waktu opearsi normal perusahaan”. Sedangkan Halim dan Sarwak memberikan pengertian “Modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan
untuk kepentingan sehari-hari pada suatu perusahaan”. Namun secara umum, modal kerja Riyanto, 1995: 151 dapat berarti :
a Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor Gross Working Capital
atau disebut konsep kuantitatif.
b Aktiva lancar dikurangi hutang lancar Net Working Capital atau
konsep kualitatif.
c Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun
berjalan Functional Working Capital atau konsep fungsional. Termasuk dana yang berasal dari penyusutan.
2. Jenis-jenis Modal Kerja
Keseluruhan dana yang tertanam dalam modal kerja dalam arti aktiva lancar dipandang sebagai satu kesatuan yang kompleks, maka menurut Ahmad
1997: 4 modal kerja tersebut dapat dibagi dalam dua 2 konsep, yaitu :
a. Modal kerja permanen, modal kerja yang harus tetap ada untuk
menjalankan fungsinya dalam rangka kontinuitas usaha. Modal kerja ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Modal kerja primer, jumlah modal kerja minimum Modal kerja normal, modal kerja yang bersifat fleksibel untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
Universitas Sumatera Utara
b. Modal kerja variabel, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan
sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan. Jenis modal kerja ini dapat digolongkan sebagai berikut :
Modal kerja musiman, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan sesuai dengan fluktuasi musim.
Modal kerja siklus, modal kerja yang jumlahnya mengalami perubahan karena fluktuasi konyungtur.
Modal kerja darurat, modal kerja yang jumlahnya berubah karena adanya situasi darurat yang tidak diperkirakan atau tidak diketahui
sebelumnya Ahmad, 1997: 4.
3. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Modal Kerja
Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal Halim dan Sarwak, 1999:89-91 yaitu :
a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Besar kecilnya perusahaan, baik dari segi jumlah aktiva maupun dari segi
tingakt penjualan, akan sangat mempengaruhi besarnya modal kerja. Sebuah perusahaan kecil mungkin memerlukan aktiva lancar ekstra
dalam menghadapi goncangan-goncangan yang timbul karena perusahaan kecil mempunyai sumber kas masuk yang lebih sedikit
dibandingkan perusahaan besar. Oleh sebab itu perusahaan kecil memerlukan modal kerja yang relatif lebih besar dari perusahaan besar
jika dibandingkan dengan tingkat total aktiva atau total penjualan. b. Aktivitas perusahan.
Jika sebuah perusahaan harus menyediakan persediaan yang besar atau menjual dengan syarat kredit lunak akan memerlukan modal kerja yang
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dibandingkan perusahaan yang menyediakan persediaan kecil atau menjual barangnya secara tunai.
c. Tersedianya fasilitas kredit Suatu perusahaan yang mempunyai fasilitas kredit misalnya hubungan
dengan lembaga-lembaga kredit akan memerlukan modal kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mempunyai
fasilitas kredit. d. Sikap terhadap laba
Setiap dana memerlukan biaya modal kerja yang besar akan cenderung menurunkan tingkat laba.
e. Volume penjualan. Adalah faktor yang paling penting dalam mempengaruhi besaran dan
komponen modal kerja. f. Musim dan siklis
Kebanyakan perusahaan mengalam fluktusai musim dalam permintaan produk dan jasa yang dihasilkan. Variasi-variasi dalam penjualan ini
mempengaruhi tingkat modal kerja. Demikian pula saat seluruh kegiatan ekonomi mengalami siklis.
g. Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi, terutama yang berhubungan dengan proses
produksi dapat mempunyai pengaruh yang tajam terhadap kebutuhan modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
h. Kebijakan-kebijakan perusahaan Jika perusahaan mengubah kebijaksanaan misalnya produksi mungkin
akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikan atau menurunkan modal kerja.
4. Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai
alternatif sumber dana. Untuk memenuhi modal kerja sumber dana yang bisa dipilih dari sumber dana berjangka panjang atau sumber dana berjangka pendek.
Masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan. Kebijaksanaan modal kerja yang harus diambil oleh perusahaan ini
tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Menurut Sutrisno 2000: 53-55, kebijakan modal kerja yang biasanya dapat diambil oleh
perusahaan antara lain :
a. Kebijakan Konservatif
Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber
dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dalam kebijakan ini, modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel
dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
b. Kebijakan Moderat
Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini, perusahaan membiayai setiap aktiva dengan dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama
dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut. Artinya aktiva yang bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan
didanai dengan sumber dana jangka panjang, dan aktiva yang bersifat variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana
jangka pendek. Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan
dengan lamanya dana tersebut diperlukan.
c. Kebijakan Agresif
Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan sehingga margin of safety sangat besar, tetapi tentunya akan
mengakibatkan tingkat profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka
panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung resiko yang cukup
besar, sedangkan trade off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
5. Manajemen Modal Kerja
Modal kerja yang tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya,agar mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari.
Menurut Djarwanto 2001: 87, manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah :
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur membayar, turunnya nilai
persediaan karena harganya merosot. b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya. c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai
sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan.
g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan
supplies yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
6. Rasio Keuangan
Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan sudah sehat atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas,
rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio laverageutang, dan nilai pasar. Tolak ukur menentukan sehat atau tidaknya dapat digunakan metode time series dan
cross section. Untuk perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih tepat menggunakan metode lintas waktu time series, sedangkan untuk perusahaan
perseroan PT, kedua metode ini dapat digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua rasio yaitu rasio aktivitas dan rasio likuiditas. Alasan penulis
hanya menggunakan dua rasio karena penulis membahas masalah manajemen modal kerja. Seperti yang diketahui bahwa manajemen modal kerja berkaitan erat
dengan masalah pembelanjaan perusahaan, dimana dalam hal ini ada kaitannya dengan jumlah dana di aktiva lancar ataupun bagaimana proses pemenuhan
kewajiban jangka pendek perusahaan. Oleh karena itulah penulis menggunakan dua rasio keuangan untuk mengukur manajemen modal kerja perusahaan, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Rasio Aktivitas
Menurut Purba 2002:101, rasio aktivitas yang biasa juga dinamakan rasio efisiensi merupakan indikator terhadap kemampuan manajemen dalam
mendayagunakan aktiva seperti persediaan, aktiva tetap dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas pengelolaan modal kerja dapat dilihat dari perputarannya yaitu yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
Rasio perputaran yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif terhadap modal kerja yang dimiliki perusahaan, namun apabila terjadi sebaliknya maka hal
tersebut merupakan indikasi bahwa manajemen perlu memperbaiki pengelolaan modal kerja tersebut.
Adapun jenis-jenis rasio aktivitas menurut Riyanto 1996:334-335 adalah sebagai berikut:
a. Rasio Perputaran Modal Kerja Working Capital Turnover, merupakan
rasio yang mengukur kemampuan modal kerja netto berputar dalam satu periode siklus kas cash cycle dari perusahaan.
Lancar Aktiva
Jumlah Neto
Penjualan =
Turnover Capital
Working
b. Rasio Perputara Total Aktiva Total Assets Turnover, merupakan rasio
yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
Aktiva Jumlah
Neto Penjualan
= Turnover
Assets Total
c. Rasio Perputaran Piutang Receivables Turnover, merupakan rasio yang
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu.
rata -
Rata Piutang
Penjualan Total
= Turnover
s Receivable
Universitas Sumatera Utara
b. Rasio Likuiditas