Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On Equity Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 REGULER MEDAN

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN

ON EQUITY SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI Oleh:

YANTI J. SEMBIRING 070502155

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Yanti J. Sembiring (2011). Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return

on Equity (ROE) pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Bapak Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA dan Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak, selaku Dosen Penguji.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Financial Leverage dengan indikator Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap Return on Equity (ROE) Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa DAR, DER, dan LTDER berpengaruh terhadap ROE Sektor Industri Barang Konsumsi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statitik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Populasi sasaran penelitian berjumlah 14 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji simultan (Uji F) dan Uji parsial (Uji t) dengan tingkat signifikansi α. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS.

Hasil penelitian dengan SPSS sebelum perbaikan menunjukkan bahwa variabel DER menunjukkan multikolinieritas yang tinggi, sehingga variabel ini dihapuskan dari model penelitian. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel DAR dan LTDER dapat mengestimasi variabel ROE dalam model analisis. Hasil Uji t menunjukkan bahwa pada Sektor Industri Barang Konsumsi variabel DAR memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROE, sedangkan variabel LTDER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE.

Kata Kunci: Return on Equity, Financial Leverage, Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equitty Ratio.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya yang telah memperkenankan Penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis.

6. Bapak Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan dukungan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan dukungan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Komaria Pandia, M.Si, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis selama masa perkuliahan.

9. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 10.Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu Penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini terutama B’Jum, K’Dani, K’Vina, dan K’Susi.

11.Orang tuaku terkasih Bapak R. Sembiring dan Ibu P. Ginting. Terima kasih untuk setiap doa,motivasi, perjuangan dan pengorbanan yang telah


(5)

kalian berikan, semuanya akan menjadi penyemangat dan motivasi untuk dapat meraih cita-cita.

12.Kak Eva dan adik-adikku terkasih Irma, Eka, dan Rio. Terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang kalian berikan. Tetap semangat dan sukses buat kita semua dalam mencapai cita-cita.

13.Teman-teman seperjuangan MNJ’07, terima kasih untuk semua semangat dan kebersamaan yang boleh kita lalui bersama. Secara khusus bagi MNJ’07 Konsentrasi Keuangan, sukses buat kita semua. Terima kasih juga untuk abang/kakak senior serta adik-adik junior yang banyak memberikan motivasi, dan teman-teman lainnya yang tak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita senantiasa. Amin.

Medan, Februari 2011 Penulis

Yanti J. Sembiring


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Kerangka Konseptual ... 8

D. Hipotesis ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metode Penelitian ... 11

1. Batasan Operasional Variabel ... 11

2. Defenisi Operasional Variabel ... 12

3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian ... 13

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

5. Jenis Data ... 15

6. Metode Pengumpulan Data ... 15

7. Metode Analisis Data ... 16

BAB II. URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 22

B. Leverage ... 24

1. Pengertian Leverage ... 24

2. Jenis – Jenis Leverage ... 27

a. Operating Leverage ... 27

b.Financial Leverage ... 28

c. Total/Combined Leverage ... 31

C. Rasio Leverage ... 32

D. Return on Equity (ROE) ... 34

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 37


(7)

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi ROE... 47

1. Deskripsi Nilai Variabel DAR pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 47

2. Deskripsi Nilai Variabel DER pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 49

3. Deskripsi Nilai Variabel LTDER pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 51

4. Deskripsi Nilai Variabel ROE pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 52

B. Analisis Statistik ... 54

1. Pengujian Normalitas ... 54

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 55

3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 59

1. Uji Simultan (Uji F) ... 59

2. Uji Parsial (Uji t) ... 60

D. Pembahasan ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 65

B. SARAN ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman Tabel 1.1 Penggunaan Hutang dan Tingkat Laba Beberapa Emiten

Sektor Industri Barang Konsumsi

(dalam Jutaan Rupiah)... 7

Tabel 1.2 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan ... 14

Tabel 1.3 Populasi Sasaran Penelitian ... 14

Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 19

Tabel 2.1 Operating dan Financial Leverage dalam Laporan Laba Rugi ... 32

Tabel 4.1 Debt to Asset Ratio Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 47

Tabel 4.2 Debt to Equity Ratio Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 49

Tabel 4.3 Long Term Debt to Equity Ratio Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 51

Tabel 4.4 Return on Equity Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009 ... 52

Tabel 4.5 Pengujian Normalitas ... 55

Tabel 4.6 Pengujian Multikolinieritas ... 55

Tabel 4.7 Uji Glejser ... 57

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi Run Test ... 57

Tabel 4.9 Pengujian Goodness of Fit ... 58

Tabel 4.10 Analisis Regresi Linear Berganda... 58

Tabel 4.11 Uji F ... 59

Tabel 4.12 Uji t ... 61


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1.1 Kinerja Saham Sektoral Semester I 2010 ... 5

Gambar 1.2 Kinerja Beberapa Emiten Sektor Barang Konsumsi Semester I 2010 ... 6

Gambar 1.3 Kerangka Konseptual ... 10

Gambar 4.1 Histogram ... 54

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual ... 54


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

Lampiran 1 Rasio Financial Leverage dan Return on Equity Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2006-2009

Lampiran 2 Perhitungan SPSS Sebelum Perbaikan Lampiran 3 Perhitungan SPSS Setelah Perbaikan


(11)

ABSTRAK

Yanti J. Sembiring (2011). Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return

on Equity (ROE) pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Bapak Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA dan Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak, selaku Dosen Penguji.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Financial Leverage dengan indikator Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap Return on Equity (ROE) Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa DAR, DER, dan LTDER berpengaruh terhadap ROE Sektor Industri Barang Konsumsi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statitik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Populasi sasaran penelitian berjumlah 14 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji simultan (Uji F) dan Uji parsial (Uji t) dengan tingkat signifikansi α. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS.

Hasil penelitian dengan SPSS sebelum perbaikan menunjukkan bahwa variabel DER menunjukkan multikolinieritas yang tinggi, sehingga variabel ini dihapuskan dari model penelitian. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel DAR dan LTDER dapat mengestimasi variabel ROE dalam model analisis. Hasil Uji t menunjukkan bahwa pada Sektor Industri Barang Konsumsi variabel DAR memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROE, sedangkan variabel LTDER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE.

Kata Kunci: Return on Equity, Financial Leverage, Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equitty Ratio.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya persaingan di tengah globalisasi menuntut manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan (survive), bertumbuh (growth) dan memperoleh laba yang berkesinambungan secara efektif dan efisien. Perusahaan juga dituntut untuk lebih inovatif dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, baik perubahan dalam kondisi ekonomi maupun politik. Hal ini dilakukan agar tujuan untuk mengoptimalkan kekayaan pemegang saham (optimizing shareholder wealth) melalui kebijakan investasi, kebijakan pendanaan,dan kebijakan dividen yang tercermin dari harga pasar saham dapat tercapai dengan resiko yang dapat diminimalkan (Sartono, 2001:4).

Tingkat resiko dan return saham merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan calon investor sebelum mengambil keputusan investasi. Return saham dan resiko berhubungan secara linier dengan leverage yang akan digunakan perusahaan. Apabila resiko tinggi maka para pemegang saham akan meminta return saham yang tinggi pula, disamping itu penggunaan leverage juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan .

