36
Islam mendorong terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal dan menghindarkan terjadinya perceraian talak. Dapatlah dikatakan, pada
prinsipnya Islam tidak memberi peluang untuk terjadinya perceraian kecuali pada hal-hal yang darurat.
Ada empat kemungkinan yang dapt terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian
20
yaitu :
1. Terjadinya nusyuz dari pihak isteri
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Berdasarkan firman Allah memberikan opsi sebagai berikut : a.
Isteri diberi nasehat dengan cara yang ma’ruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan yang diperbuatnya.
b. Pisah ranjang. Cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi
isteri dan dalam kesendiriannya tersebut ia dapat melakukan koreksi terhadap kekeliruannya.
c. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah
memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk
20
Ahmad Rafiq,Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 1995, h. 269-272
37
dicatat, yang boleh dipukul adalah bagian yang tidak membahayakan si isteri seperti betisnya.
21
2. Nusyuz Suami Terhadap Isteri
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari isteri tetapi dapat juga datang dari suami. Selama ini sering disalah pahami bahwa
nusyuz hanya datang dari pihak isteri saja. Padahal al-Qur’an juga menyebutkan adanya nusyuz dari suami sebagaimana yang tercantum
pada firman Allah SWT :
⌧ ☺
☺ ☯
⌧ ☯
⌧ ⌧
☺ ☺
ءﺎ ا :
Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz, atau tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.
Dan jika kamu menggauli isterimu dengan baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. An-Nisa : 4128
21
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta : UI Press, 1986, h. 93
38
Adapun nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya terhadap isteri, baik nafkah lahir
ataupun nafkah batin.
3. Terjadinya siqoq
Jika kedua kemungkinan diatas telah disebutkan di muka menggambarkan satu pihak yang melakukan nusyuz sedangkan pihak yang
lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam syiqoq percekcokan, misalnya disebabkna
kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Tampaknya alasan untuk terjadinya perceraian lebih disebabkan oleh
alasan syiqoq. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dinyatakan bahwa syiqoq adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus
antara suami isteri. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa suami isteri tidak dapat lagi
didamaikan harus dilalui beberapa proses. Sebagaimana firman Allah SWT :
☺ ☺
☯ ☺
⌧ ☺
ءﺎ ا :
Artinya: “Bila kamu khawatir terjadinya perpecahan antara mereka berdua, putuslah seorang penengah masing-masing dari pihak keluarga
suami dan pihak keluarga isteri. Jika keduanya menghendaki
39
kerukunan, Allah akan memberikan jalan kepada mereka, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal”. QS. An-Nisa : 435
Berdasarkan ayat diatas, jelas sekali aturan Islam dalam menangani problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam arbitrator dari
masing-masing pihak di karenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga mereka. Ini lebih mudah mendamaikan suami isteri
yang sedang bertengkar. An-Nawawi dalam syarah muhazzab menytakan bahwa disunnahkan hakam itu dari pihak suami isteri, dan jika tidak boleh
dari pihak lain.
22
4. Salah satu pihak melakukan perbuatan zina fahisyah, yang