari 575.530.400,00 330.865.200,00 1,74

Maret 619.634.800,00 330.044.000,00 1,88

April 650.300.000,00 294.288.400,00 2,21

Mei 607.966.400,00 331.738.000,00 1,83

Juni 641.313.200,00 317.014.000,00 2,02

Juli 770.612.400,00 290.846.800,00 2,65

Agustus 650.214.000,00 343.854.000,00 1,89

September 735.614.000,00 282.686.000,00 2,60

Oktober 904.602.400,00 390.214.000,00 2,32

November 914.022.800,00 353.665.200,00 2,58

Desember 642.080.050,00 451.885.426,80 1,42

2,13

Tahun 2005 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 967.868.000,00 214.938.400,00 4,50

Februari 865.138.000,00 257.124.800,00 3,36

Maret 835.027.500,00 402.484.000,00 2,07

April 804.660.500,00 308.093.600,00 2,61

Mei 806.180.000,00 305.426.000,00 2,64

Juni 743.660.000,00 260.344.800,00 2,86

Juli 713.545.500,00 305.518.400,00 2,34

Agustus 705.636.500,00 238.006.000,00 2,96

September 809.327.500,00 265.147.320,00 3,05

Oktober 867.258.500,00 350.091.600,00 2,48

November 913.857.500,00 335.725.600,00 2,72

Desember 991.040.938,50 365.480.823,60 2,71

2,86

Tahun 2006 Keterangan

Aktiva Lancar Hutang Lancar X2

Januari 734.136.500,00 289.484.000,00 2,54

Februari 933.212.500,00 238.550.400,00 3,91

Maret 921.617.500,00 279.146.400,00 3,30

April 1.009.112.500,00 318.076.800,00 3,17

Mei 862.867.500,00 303.483.200,00 2,84

Juni 893.807.500,00 286.120.000,00 3,12

Juli 961.063.000,00 354.630.400,00 2,71

Agustus 1.305.111.500,00 544.288.800,00 2,40

September 968.182.500,00 366.430.400,00 2,64

Oktober 1.298.107.500,00 369.772.000,00 3,51

November 1.108.816.000,00 281.436.800,00 3,94

Desember 910.376.220,00 315.747.270,00 2,88


(6)

Tahun 2004 Keterangan

Penjualan Bersih Aktiva Lancar x3

Januari 990250000 409250400 2,419667763

Februari 575530400 330865200 1,739470939

Maret 619634800 330044000 1,877430888

April 650300000 294288400 2,209737115

Mei 607966400 331738000 1,83267036

Juni 641313200 317014000 2,022980689

Juli 770612400 290846800 2,649547459

Agustus 650214000 343854000 1,890959535

September 735614000 282686000 2,602230036

Oktober 904602400 390214000 2,318221284

November 914022800 353665200 2,584429568

Desember 642080050 451885426,8 1,420891252