Return on Equity (ROE) merupakan indikator return yang sering kali menjadi perhatian para calon investor. Return on Equity (ROE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemiliknya. ROE menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimum


(13)

kan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi penghasilan yang diterima pemilik perusahaan (Sartono, 2001:124).

Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan persahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya (Walsh, 2004: 56).

Besarnya return yang mampu diberikan perusahaan bagi pemilik dan pemegang sahamnya dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan. Upaya manajemen perusahaan untuk mendapatkan laba secara efektif dan efisien membutuhkan ketersediaan dana yang cukup untuk membeli aktiva tetap, persediaan barang jadi, penjualan dan pembelian surat berharga baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang dibutuhkan perusahaan ini dapat bersumber dari pemilik perusahaan (modal sendiri) maupun dari pinjaman (hutang). Keputusan menambah modal dengan menerbitkan hutang akan meningkatkan jumlah investasi, dengan harapan peningkatan investasi akan meningkatkan keuntungan dan pengembalian dibanding jika mengandalkan modal sendiri.


(14)

Perusahaan yang menggunakan hutang dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki leverage. Leverage dapat didefenisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Hutang sebagai salah satu alternatif pendanaan termasuk dalam kategori financial leverage (Brigham dan Houston, 2001:14). Financial Leverage dapat didefenisikan sebagai pendanaan dengan hutang yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dampak dari perubahan dalam laba operasi terhadap pengembalian untuk pemegang saham. Semakin besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan akan mengindikasikan bahwa financial leverage yang dimiliki perusahaan juga semakin besar (Brealey,Meyrs, dan Marcus; 2008: 10).

Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) merupakan rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar financial leverage yang ditanggung perusahaan (Sartono,2001: 267). DER menunjukkan hubungan antara jumlah total pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal perusahaan. DAR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan. LTDER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang melalui modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio mengindikasikan bahwa financial leverage juga semakin tinggi.

Brigham dan Houston (2001: 16) menyatakan bahwa penggunaan hutang pada umumnya akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk


(15)

suatu investasi, tetapi juga akan meningkatkan resiko. Tingkat pengembalian akibat penggunaan financial leverage dapat dilihat dari besarnya Return on Equity (ROE).

Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:491) menyatakan bahwa ” The effect of financial leverage depends on the company’s EBIT. When EBIT is relatively high, leverage is beneficial. Under the expected scenario, leverage increases the returns to shareholders, as measured by both ROE and EPS”. Artinya, efek dari penggunaan financial leverage tergantung pada EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang dimiliki perusahaan. Ketika EBIT yang dimiliki tinggi, maka leverage yang digunakan menguntungkan. Hal diatas memberikan gambaran bahwa peningkatan leverage akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham yang dapat dilihat dari besarnya Earning per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE).

Sektor barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Kinerja dari sektor ini menarik untuk diikuti mengingat sektor ini merupakan salah satu sektor yang memiliki prospek bagus dan diminati para investor. Sektor barang konsumsi terdiri atas lima subsektor yakni industri makanan dan minuman, industri farmasi, industri rokok, perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga. Jumlah seluruh emiten yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi berjumlah 35 perusahaan.

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari situs masih tetap menjadi sektor yang tumbuh paling tajam dibanding sektor lain yang


(16)

ada di BEI. Pertumbuhan saham sektoral sepanjang semester I 2010 dapat dilihat pada Gambar1.1.

Gambar 1.1 Kinerja Saham Sektoral Semester I 2010

Sumber : www.vibizportal.com

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa sektor industri barang konsumsi, aneka industri dan manufaktur menjadi tiga sektor yang memiliki posisi kuat di semester I 2010. Kinerja sektor industri barang konsumsi yang semakin menguat tak lepas dari dukungan emiten yang tergabung di dalamnya. Di semester I 2010, emiten yang memberi pengaruh cukup besar dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Pertumbuhan Harga Saham Beberapa Emiten Sektor Barang Konsumsi Semester I 2010.

Sumber

Prestasi yang diraih oleh sektor barang konsumsi ini tentunya tak lepas dari kebijakan yang diambil oleh manajer masing-masing perusahaan dalam hal


(17)

pendanaan perusahaan. Keputusan pendanaan dapat mencakup penggunaan modal sendiri ataupun menambahkan modal eksternal yang diperoleh dari penggunaan hutang. Sebagaimana yang dikemukakan Walsh (2004:123) bahwa penggunaan hutang yang semakin tinggi akan meningkatkan profitabilitas, kemudian menaikkan harga saham, sehingga meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan membangu potensi pertumbuhan yang lebih besar. Adapun penggunaan hutang dan tingkat laba beberapa emiten yang tergabung dalam Sektor Industri Barang Konsumsi dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1. 1

Penggunaan Hutang dan Tingkat Laba Beberapa Emiten Sektor Industri Barang Konsumsi

(dalam Jutaan Rupiah) Nama Emiten

2007 2008 2009

Total

Hutang Laba

Total

Hutang Laba

Total

Hutang Laba Tiga Pilar Sejahtera

Tbk 358.133 15.761 560.876 28.686 818.764 37.787 Davomas Abadi

Tbk 2.241.722 208.456 2.555.093 -510.652 2.082.605 -226.749 Kalbe Farma Tbk 314.118 705.694 405.504 706.822 340.678 929.004 HM Sampoerna

Tbk 2.288.735 3.624.018 2.165.930 3.895.280 882.344 5.087.339 Mustika Ratu Tbk 5.202 11.131 4.161 22.291 5.019 21.017

Sumber:

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penggunaan hutang (financial leverage) yang dilakukan beberapa emiten yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi tidak selalu meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan berdasarkan teori yang ada, hutang diharapkan dapat meningkatkan laba sehingga tingkat pengembalian bagi pemilik perusahaan juga meningkat.


(18)

Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah ”Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE) Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE) sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?”.

C. Kerangka Konseptual

Return on Equity (ROE) merupakan indikator return yang penting bagi para calon investor sebelum melakukan keputusan investasi. ROE menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian atas investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan yang diinvestasikan. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi tingkat penghasilan yang diterima pemilik perusahaan.

Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:69) menyatakan ” ROE is affected by three things which are operating efficiency (as measured by profit margin), asset use efficiency (as measured by total asset turn over), and financial leverage”. Artinya ROE dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: efisiensi operasi (dapat dilihat


(19)

dari nilai profit margin, efisiensi penggunaan aktiva (dapat dilihat dari tingkat perputaran aktiva), dan financial leverage.

Financial Leverage adalah penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham (EPS) (Warsono, 2003:217). Sutrisno (2000:242) menyatakan bahwa financial leverage mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT). Keputusan pendanaan yang dilakukan tidak menjadi masalah asal bisa meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham yang dapat diukur dengan Earning per Share (EPS) atau Return on Equity (ROE). Analisis financial leverage juga digunakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:14).

Besar kecilnya pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang merupakan cerminan dari tingkat financial leverage dari suatu perusahaan. Semakin besar hutang dalam suatu perusahaan maka financial leverage juga akan semakin besar. Keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang (financial leverage) oleh pemilik modal dianggap sebagai peningkatan resiko keuangan perusahaan. Tingkat resiko keuangan akibat penggunaan financial leverage akan berpengaruh terhadap besarnya Return on Equity (ROE) (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008:84).

Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) merupakan rasio leverage yang dapat digunakan


(20)

untuk melihat financial leverage yang digunakan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai dengan hutang. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Peningkatan nilai rasio DER, DAR, dan LTDER mengindikasikan bahwa penggunaan financial leverage semakin besar. Konsep financial leverage akan menimbulkan perimbangan (trade off) antara resiko dan tingkat pengembalian (return).

Menurut Ross, Jordan dan Westerfield (2000:491), Walsh (2004:123) dan Brigham dan Houston (2001:16), Return on Equity (ROE) dipengaruhi oleh besar kecilnya financial leverage yang dapat dilihat dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) perusahaan, apabila proporsi hutang dalam perusahaan makin besar maka Return on Equity (ROE) juga makin besar.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara konseptual, penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.3 Kerangka Konseptual

Sumber : Brigham dan Houston (2001), Ross,Jordan, dan Westerfield (2000) Brealey, Meyrs, dan Marcus(2008), Walsh (2004)

Data dimodifikasi.

Debt to Equity Ratio (DER) (X1) Debt to Asset Ratio (DAR) (X2) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) (X3)


(21)

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: ”Financial Leverage dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE) sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel financial leverage yang diproksikan melalui: Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap Return on Equity (ROE) pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, dan pengaplikasian teori yang sudah diperoleh terutama yang berkaitan dengan Financial Leverage dan Return on Equity (ROE).

b. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.


(22)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Batasan operasional variabel dalam penelitian ini antara lain:

a. Variabel Independen (X) adalah Financial Leverage dengan indikator rasio leverage yakni, Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) dan Variabel Dependen (Y) adalah Return on Equity (ROE).

b. Populasi sasaran penelitian adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi, dan terdaftar di BEI selama periode 2006 – 2009.

c. Data laporan keuangan tahunan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2009.

d. Perusahaan emiten menggunakan modal eksternal atau hutang dalam pendanaan perusahaan.

2. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti adalah: 1) Variabel Independen (X)

Financial leverage sebagai variable X menggunakan tiga indikator rasio leverage, yakni:

a. Debt to Equity Ratio (DER) (X1) adalah persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Warsono, 2003:239).


(23)

Debt to Equity Ratio, dapat dirumuskan sebagai berikut: 100% x Ekuitas Total Hutang Total DER=

b. Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan tingkat penggunaan hutang yang dipakai untuk meningkatkan atau membiayai total aktiva (Brigham dan Houston, 2001:58). Debt to Asset Ratio, dapat dirumuskan sebagai berikut:

% 100 x Aktiva Total Hutang Total DAR =

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) menunjukkan hubungan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008:76). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

LTDER = x 100%

Ekuitas Total Panjang Jangka Hutang Total

2) Variabel Dependen (Y)

Return on Equity (ROE) (Y) menunjukkan kemampuan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan laba (Sugiyarso, 2005:112). Return on Equity, dapat dirumuskan sebagai berikut:

100% x Ekuitas bersih Laba ROE =

3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi


(24)

pada penelitian ini adalah emiten yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai tahun 2009 yang berjumlah 35 perusahaan.

b. Populasi Sasaran

Dalam penelitian ini tidak semua populasi akan dijadikan sebagai objek penelitian. Populasi penelitian didasarkan pada populasi sasaran. Populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data (Dadang Sugiana, www.dankfsugiana.wordpress.com).

Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan populasi sasaran adalah: 1. Industri yang termasuk dalam sektor barang konsumsi menerbitkan laporan

keuangan selama 4 tahun berturut-turut yakni tahun 2006, 2007, 2008, 2009. 2. Perusahaan menggunakan modal pinjaman (hutang).

Tabel 1.2

Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan

No. Karakterisitik Populasi Sasaran Jumlah

1. Industri yang termasuk dalam sektor barang konsumsi dan terdaftar di BEI tahun 2006 – 2009.

35 2. Industri yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi

tidak menerbitkan laporan keuangan lengkap tahun 2007 – 2009.

(5)

3. Perusahaan tidak menggunakan hutang. (16)

Jumlah populasi sasaran 14

Sumber:

Berdasarkan kriteria populasi sasaran yang telah ditetapkan, terdapat 14 perusahaan yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi yang dapat dijadikan populasi sasaran dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.3.


(25)

Tabel 1. 3

Populasi Sasaran Penelitian

No. Nama Emiten Kode Tanggal Listing

1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 11 Juni 1997

2 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 9 Juli 1996

3 Davomas Abadi Tbk DAVO

22 Desember 1994

4 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 15 Agustus 1990 5 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 14 Juli 1994

6 Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991

7 Mustika Ratu Tbk MRAT 27 Juli 1995

8 Mayora Indah Tbk MYOR 4 Juli 1990

9 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 18 Oktober 1994

10 Pyridam Farma Tbk PYFA 16 Oktober 2001

11 Bentoel Internasional Investama Tbk RMBA 5 Maret 1990

12 Sekar Laut Tbk SKLT 8-Sep-93

13 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC 17 Juni 1994 14

UltraJaya Milk & Trading Company

Tbk ULTJ 2 Juli 1990

Sumber:

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui pemanfaatan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 2010 sampai dengan bulan Januari 2010.

5. Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs


(26)

buku-buku, jurnal referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti serta melalui pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai objek yang dibahas. b. Metode Regresi Berganda

Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yakni Financial Leverage dengan indikator Debt to Equity Ratio (X1), Debt to Asset Ratio (X2),dan Long Term Debt to Equity Ratio (X3) terhadap variabel dependen yaitu Return on Equity (Y), dengan rumus:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan :

Y : Return on Equity (ROE) α : Konstanta


(27)

β1,2,3 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen X1 : Debt to Equity Ratio (DER)

X2 : Debt to Asset Ratio (DAR)

X3 : Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) e : Standar Error

Sebelum data tersebut dianalisis dengan model regresi linear berganda maka sebelumnya harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik:

1. Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistikmenjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, yakni dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2006:110).

Dasar pengambilan keputusannya yaitu:

a. Jika data menyebar diantara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola tidak berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov- Smirnov (K-S) (Ghozali, 2006: 115). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:


(28)

H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5 % berarti data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti data tidak normal dan H0 ditolak.

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan utuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas.

Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heterokedastisitas, antara lain:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang


(29)

tahun berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada penelitian time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < DW < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ DW ≥ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < DW < 4

Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4 – du ≤ DW ≤4 - dl

Tidak ada autokorelasi postif atau negatif Tidak ditolak du < DW < 4 – dl Sumber: Ghozali (2006: 96).

Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan melalui Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-parametric yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103).

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-varibel independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 5 dan


(30)

untuk matriks korelasi adanya indikasi multikolinieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,90(Situmorang dkk. 2010: 136).

c. Pengujian Hipotesis 1. Uji F (Uji Global)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan analisis selanjutnya.

Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara simultan variabel DAR, DER, dan LTDER tidak memenuhi model penelitian.

Ha : Tidak semua βi = 0 (β1, β2, β3) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen telah memenuhi model penelitian terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

2. Uji t (Uji Parsial)

Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah nilai t diperoleh maka selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel.


(31)

H0: β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel DAR secara parsial terhadap variabel ROE.

Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DAR secara parsial terhadap variabel ROE.

H0: β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE.

Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE.

H0: β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel LTDER secara parsial terhadap variabel ROE.

Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel LTDER secara parsial terhadap variabel ROE.

