16
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian dalam istilah ahli fikih disebut talak atau furqah. Talak berarti
membuka ikatan atau membatalkan perjanjian dan furqah berarti bercerai, yaitu lawan kata dari berkumpul. Kemudian kedua kata ini dijadikan istlah oleh para
ahli fikih yang berarti perceraian antara suami isteri. Kemudian yang dimaksud dengan perceraian atau talak disini adalah
sebagaimana yang dijelaskan didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
pasal 38 menerangkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, percerian, dan atas keputusan pengadilan. Kemudian dalam pasal 39 disebutkan bahwa
perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Tata cara perceraian di depan
sidang pengadilan diatur dalam peraturan perUndang-Undangan tersendiri yang sudah jelas.
E. REVIEW STUDI TERDAHULU
Penulis melakukan review terdahulu sebelum menentukan judul skripsi, dalam review terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan
perceraian. Diantaranya adalah :
17
Pertama, skripsi yang berjudul, Penyelesaian Perkara Perceraian Bersama
Dengan Gugatan Penguasa Anak analisis putusan No. 816pdt.G2004PPAJT Oleh : Ariyanih 102044124992 Tahun 2006.
Skripsi menjelaskan bahwa cerai gugat diatur dalam pasal 86 ayat 1 yaitu: gugatan soal penguasa anak, nafkah anak, nafkah isteri, dan harta bersama
suami isteri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.
Kedua, skripsi yang berjudul, Penyelesaian Perkara Cerai Gugat Di Pengadilan
Agama Karena Penganiayaan Studi kasus di pengadilan agama jaktim Oleh : Desi Royalya 101044222186Tahun 2005.
Skripsi ini menjelaskan bahwa sebab berakhirnya suatu ikatan perkawinan terbagi menjadi :
1. Berakhirnya perkawinan dalam keadaan suami isteri masih hidup dapat terjadi
atas kehendak suami dan isteri. 2.
Dapat juga terjadi di luar kehendak keduanya.
Ketiga, skripsi yang berjudul, Cerai Gugat Menurut Hukum Islam Dan Hukum
Positif Studi kasus cerai gugat karena cacat badan di pengadilan agama jaktim Oleh : Ahmad Madroji 101044222175 Tahun 2005.
Skripsi ini menjelaskan hukum cerai gugat karena cacat badan menurut KHI landasan hukum cerai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, analisa
tentang cerai gugat karena cacat badan menurut Hukum Islam dan Hukum Positif.
18
Jelas sekali bahwa skirpsi ini berbeda dengan skripsi terdahulu. Dalam skripsi ini yang akan saya tulis mengenai tentang perilaku perceraian masyarakat kadu ti’is
Mekar Jaya pandeglang.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka penulis mengklarifikasikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
Pada Bab Pertama, penulis menjelaskan mengenai pendahuluan yang memuat
latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Pada Bab Kedua, penulis menjelaskan mengenai pengertian perceraian, rukun
dan syarat-syarat perceraian, perceraian dalam perspektif fiqh, perceraian dalam perspektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
Pada Baba Ketiga, penulis menjelaskan mengenai sejarah singkat desa kadu
ti’is, letak geografis, kondisi kebudayaan, dan kondisi perekonomian di desa kadu ti’is.
Pada Bab Keempat, penulis menjelaskan mengenai tradisi perceraian
masyarakat di desa kadu ti’is, alasan dan faktor perceraian, akibat perceraian masyarakat di desa kdu ti’is yang membahas tentang dampak positif dan
negatifnya, prosedur perceraian di desa kadu ti’is, perceraian menurur Undang-
19
Undang Nomor 1 Tahun 1974, dan analisa penulis terhadap perilaku perceraian yang terjadi pada masyarakat kadu ti’is.
Pada Bab Kelima, penulis menjelaskan mengenai inti kajian penelitian penulis
mengenai kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG PERCERAIAN
A. Pengertian Perceraian
a. Pengertian
“Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU Perkawinan untuk menjelaskan “perceraian” atau berakhirnya hubungan
perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami isteri. Untuk maksud perceraian itu fiqh menggunakan istilah
furqah.
1
Perceraian dalam istilah ahli fiqih disebut “talak” atau “furqah”. “Talak” berarti “membuka ikatan”, “membatalkan perjanjian”. “furqah” berarti “bercerai”,
lawan dari “berkumpul”. Kemudian kedua perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli-ahli fiqih yang berarti : perceraian antara suami isteri.
Perceraian berasal dari bahasa Arab yaitu Thalaq yang berarti membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau tawanan ataupun ikatan ma’nawi
seperti ikatan pernikahan. Sedangkan thalaq menurut istilah adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatan dengan
menggunakan kata-kata tertentu. Secara spesifik menurut syara’ thalaq adalah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami isteri.
2
1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan
, Jakarta : Kencana, 2006, h. 189
2
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987, Cet ke-1, h. 94
20