Jenis Data Tehnik Analisa Data Tehnik Penulisan Skripsi Kerangka Teori

15

4. Jenis Data

Adapun jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif deskriptif yaitu data yang didapatkan dari buku, literatur-literatur yang mempunyai relevansi dalam penelitian ini dan data lapangan tempat penelitian.

5. Tehnik Analisa Data

Dalam menyusun skripsi ini menggunakan tehnik analisa dengan cara menganalisis dan mengambil kesimpulan dari data-data yang ada.

6. Tehnik Penulisan Skripsi

Adapun tehnik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cet 1 Tahun 2005.

7. Kerangka Teori

Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya, fiqh al-Sunnah menyatakan bahwa kata itlaq, yang berarti “melepaskan” atau “meninggalkan”. Selanjutnya dalam istilah agama, talak berarti melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan. 20 Sedangkan Al-San’ani dalam kitabnya, subul al-salam memberikan pengertian talak menurut bahasa adalah “pelepasan ikatan yang kokoh”, sedangkan menurut istilah syara’, talak adalah pelepasan akad perkawinan. 21 20 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah [terj.] Drs. Moh. Tholib, Bandung : Al-Ma’ruf, 1994, hal. 9 21 Al-San’ani, Subulus Salam [terj.] Abu Bakar Muhammad, Surabaya : Al-Ikhlas, 1995 16 Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian dalam istilah ahli fikih disebut talak atau furqah. Talak berarti membuka ikatan atau membatalkan perjanjian dan furqah berarti bercerai, yaitu lawan kata dari berkumpul. Kemudian kedua kata ini dijadikan istlah oleh para ahli fikih yang berarti perceraian antara suami isteri. Kemudian yang dimaksud dengan perceraian atau talak disini adalah sebagaimana yang dijelaskan didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 38 menerangkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, percerian, dan atas keputusan pengadilan. Kemudian dalam pasal 39 disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perUndang-Undangan tersendiri yang sudah jelas.

E. REVIEW STUDI TERDAHULU