Kriteria pengambilan keputusan, yakni:

H0 diterima jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 5%

H0 ditolak jika thitung > ttabel atau thitung < - ttabel pada α = 5%

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistic Package for the Social Science) 16.0 for windows.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Manutu (2004) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Financial Leverage melalui pendekatan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT. Hutama Karya di Bandung”. Ukuran financial leverage yang digunakan perusahaan dilihat dari rasio DER perusahaan. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Financial Leverage melalui pendekatan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Rentabilitas Modal Sendiri sebesar 85,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Tingkat korelasi yang terjadi juga cukup besar yakni sebesar 0,924 yang termasuk dalam kategori tingkat korelasi yang tinggi sekali.

Handayani (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Struktur Modal terhadap Kemampulabaan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) dan Return On Equity (ROE) sebagai variable kemampulabaan. Penelitian dilakukan dengan metode Analisis Korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE) PT Perkebunan Nusantara III.


(33)

dal terhadap Profitabilitas pada Industri Alas Kaki yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable dari struktur modal yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE) pada Industri Alas Kaki yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian dapat dilihat dari besaran Adjusted R Square sebesar 0,388 dan F statistik sebesar 11,766. Dalam penelitian terdapat multikolinieritas yang kuat antara variabel EAR dan DAR maka salah satu variabel bebas harus dihilangkan yakni DAR. Hasil regresi menunjukkan bahwa LDAR dan EAR mempunyai pengaruh yang signifikan dan LDAR merupakan variable yang paling signifikan mempengaruhi ROE.

Theresia (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Tingkat Pengembalian Modal Sendiri (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur modal yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) secara serempak berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE). Analisis statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas F = 0,000, berarti berada di bawah level pengujian 0,0000 < α (0,05) berarti semua variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat dipakai untuk mendukung ROE perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. HAsil uji t menuujukkan bahwa masing – masing variabel DAR dan LDER berpengaruh signifikan terhadap ROE, sedangkan DER tidak berpengaruh singifikan.


(34)

Tobing (2006) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur modal yaitu Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) secara serempak berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE). Secara parsial DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE, DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE dan LDER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE.

B. Leverage

1. Pengertian Leverage

Leverage (pengungkit) dapat didefenisikan sebagai penggunaan asset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Beban tetap ini dapat berupa bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembelanjaan dari luar (modal asing), sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin, maka harus menanggung beban tetap yang berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi). Jika perusahaan menyewa suatu aktiva tetap kepada pihak lain, maka konsekuensinya harus membayar biaya tetap berupa biaya sewa (Warsono, 2003:204).

Horne dan Wachowicz (2007:182) menyatakan bahwa penggunaan leverage dimaksudkan untuk meningkatkan (lever up) profitabilitas. Sartono (2001:257) menyatakan bahwa penggunaan leverage dimaksudkan untuk menigkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan kata lain,


(35)

penggunaan leverage ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan maupun pemegang saham.

Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Wild, Subramanyan, dan Hasley (2008:213) bahwa motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah potensi biaya yang lebih rendah. Dari sudut pandang pemegang saham, utang lebih murah dibandingkan dengan penggunaan ekuitas. Pendapat tersebut didasarkan karena oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih dari atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Selain itu, bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pengembalian.

Gitman dan Michael (2003:508) menyatakan dampak dari penggunaan leverage bagi perusahaan yaitu “Result from the use of fixed cost or funds to magnify returns to firms owners. Generally increases in leverage result in increased return and risk, whereas decreases in leverage result ini decreases return and risk”. Artinya, penggunaan biaya tetap akan berpengaruh terhadap return bagi pemilik perusahaan. Secara umum, peningkatan leverage akan meningkatkan baik return maupun resiko. Sebaliknya, penurunan leverage akan mengakibatkan penurunan pada return dan resiko.


(36)

Resiko dalam hal ini adalah berupa ketidakpastian dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetapnya. Ini berarti bahwa terjadi sesuatu yang dilematis (trade off) antara resiko dan hasil pengembalian yang diharapkan. Dengan adanya trade off antara pengembalian dan resiko sebagai dampak dari penggunaan leverage, maka analisis leverage ditujukan untuk mencapai keseimbangan yang memuaskan antara resiko dan hasil pengembalian yang diharapkan yang akan memaksimumkan harga pasar saham perusahaan.

Dalam leverage, ada dua dimensi penting tentang resiko (Brigham dan Houston, 2001: 7), yakni:

1. Resiko bisnis.

Resiko bisnis merupakan resiko atas aset-aset perusahaan jika tidak menggunakan hutang atau resiko yang berkaitan dengan proyeksi tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dari suatu perusahaan di masa mendatang. 2. Resiko keuangan

Resiko keuangan merupakan resiko tambahan yang ditanggung oleh pemegang saham biasa sebagai hasil keputusan perusahaan dalam menggunakan hutang.

Tingkat leverage ini dapat saja berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau antara satu periode dengan periode lainnya dalam satu perusahaan. Tetapi yang jelas semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi resiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat pengembalian (return) dan penghasilan yang diperoleh (Syahyunan, 2004: 110).


(37)

2. Jenis – Jenis Leverage

Dalam manajemen keuangan dikenal tiga macam analisis leverage, yakni leverage operasi (Operating Leverage), leverage keuangan (Financial Leverage), dan leverage kombinasi/ Total (Total/Combined Leverage).

a. Operating Leverage

Operating leverage dapat diartikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan (Warsono, 2003:213). Dalam istilah bisnis, bila hal-hal lain tetap, tingkat leverage operasi yang tinggi, berarti perubahan yang relatif kecil dalam penjualan akan mengakibatkan perubahan yang besar pada laba operasi (Brigham dan Houston, 2001:10).

Resiko bisnis merupakan resiko ketidakpastian tingkat EBIT yang akan diperoleh. Resiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor antara lain; variabilitas permintaan (penjualan), variabilitas harga jual, variabilitas harga masukan, kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan harga masukan, dan sejauh mana biaya-biaya bersifat tetap (Brigham dan Houston, 2001:9).

Konsep resiko bisnis dan leverage operasi dapat diterapkan untuk seluruh perusahaan dan juga untuk proyek-proyek investasi. Jika sebuah perusahaan menerima sejumlah proyek penganggaran modal yang mempunyai resiko bisnis dan leverage operasi yang tinggi, maka perusahaan tersebut akan mempunyai resiko dan leverage operasi yang tinggi pula. Diversifikasi dapat mengurangi resiko bisnis sampai pada titik tertentu, tetapi umumnya mengambil banyak


(38)

proyek yang berisiko membuat perusahaan lebih beresiko. Namun seiring dengan resiko yang tinggi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan juga semakin tinggi.

Horne dan Wachowicz (2007:188) menyatakan bahwa salah satu potensi pengaruh leverage operasi adalah perubahan dalam volume penjualan akan menghasilkan perubahan yang lebih dari proporsional dalam laba (rugi) operasional perusahaan. Ukuran kuantitatif dari sensitivitas laba operasional perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan disebut tingkat leverage operasional (Degree of Operating Leverage – DOL). DOL suatu perusahaan dengan tingkat output tertentu (atau penjualan) adalah persentase perubahan dalam laba operasional atas perubahan persentase dalam output (atau penjualan) yang menyebabkan perubahan dalam laba. DOL dapat dirumuskan sebagai berikut:

penjualan perubahan

Persentase

EBIT perubahan

Persentase

DOL =

b. Financial Leverage

Financial leverage didefenisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan (EPS). Ada dua macam biaya keuangan tetap yang dapat ditemukan dalam perusahaan, yaitu: (1). Bunga atas hutang, (2) Dividen saham preferen. Kedua biaya ini harus tetap dibayar tanpa menghiraukan jumlah EBIT yang tersedia untuk membayarnya (Warsono, 2003: 217).


