45
b. Kampung Karoya
c. Kampung Pasir Pogor Girang
d. Kampung Pasir Pogor Kidul
e. Kampung Kebon
f. Kampung Dukuh
g. Kampung Karya Jaya Barat
h. Kampung Karya Jaya Timur
i. Kampung Panamun
j. Kampung Kadu Ti’is
k. Kampung Garunggang
l. Kampung Rancanyenang
m. Kampung Dahu
C. Kondisi Kebudayaan
Sebelum kita membahas kebudayaan di Desa Kadu Ti’is, kita bahas pengertian kebudayaan itu sendiri terlebih dahulu. Definisi kebudayaan yang
di kemukakan oleh beberapa ahli yaitu
3
: 1.
Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat, dan
3
Kuntoro, ‘Pengertian Kebudayaan’, artikel diakses pada tangga 09 Februari 2010dari http:docs.google.com.
46
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B. J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, realigi, dan kesenian serta benda yang kesemuanya
merupakan warisan sosial. 3.
Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
4. Dr. K. Kopper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara
individu maupun kelompok. 5.
William H. Haviland Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat
diterima oleh semua masyarakat. 6.
Kihajar Dewantara Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan
47
bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial • Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang
sebagai anggota suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et:al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi diri kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu,
misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya diantara para angggota suatu masyarakat.
Pesan-peasan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pemerintah, institusi agama, sistem pendidikan, dan
semacam itu. 9.
Mitchell Dictionary of Soriblogy Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau
aktifitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah
48
memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.
4
10. Robert H. Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatau yang diperolah individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, nama-nama artis,
kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui
pendidikan formal atau informal. 11.
Arkeologi R. Soekmono Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda
ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan. Secara etimologi bahasa, kebudayaan berasal dari akar kata budaya
Budaya Sansekerta “bodhya” yang diartikan pikiran dan akal budi. Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi
untuk memajukan diri. Kebudayaan diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budinya; peradaban
sebagai hasil akal budinya; ilmu pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat
kepadanya.
5
4
Kuntoro, ‘Pengertian Kebudayaan’, artikel diakses pada tangga 09 Februari 2010dari http:docs.google.com.
5
Dadan Anugerah dan Winny Kresnowiati, Komunikasi Antar Budaya Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : Jala Permata, 2008, Cet Ke-1, h. 32
49
Desa Kadu Ti’is mempunyai kebudayan tersendiri yang mungkin berbeda dari yang lainnya. Seperti dalam bidang pengetahuan : anak-anak di
Desa ini pendidikannya bisa dihitung, lulusan SD jumlahnya 1.071 orang, lulusan SLTP jumlahnya 227 orang, lulusan SLTA jumlahnya 52 orang,
lulusan perguruan D II jumlahnya 4 orang, SI jumlahnya 3 orang, dan yang tidak sekolah jumlahnya 412 orang, kebanyakan orang tua disini mengatakan
bahwa buat apa anak saya sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya mereka di dapur-dapur juga kerjanya dan lagian saya tidak mampu untuk
menyekolahkan anak saya ke tingkat yang lebih tinggi.
6
Untuk masalah kepercayaan, masyarakat Desa Kau Ti’is masih percaya kepada Allah SWT., tetapi ada juga yang masih percaya dengan guna-
guna, pelet pokoknya hal-hal yang berbau mistis. Kepercayan seperti itu sudah menjadi kebudayaan bagi masyarakat Desa Kadu Ti’is serta kota
Pandeglang. Kesenian di Desa Kadu Ti’is seperti alat musik yang sering mereka
gunakan adalah gendang, suling yang sering di gunakan oleh orang-orang sunda dan sering digunakan jika ada salah seorang masyarakat sedang
mengadakan pernikahan maka sering memanggil dangdutan atau tarian-tarian
6
Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumantri, Desa Kadu Ti’is Pandeglang, 13 Februari 2010
50
seperti jaipongan dan lain-lainnya. Bukan hanya dari segi alat musiknya saja tapi kesenian yang masih digunakan si desa ini yaitu pencak silat.
7
Adat istiadat di desa ini dalam masalah pernikahan, jika ada salah satu dari masyarakat ini ada yang melakukan pernikahan maka sesudah mereka
resmi menjadi pasangan suami isteri lalu mereka digiring atau diarak keliling desa gunanya untuk mengetahui kepada penduduk desa sekitar bahwa mereka
berdua telah resmi menjadi pasangan suami isteri. Pasangan suami isteri tersebut di temani oleh keluarga mereka masing-masing untuk keliling desa.