(39)

Leverage keuangan merupakan pilihan. Tidak ada perusahaan yang disyaratkan untuk memiliki utang jangka panjang apapun atau pendanaan dengan saham preferen. Sebagai alternatif perusahaan dapat membiayai pengeluaran operasional dan modalnya dengan sumber-sumber internal dan penerbitan saham biasa. Akan tetapi, jarang perusahaan yang tidak memiliki leverage keuangan.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 4), leverage keuangan merupakan alternatif yang digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan utang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena aktiva perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Selain itu, ada dua alasan tentang mengapa penggunaan utang lebih menguntungkan, yakni (1) bunga merupakan pengurang pajak sementara dividen untuk pemegang ekuitas bukan pengurang pajak, (2) karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar.

Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan pengembalian kepada para pemegang saham. Leverage yang menguntungkan (favorable) atau positif terjadi jika perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan dana diperoleh dalam bentuk biaya tetap tersebut (dana yang diperoleh dengan menerbitkan utang bersuku bunga tetap atau saham preferen dengan tingkat dividen yang konstan) daripada biaya pendanaan tetap yang harus dibayar. Leverage yang tidak menguntungkan (unfavorable) atau negatif terjadi jika perusahaan tidak memiliki hasil sebanyak biaya pendanaan tetapnya (Horne dan Wachowicz, 2007: 193).


(40)

Leverage keuangan adalah tahap kedua dalam proses pembesaran laba yang memiliki dua tahapan. Dalam tahap pertama, leverage operasi akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat memperbesar pengaruh perubahan apapun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS.

Ukuran kuantitatif terhadap sensivitas EPS perusahaan terhadap perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut sebagai tingkat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage - DFL ). DFL untuk tingkat laba operasional tertentu adalah perubahan persentase dalam EPS atas perubahan persentase dalam laba operasional yang menyebabkan perubahan dalam EPS. DFL dapat dirumuskan sebagai berikut:

EBIT dalam perubahan

Persentase

EPS dalam perubahan

Persentase

DFL =

Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:491) menyatakan bahwa ” The effect of financial leverage depends on the company’s EBIT. When EBIT is relatively high, leverage is beneficial. Under the expected scenario, leverage increases the returns to shareholders, as measured by both ROE and EPS”. Artinya, efek dari penggunaan financial leverage tergantung pada EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang dimiliki perusahaan. Ketika EBIT yang dimiliki tinggi, maka leverage yang digunakan menguntungkan. Hal diatas memberikan gambaran bahwa bahwa peningkatan leverage akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham yang dapat dilihat dari besarnya Earning per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE).


(41)

Resiko finansial merupakan variabilitas laba yang akan diterima pemegang saham dan financial leverage merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi resiko finansial. Resiko finansial akibat financial leverage dilihat dari tingkat Return on Equity (ROE). Penggunaan financial leverage yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingkat resiko financial yang dihadapi juga semakin besar namun disisi lain akan meningkatkan tingkat pengembalian (Return on Equity) (Sjahrial, 2009: 158).

c. Total/ Combined Leverage

Pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa leverage operasi akan mengakibatkan setiap perubahan volume penjualan akan berpengaruh semakin besar terhadap EBIT, sedangkan pada leverage keuangan, setiap perubahan dalam EBIT akan berpengaruh semakin besar terhadap EPS maupun EAT. Jika leverage keuangan digabung dengan leverage operasi maka setiap perubahan dalam volume penjualan dan EBIT akan berpengaruh semakin besar terhadap EPS maupun EBIT. OLeh karena itu, jika perusahaan menggunakan leverage operasi dan leverage keuangan, perubahan yang kecil saja pada volume penjualan akan mengakibatkan fluktuasi yang tajam terhadap EPS maupun EAT.

Pengaruh kombinasi antara leverage keuangan dengan leverage operasi sering disebut leverage total ataupun leverage kombinasi. Dengan demikian leverage total/kombinasi dapat didefenisikan sebagai setiap penggunaan potensial biay-biaya tetap, baik biaya-biaya operasi maupun keuangan, untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam penjualan atas laba per lembar saham (EPS) atau laba setelah pajak (EAT) perusahaan (Warsono: 2003:223).


(42)

Ukuran kuantitatif sensitivitas total EPS perusahaan terhadap perubahan penjualan disebut tingkat leverage total (Degree of Total Leverage – DTL). DTL dapat dirumuskan sebagai berikut:

penjualan perubahan Persentase EPS perubahan Persentase DTL =

Leverage operasional dan leverage keuangan dapat digabungkan dalam berbagai cara untuk mendapatkan DTL dan tingkat resiko total perusahaan yang diinginkan. Resiko bisnis yang tinggi dapat diturunkan dengan resiko keuangan yang rendah dan begitu pula sebaliknya. Tingkat resiko perusahaan keseluruhan yang tepat melibatkan pertimbangan kelebihan dan kelemahan antara resiko total perusahaan dengan pengembalian yang diharapkan. Kelebihan dan kelemahan ini harus dibuat sesuai dengan tujuan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.

Adapun gambaran dari Operating Leverage dan Financial Leverage dalam Laporan Laba Rugi, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Operating dan Financial Leverage dalam Laporan Laba Rugi

Keterangan Jenis Leverage

Penjualan

Harga Pokok Penjualan Laba Kotor

Biaya Operasi

Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)

Bunga

Laba Sebelum Pajak Pajak

Laba Setelah Pajak

Operating Leverage

Financial Leverage

Sumber: Syahyunan (2004:111).


(43)

C. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan (Brealey, Meyrs , dan Marcus, 2008: 75). Rasio leverage yang dapat digunakan dalam analisis leverage adalah sebagai berikut:

1. Rasio Hutang – Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah total kewajiban dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan (Warsono, 2003: 239). Defenisi lain untuk rasio ini menurut Lukman (2007:54) menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Banyak penekanan yang dilakukan pada rasio ini, karena jika rasio ini buruk, maka perusahaan akan memiliki masalah riil jangka panjang, salah satunya adalah masalah kebangkrutan (Walsh, 2004: 122). Semakin tinggi rasio ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2001: 66). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

DER = x 100%

Ekuitas

Total

Hutang

Total

2. Rasio Hutang Jangka Panjang – Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan hubungan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki (Brealey, Meyrs, dan Marcus; 2008:76). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(44)

LTDER = x 100% Ekuitas Total Panjang Jangka Hutang Total

3. Rasio Hutang – Aktiva (Debt to Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah total kewajiban dengan aktiva yang dimiliki perusahaan (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008: 76). Semakin tinggi angka rasio, maka resiko yang dihadapi perusahaan akan semakin besar (Hanafi, 2004: 44). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

DAR = x 100%

Aktiva Total Hutang Total

4. Rasio Hutang - Modal Jangka Panjang (Debt to Capitalization Ratio) Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah hutang jangka panjang perusahaan dengan total hutang jangka panjang ditambah ekuitas (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008: 75). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

LTDCR = x 100%

Panjang Jangka Kewajiban Ekuitas Total Panjang Jangka Hutang Total +

5. Rasio Tingkat Kemampuan Membayar Bunga (Times Interest Earned Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan EBIT untuk pembayaran bunga (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008: 76). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TIE =

Bunga Pembayaran


(45)

6. Rasio Cakupan Kas (Cash Coverage Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana bunga ditutup oleh arus kas dari operasi (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008: 77). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

CCR =

Bunga Pembayaran

Penyusutan

EBIT +

D. Return On Equity (ROE)

ROE dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya (Walsh, 2004:56).

Pada tingkat perusahaan individu, ROE yang baik akan mempertahankan kerangka kerja keuangan pada tempatnya untuk perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang. Untuk ekonomi secara keseluruhan, ROE dapat menggerakkan investasi di bidang industri, pertumbuhan produk nasional bruto (gross national product), lowongan atau kesempatan kerja, penerimaan pajak pemerintah dan sebagainya (Walsh, 2004: 58).


(46)

ROE merupakan hasil pengembalian atas ekuitas pemegang saham dengan mengukur laba yang diperoleh terhadap nilai bukunya. ROE menjadi salah satu unsur yang penting dalam pengambilan keputusan investasi. Rasio ini digunakan sebagai indikator ataupun sumber informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dilihat dari return yang diterima oleh investor dan tentang bagaimana perusahaan mengelola aktivanya.

Secara teoritis, semakin besar penggunaan hutang maka semakin meningkat ROE suatu perusahaan (Sartono,2001:124). Penggunaan hutang yang semakin besar dalam perusahaan oleh pemilik modal dipandang sebagai peningkatan resiko perusahaan. Artinya, apabila perusahaan meningkatkan hutang maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat resiko perusahaan. Resiko finansial adalah resiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang atau resiko yang ditimbulkan dari penggunaan hutang (financial leverage). Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan hutang adalah penggunaan hutang akan meningkatkan ROE hanya jika tingkat keuntungan pada aktiva (diukur dengan EBIT/TA) lebih besar dari biaya modal (biaya hutang).


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. BEI berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang stabil. Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta saat ini, oleh pemerintah Hinidia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi peusahaan-perusahaan Belanda yang beopeasi di Indonesia.

Meskipun pasar modal telah ada sejak 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah RI mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(48)

1) 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

2) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama perang dunia I. 3) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4) 1939 : Awal tahun 1939 karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djoyohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan adalah obligasi pemerintah Republik Indonesia (1950).

7) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda sehingga Bursa Efek semakin tidak aktif.

8) 1956 – 1977 : Perdagangan di bursa vakum.

9) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai


(49)

emiten pertama.

10)1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24 emiten. Masyarakat lebih memlilih instrumen perbankan dibanding kan instrumen pasar modal.

11)1987 : Ditandai denga hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 1987) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

12)1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing dan aktivitas bursa mulai mengalami peningkatan.

13)2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14)Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15)10 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu Bursa Efek Surabaya.


(50)

16)13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta dan BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17)22 Mei 1995 : Sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan siatem computer (Jakarta Automated Trading Systems).

18)10 Nov 1995 : Pemerintah mengeluarkan UU No.8 tahun 1945 tentang Pasar Modal. UU ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19)1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20)2000 : Sistem perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia.

21)2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (Remote Trading).

22)2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Gambaran Umum Sektor Industri Barang Konsumsi. 1) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

PT. Pilar Sejahtera Tbk didirikan pada 26 Januari 1990 dengan akta notaris Winanto Wiryomartani, SH dengan nama PT. Asia Intiselera. Perusahaan terdaftar di Bursa efek Indonesia pada tanggal 11 Juni 1997 dengan kode emiten


(51)

AISA dan termasuk dalam subsektor industri makanan dan minuman serta berfokus dalam industri mie. Kantor pusat perusahaan berada di Alun Graha Lantai 1 Jl. Prof. DR. Soepomo No.233 Jakarta Selatan. Komitmen perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan mampu memuaskan kebutuhan pasar membuat perusahaan berhasil meraih ISO 9001:2002 Certificate, HAACP Certificate, dan Halal Certificate. Pemegang saham utama perusahaan ini adalah HSBC – Fund Services Client A/C 500, PT Permata Handrawina Sakti, Primanex. Pte. Ltd., Pandawa Treasures. Pte. Ltd., dan Basinale Investment Ltd.

2) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963 dengan akta notaris No.69 oleh Anwar Mahajudin, SH. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 15 agustus 1990 dengan kode emiten HMSP dan bergerak dalam subsektor industri rokok. Kantor pusat perusahaan berada di One Pacific, Sudirman Central Business Distric (SCBD) Lantai 18 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta. HM Sampoerna menjadi perusahaan tembakau terkemuka di Indonesia dan menjadi industri rokok yang menghasilkan rokok “kretek” terkenal. Poduk utamanya yang terkenal antara lain Sampoerna Hijau, Sampoerna A-Mild dan rokok kretek yang melegenda Dji Sam Soe.Perusahaan ini juga secara langsung dan tidak langsung memiliki hak kepemilikan di perusahaan lain, seperti PT. Perusahaan Dagang dan Industri Panamas, PT. Sampoerna Printpack, PT. Handal Logistik Nusantara, PT. Asia Tembakau, PT. Sampoerna Air Nusantara, PT. Union Sampoerna Dinamika, PT. Taman Dayu, PT. Sampoerna Joo Lan, Bhd dan Sampoerna International Pte, Ltd.


(52)

3) PT. Ultra Jaya Milk & Trading Company Tbk.

PT. Ultra Jaya Milk & Trading Company Tbk didirikan dengan akta notaris Andasasmita Komar, SH pada tanggal 29 Desember 1971 di Bandung. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 2 juli 1990 dengan kode emiten ULTJ. Perusahaan ini begerak dalam subsektor industri makanan dan minuman, secara khusus minuman dalam kemasan yang diproses dengan teknologi UHT ( Ultra High Temperature) seperti susu, susu buah, minuman tradisional dan minuman kesehatan lainnya. Di samping itu juga memproduksi makanan, the kotak, buah tropis, susu bubuk dan susu aneka rasa. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Raya Cimareme Padalarang, Bandung Barat. Perusahaan secara langsung dan tidak langsung memiliki hak kepemilikan atas PT Nikkos Intertrade, PT. Nikkos Distribution Indonesia dan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan.

4) PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.

PT. Prasidha Aneka Niaga didirikan dengan nama PT. Aneka Bumi Asih pada 16 April 1974 dengan akta notaris Paul Tamara. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 18 Oktober 1994 dengan kode emiten PSDN. Perusahaan ini merupakan bagian dari subsektor industri makanan dan minuman. Perusahaan berfokus pada pengolahan dan perdagangan produksi pertanian. Kantor pusat perusahaan berada di Gedung Plaza Central Lt. 20 Jl. Jend. Sudirman No.47 Jakarta. Perusahaan ini secara langsung dan tak langsung memiliki kepemilikan atas PT. Anek Bumi Kencana, PT. Aneka Sumber Kencana, PT Lampung Sumber Kencana Pelleting Factory, PT.Surabaya Pelleting Company


(53)

PT. Tirtha Harapan Bali, dan PT. anek Coffee Industry. 5) PT. Tempo Scan Pacific Tbk.