Selain itu ada juga yang sudah menjadi adat istiadat masyarakat disini, seperti dalam setiap hari-hari besar contohnya maulid Nabi SAW., bulan
Rajab, Roah, dan bulan Syafar. Di saat bulan-bulan tertentu itu mereka mempunyai kebiasaan melakukan sedekahan itu sebutan bagi masyarakat
Desa Kadu Ti’is. Setiap acara maulidan tanggal 12, 24, 25, dan 27 masyarakat
mengeluarkan sedekah buat masyarakat sekitar seperti memberikan makanan kesetiap rumah dan semua masyarakat di Desa itu melakukannya dengan
ikhlas dan senang. Pada setiap bulan Rajab pun mereka melakukan sedekahan seperti itu. Membawakan atau memberikan makanan kepada masyarakat
sekitar, istilahnya mereka saling tukar-menukar makanan. Begitupun saat
7
Wawancara Pribadi dengan Suprana, Desa Kadu Ti’is Pandeglang, 12 Juni 2010
51
menjelang datangnya bulan puasa Roah, masyarakat sekitar memberikan atau sedekahkan makanannya kepada masyarakat sekitar.
8
Jika menjelang bulan syafar, sama seperti maulidan, Rajab dan Roah sama-sama memberikan sedekahan makanannya kepada masyarakat tetapi
disini yang bikin bedanya adalah setiap bulan syafar masyarakatnya diwajibkan memberikan sedekah makanannya berupa ketupat dan itu sudah
menjadi tradisi di Desa Kadu Ti’is. Hanya bukan syafar saja sedekahannya harus berupa ketupat itu yang jadi utamanya di bulan syafar.
Kalau kita lihat dari setiap acara hari-hari besar seperti yang diatas bahwa menggambarkan di Desa ini masih kuat agamanya tetapi kenapa masih
ada yang mempercayai dengan adanya dukun ataupun yang lainnya. Dalam masalah perceraian di Desa Kadu Ti’is ini pun sudah menjadi
tradisi mereka, setiap masyarakat yang melakukan perceraian tidak melalui proses persidangan di karena ada beberapa faktor penyebab yang menurut
mereka tidak bisa melakukan perceraiannya di depan persidangan. Salah satu faktor penyebabnya yaitu:
1. Letak persidangannya yang jauh dari perkampungan mereka
2. Faktor ekonomi
3. Repot dan sulitnya mengurus perceraian, mereka menginginkan perceraian
yagn simpel dan gampang.
8
Wawancara Pribadi dengan Suprana, Desa Kadu Ti’is Pandeglang, 12 Juni 2010
52
4. Karena sudah adanya perceraian tidak melalui proses persidangan yang
seperti itu di Desa Kadu Ti’is sejak berdirinya Desa tersebut. Angka perceraian di Kabupaten Pandeglang saat ini terbilang tinggi.
Berdasarkan data di Pengadilan Agama PA dalam kurun waktu sebulan, ada 20 hingga 25 perkara. Bahkan, sampai akhir April ini, sudah 100 perkara yang
selesai disidangkan.Walaupun begitu, bila dibandingkan kabupaten dan kota lain di Banten, jumlahini terbilang rendah. Humas PA Pandeglang Sopyan
Maulani mengatakan, perceraian di Pandeglang mayoritas didominasi oleh faktor ekonomi. Istri dengan terpaksa menuntut suami karena merasa tidak
dipenuhi kebutuhan hidupnya. “Penyebab lainnya karena ditinggal pergi dalam jangka waktu lama oleh suami,” katanya kepada Radar Banten di ruang
kerjanya, Jumat 304. Ia menilai, jika dibanding dengan daerah lain, kasus perceraian di Pandeglang relatif kecil. “Di sini yang menggugat cerai rata-rata
istri. Kalau dirata-rata jumlahnya mencapai 75 persen,” tukasnya seraya menambahkan ada empat alasan isteri menggugat cerai suami.
9
Pertama si suami meninggalkan isteri selama dua tahun lebih, kedua suami tidak memberikan nafkah wajib selama tiga bulan, ketiga menyakiti
badan seperti memukul dan keempat membiarkan atau tidak mempedulikan isteri selama enam bulan. Ia melanjutkan, tahun 2008 perkara perceraian
mencapai 150 perkara dan tahun 2009 meningkat jadi 280 kasus. “Jenis
9
Kuntoro, ‘Pengertian Kebudayaan’, artikel diakses pada tangga 09 Februari 2010 dari http:docs.google.com.
53
perceraian yang ditangani PA terbagi dua. Yakni gugat cerai cerai yang diajukan isteri-red dan permohonan ikrar talak yang disampaikan
suami,”paparnya. Dalam kesempatan ini bapak yang telah 13 tahun menjadi hakim di PA
Pandeglang meminta masyarakat mematuhi Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam aturan itu, semua persoalan dalam
pernikahan harus diselesaikan melalui jalur ini. Rain Fachrudin meminta Pemkab memperbanyak lapangan kerja sebagai solusi menekan angka
perceraian. “Saya yakin gugat cerai yang diajukan isteri akan berkurang jika suami memiliki pekerjaan alias tidak menganggur,”
10
D. Kondisi Ekonomi