PT. Tempo Scan Pacific Tbk didirikan pada tanggal 20 Mei 1970 atas akta notaris Ridwan Suselo, SH. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 17 Juni 1994 dengan kode emiten TSPC. Perusahaan termasuk dalam subsektor industri farmasi. Fokus operasi perusahaan adalah bisnis farmasi. Kantor pusat perusahaan berada di Gedung Bina Mulia Jl. HR Rasuna Said Kav. 11 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan ini adalah Bogamulia Nagadi sebesar 95,03%.

6) PT. Cahaya Kalbar Tbk.

PT. Cahaya Kalbar Tbk didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari 1968 atas akta notaris yang dikeluarkan oleh Mochamad Damiri. Perusahaan terdaftar di Bursa efek Indonesia pada tanggal 9 Juli 1996 dengan kode emiten CEKA dan termasuk dalam subsektor industri makanan dan minuman. Fokus operasi perusahaan adalah pengolahan minyak nabati dan miyak nabati khusus, dan perdagangan dalam ekspor – impor. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Industri Selatan Blok GG 1 Kawasan Industri Jababeka, Desa Pasar Sari, kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi. Perusahaan ini memiliki hak kepemilikan atas PT. Inticocoa Abadi Industri. Pemegang saham utama perusahaan ini adalah Tradesound Investment Limited sebesar 87,02%.

7) PT. Davomas Abadi Tbk.

PT. Davoma Abadi Tbk didirikan atas akta notaris Soetomo Ramlan, SH pada tanggal 14 Maret 1990. Perusahaan terdaftar di Bursa efek Indonesia pada


(54)

tanggal 22 Desember 1994 dengan kode emiten DAVO dan termasuk dalam subsektor industri makanan dan minuman. Fokus operasi perusahaan adalah industri minyak nabati dan pengolahan kakao. Kantor pusat perusahaan berada di Plaza BII- Menara III Lantai 9, Jl. MH Thamrin No. 51 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan adalah Hassocks Enterprises Limited, PT Citi Pacific Securities, Caterpillar Associates Limited, Lehman Brother Investment Pte. Ltd, Krigler Holdings Limited, Polar Cap Investment Limited.

8) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan dengan nama asli PT. Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 atas akta notaris Benny Kristianto, SH. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Juli 1994 dengan kode emiten INDF. Fokus operasi perusahaan adalah makanan dan minuman terutama dalam bentuk mie instant. Kantor pusat perusahaan berada di Sudirman Plaza Indofood Tower Lt.27 Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78 Jakarta. Perusahaan ini menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia dalam produksi mie instant, tepung, dan margarine. Pemegang saham utama perusahaan adalah Cab Holdings Limited sebesar 50,05%.

9) PT. Kalbe Farma Tbk.

PT. Kalbe Farma Tbk didirikan atas akta notaries Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo pada tanggal 10 September 1966. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 30 Juli 1991 dengan kode emiten KLBF dan termasuk dalam subsektor industri farmasi. Fokus operasi perusahaan adalah pengolahan dan distribusi produk farmasi (untuk manusia dan hewan). Kantor pu-


(55)

sat perusahaan berada di Gedung KALBE Let. Jend. Soeprapto Kav. 4 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan antara lain UBS AG Singapore Non-Treatury Omnibus Account, PT Santa Seha Sanadi, PT Gira Sole Prima, PT Diptanala Bahana, PT Ladang Ira Panen, dan PT Bina Arta Charisma.

10)PT. Mustika Ratu Tbk.

Mustika Ratu Tbk didirikan atas akta notaris G.H.S Loemban Tobing, SH pada tanggal 14 Maret 1978. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 27 Juli 1995 dengan kode emiten MRAT. Fokus utama operasi perusahaan adalah industri kosmetik, jamu tradisional, dan minuman kesehatan. Kantor pusat perusahaan berada di Graha Mustika Ratu Lt PH Jl. Gatot Subroto Kav. 74-75 Jakarta. Perusahaan ini memiliki kepemilikan langsung dan tak langsung terhadap PT. Mustika Ratubuana International, PT. Mustika Ratu (M) Sdn. Bhd, PT. Mustika Ratu Properties (M) Sdn. Bhd, PT. Mustika Ratu International Laboratories, dan PT. Paras Cantik Kenanga.

11)PT. Mayora Indah Tbk.

PT. Mayora Indah Tbk didirikan atas akta notaris Poppy Savitry Parmanto, SH dan Ridwan Suselo, SH pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 4 Juli 1990 dengan kode emiten MYOR. Fokus operasi perusahaan adalah industri makanan, permen, dan biskuit. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Tomang Raya No. 21-23 Jakarta. Perusahan memiliki kepemilikan langsung dan tak langsung pada PT. Sinar Pangan Barat, PT. Sinar Pangan Timur, Mayora Nederland B.V., PT. Torabika Eka Semesta, dan PT. Kakao Mas Gemilang.


(56)

12)PT. Pyridam Farma Tbk.

PT. Pyridam Farma Tbk didirikan atas akta notaris Kie Tan Thong pada tanggal 27 November 1976. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2001 dengan kode emiten PYFA. Fokus operasi perusahaan adalah industri farmasi, plastik, peralatan kesehatan, dan industri kimia lain. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Kemandoran VIII No.16 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan adalah PT Pyridam Internasional, Rani Tjandra, dan Sarkri Kosasih.

13)PT Bentoel Internasional Investama Tbk.

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk didirikan dengan akta notaris Misahardi Wilamarta, SH pada tanggal 11 April 1987 di Jakarta. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 5 Maret 1990. Fokus operasi perusahaan adalah pengangkutan, percetakan, multimedia melalui perangkat satelit dan perangkat telekomunikasi lainnya, jasa dan industri. Perusahaan ini juga menjadi perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan rokok. Kantor pusat perusahaan berada di Plaza Bapindo, Citibank Tower Lantai 2 Jl. Jendral Sudirman Kav. 54-55 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan adalah British American Tobacco, HSBC – Fund Services Clients, dan British American Tobacco (Investment) Ltd.

14)PT. Sekar Laut Tbk.

PT. Sekar Laut Tbk didirikan dengan akta notaris Soetjipto, SH di Surabaya pada tanggal 19 Juli 1976. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 September 1993 dengan kode emiten SKLT. Fokus operasi


(57)

perusahaan adalah industri makanan ringan, saus, bumbu siap pakai dan memperdagangkan produk di dalam dan luar negeri. Kantor pusat perusahaan berada di Wisma Nugra Santana Lantai 7, Suite 707 Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8 Jakarta. Perusahaan ini memiliki kepemilikan 99,99% atas PT. Pangan Lestari. Pemegang saham utama perusahaan adalah Omnistar Investment Holdings Limited, Alamiah Sari, Malvina Investment Limited, Shadforth Investment Limited, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.


(58)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi Return on Equity (ROE) 1. Deskripsi Nilai Variabel Debt to Asset Ratio pada Perusahaan Sektor

Industri Barang Konsumsi periode 2006-2009. Tabel 4.1

Debt to Asset Ratio Sektor Industri Barang Konsumsi

Periode 2006-2009

No. Emiten

DAR 2006 (%) DAR 2007 (%) DAR 2008 (%) DAR 2009 (%)

Rata – Rata (%)

1 AISA 61.84 45.18 136.88 33.01 69.23

2 CEKA 14.28 32.19 44.38 72.52 40.84

3 DAVO 49.97 57.95 86.23 67.20 65.34

4 HMSP 12.64 14.60 86.57 16.86 32.67

5 INDF 39.31 37.66 104.38 36.08 54.36

6 KLBF 7.51 6.11 122.82 4.98 35.35

7 MRAT 1.81 1.65 109.67 1.50 28.66

8 MYOR 17.96 20.32 88.38 22.99 37.41

9 PSDN 45.79 48.70 94.02 51.80 60.08

10 PYFA 14.57 17.23 84.57 20.37 34.19

11 RMBA 20.80 35.88 57.98 61.88 44.14

12 SKLT 16.63 17.01 97.78 17.39 37.20

13 TSPC 1.26 0.93 135.89 0.68 34.69

14 ULTJ 28.46 29.34 97.01 30.24 46.26

Rata - Rata / Thn 23.77 26.05 96.18 31.25 44.32 Sumber:

Tabel 1.1 menunjukkan tingkat rasio DAR yang dimiliki perusahaan di sektor industri barang konsumsi selama periode 2006-2009. Debt to Asset Ratio (DAR) adalah perbandingan antara tingkat hutang dengan tingkat aktiva yang dimiliki perusahan. Secara umum selama periode penelitian emiten AISA merupakan emiten yang memiliki tingkat rasio DAR yang paling tinggi yakni de-


(59)

ngan rata-rata sebesar 69,23%. Sedangkan penggunaan hutang yang paling besar untuk membiayai aktiva pada Sektor Industri Barang Konsumsi terjadi di tahun 2008 yakni rata-rata sebesar 96,18%.

Pada tahun 2006 emiten yang paling banyak menggunakan hutang untuk membiayai aktivanya adalah emiten DAVO sebesar 49,97%. Sedangkan emiten yang paling sedikit menggunakan hutang adalah emiten TSPC sebesar 1,26%. Selama tahun 2006, rata-rata penggunaan hutang untuk membiayai aktiva adalah sebesar 23,77%.

Pada tahun 2007 emiten DAVO tetap menjadi emiten yang paling besar menggunakan hutang untuk membiayai aktivanya. Penggunaan hutang di tahun 2007 meningkat sebesar 16 % dibanding tahun sebelumnya. TSPC juga masih tetap menjadi emiten yang paling kecil menggunakan hutang untuk membiayai aktiva. Emiten ini juga mengurangi penggunaan hutang dimana penggunaan hutang adalah sebesar 0,93% atau turun sebesar 27% dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata penggunaan hutang dibanding tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 9,6%.

Pada tahun 2008 secara umum perusahaan di sektor industri barang konsumsi mengalami peningkatan penggunaan hutang dimana rata-rata penggunaan hutang berada di atas 50%. Peningkatan penggunaan hutang yang paling drastis terjadi pada emiten TSPC dimana rasio DAR mengalami peningkatan dari 0,93% menjadi 135,89%. Emiten CEKA merupakan emiten yang paling rendah rasio DARnya yakni sebesar 44,38%. Rata-rata penggunaan hutang untuk membiayai aktiva selama tahun 2008 adalah sebesar 96,18%.


(1)

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LnDAR LnDER LnLTDER

1 1 3.449 1.000 .01 .00 .00 .01

2 .482 2.675 .08 .00 .00 .36

3 .067 7.194 .83 .02 .01 .49

4 .003 35.800 .08 .98 .99 .14

a. Dependent Variable: LnROE

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.8882 3.1463 2.2759 .24927 56

Std. Predicted Value -1.555 3.492 .000 1.000 56

Standard Error of Predicted

Value .153 .625 .251 .088 56

Adjusted Predicted Value 1.9082 3.2820 2.2840 .26711 56

Residual -4.31647 1.77114 .00000 .96692 56

Std. Residual -4.341 1.781 .000 .972 56

Stud. Residual -4.473 1.804 -.004 1.000 56

Deleted Residual -4.58266 1.81709 -.00806 1.02300 56

Stud. Deleted Residual -5.647 1.845 -.024 1.107 56

Mahal. Distance .315 20.730 2.946 3.426 56

Cook's Distance .000 .308 .014 .041 56

Centered Leverage Value .006 .377 .054 .062 56

a. Dependent Variable: LnROE

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 55

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .97557841

Most Extreme Differences Absolute .098

Positive .055

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .728

Asymp. Sig. (2-tailed) .664

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

LAMPIRAN 3


(4)

PERHITUNGAN STATISTIK SECARA SPSS SETELAH DER

DIHAPUS DARI MODEL PENELITIAN

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LTDER, DARa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROE

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .676a .457 .436 14.56638 1.637

a. Predictors: (Constant), LTDER, DAR b. Dependent Variable: ROE

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9456.228 2 4728.114 22.284 .000a

Residual 11245.507 53 212.179

Total 20701.734 55

a. Predictors: (Constant), LTDER, DAR b. Dependent Variable: ROE

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant

) 15.904 3.431 4.636 .000

DAR .172 .161 .176 1.070 .289 .377 2.652

LTDER -.184 .038 -.806 -4.891 .000 .377 2.652

a. Dependent Variable: ROE

Coefficient Correlationsa

Model LTDER DAR

1 Correlations LTDER 1.000 -.789

DAR -.789 1.000

Covariances LTDER .001 -.005

DAR -.005 .026


(5)

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) DAR LTDER

1 1 2.414 1.000 .04 .02 .04

2 .497 2.205 .34 .00 .27

3 .089 5.202 .62 .98 .70

a. Dependent Variable: ROE

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 14.29908250

Most Extreme Differences Absolute .123

Positive .123

Negative -.093

Kolmogorov-Smirnov Z .923

Asymp. Sig. (2-tailed) .362

a. Test distribution is Normal. b. Tabel calculated from data.

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -2.47631

Cases < Test Value 28

Cases >= Test Value 28

Total Cases 56

Number of Runs 23

Z -1.618

Asymp. Sig. (2-tailed) .106

a. Median Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.590 2.221 4.768 .000

DAR -.053 .104 -.112 -.511 .611

LTDER .029 .024 .259 1.180 .243


(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -57.1951 19.4904 11.1871 13.11226 56

Std. Predicted Value -5.215 .633 .000 1.000 56

Standard Error of Predicted

Value 2.023 10.818 3.049 1.451 56

Adjusted Predicted Value -65.1444 19.8813 11.3245 13.01965 56

Residual -3.39581E1 47.15503 .00000 14.29908 56

Std. Residual -2.331 3.237 .000 .982 56

Stud. Residual -2.832 3.280 -.005 1.023 56

Deleted Residual -5.01138E1 48.40329 -.13747 15.67658 56

Stud. Deleted Residual -3.045 3.639 .003 1.066 56

Mahal. Distance .079 29.356 1.964 4.414 56

Cook's Distance .000 1.272 .037 .171 56

Centered Leverage Value .001 .534 .036 .080 56


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Pengaruh Leverage terhadap Return On Equity Pada Industri Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

1 37 78

Pengaruh Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

15 205 88

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 27 126

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 9

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) (Studi Pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 0 15