BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya persaingan di tengah globalisasi menuntut manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan survive,
bertumbuh growth dan memperoleh laba yang berkesinambungan secara efektif dan efisien. Perusahaan juga dituntut untuk lebih inovatif dan mampu beradaptasi
dengan berbagai perubahan, baik perubahan dalam kondisi ekonomi maupun politik. Hal ini dilakukan agar tujuan untuk mengoptimalkan kekayaan pemegang
saham optimizing shareholder wealth melalui kebijakan investasi, kebijakan pendanaan,dan kebijakan dividen yang tercermin dari harga pasar saham dapat
tercapai dengan resiko yang dapat diminimalkan Sartono, 2001:4. Tingkat resiko dan return saham merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan calon investor sebelum mengambil keputusan investasi. Return saham dan resiko berhubungan secara linier dengan leverage yang akan
digunakan perusahaan. Apabila resiko tinggi maka para pemegang saham akan meminta return saham yang tinggi pula, disamping itu penggunaan leverage juga
dapat mempengaruhi nilai perusahaan . Return on Equity ROE merupakan indikator return yang sering kali
menjadi perhatian para calon investor. Return on Equity ROE menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemiliknya. ROE
menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimum
kan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Semakin tinggi
ROE maka semakin tinggi penghasilan yang diterima pemilik perusahaan Sartono, 2001:124.
Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi
perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan
persahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut pada
akhirnya akan menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya Walsh, 2004: 56.
Besarnya return yang mampu diberikan perusahaan bagi pemilik dan pemegang sahamnya dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan. Upaya
manajemen perusahaan untuk mendapatkan laba secara efektif dan efisien membutuhkan ketersediaan dana yang cukup untuk membeli aktiva tetap,
persediaan barang jadi, penjualan dan pembelian surat berharga baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang
dibutuhkan perusahaan ini dapat bersumber dari pemilik perusahaan modal sendiri maupun dari pinjaman hutang. Keputusan menambah modal dengan
menerbitkan hutang akan meningkatkan jumlah investasi, dengan harapan peningkatan investasi akan meningkatkan keuntungan dan pengembalian
dibanding jika mengandalkan modal sendiri.
Perusahaan yang menggunakan hutang dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki leverage. Leverage dapat didefenisikan sebagai
penggunaan aktiva atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Hutang sebagai salah satu
alternatif pendanaan termasuk dalam kategori financial leverage Brigham dan Houston, 2001:14. Financial Leverage dapat didefenisikan sebagai pendanaan
dengan hutang yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dampak dari perubahan dalam laba operasi terhadap pengembalian untuk pemegang saham.
Semakin besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan akan mengindikasikan bahwa financial leverage yang dimiliki perusahaan juga semakin besar
Brealey,Meyrs, dan Marcus; 2008: 10. Debt to Equity Ratio DER, Debt to Asset Ratio DAR, dan Long Term
Debt to Equity Ratio LTDER merupakan rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar financial leverage yang ditanggung
perusahaan Sartono,2001: 267. DER menunjukkan hubungan antara jumlah total pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik modal perusahaan. DAR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan. LTDER
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang melalui modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio mengindikasikan bahwa
financial leverage juga semakin tinggi. Brigham dan Houston 2001: 16 menyatakan bahwa penggunaan hutang
pada umumnya akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk
suatu investasi, tetapi juga akan meningkatkan resiko. Tingkat pengembalian akibat penggunaan financial leverage dapat dilihat dari besarnya Return on Equity
ROE. Ross, Jordan, dan Westerfield 2000:491 menyatakan bahwa ” The effect
of financial leverage depends on the company’s EBIT. When EBIT is relatively high, leverage is beneficial. Under the expected scenario, leverage increases the
returns to shareholders, as measured by both ROE and EPS”. Artinya, efek dari penggunaan financial leverage tergantung pada EBIT Earning Before Interest
and Tax yang dimiliki perusahaan. Ketika EBIT yang dimiliki tinggi, maka leverage yang digunakan menguntungkan. Hal diatas memberikan gambaran
bahwa peningkatan leverage akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham yang dapat dilihat dari besarnya Earning per
Share EPS dan Return on Equity ROE. Sektor barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia. Kinerja dari sektor ini menarik untuk diikuti mengingat sektor ini merupakan salah satu sektor yang memiliki prospek bagus dan diminati
para investor. Sektor barang konsumsi terdiri atas lima subsektor yakni industri makanan dan minuman, industri farmasi, industri rokok, perusahaan kosmetik dan
keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga. Jumlah seluruh emiten yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi berjumlah 35 perusahaan.
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari situs www.vibizportal.com, pada triwulan I 2010 Sektor Industri Barang Konsumsi
masih tetap menjadi sektor yang tumbuh paling tajam dibanding sektor lain yang
ada di BEI. Pertumbuhan saham sektoral sepanjang semester I 2010 dapat dilihat pada Gambar1.1.
Gambar 1.1 Kinerja Saham Sektoral Semester I 2010 Sumber : www.vibizportal.com
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa sektor industri barang konsumsi, aneka industri dan manufaktur menjadi tiga sektor yang memiliki posisi kuat di semester
I 2010. Kinerja sektor industri barang konsumsi yang semakin menguat tak lepas dari dukungan emiten yang tergabung di dalamnya. Di semester I 2010, emiten
yang memberi pengaruh cukup besar dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Harga Saham Beberapa Emiten Sektor Barang Konsumsi Semester I 2010.
Sumber : www.vibizpotal.com
Prestasi yang diraih oleh sektor barang konsumsi ini tentunya tak lepas dari kebijakan yang diambil oleh manajer masing-masing perusahaan dalam hal
pendanaan perusahaan. Keputusan pendanaan dapat mencakup penggunaan modal sendiri ataupun menambahkan modal eksternal yang diperoleh dari penggunaan
hutang. Sebagaimana yang dikemukakan Walsh 2004:123 bahwa penggunaan hutang yang semakin tinggi akan meningkatkan profitabilitas, kemudian
menaikkan harga saham, sehingga meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan membangu potensi pertumbuhan yang lebih besar. Adapun penggunaan
hutang dan tingkat laba beberapa emiten yang tergabung dalam Sektor Industri Barang Konsumsi dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Penggunaan Hutang dan Tingkat Laba Beberapa Emiten
Sektor Industri Barang Konsumsi dalam Jutaan Rupiah
Nama Emiten 2007
2008 2009
Total Hutang
Laba Total
Hutang Laba
Total Hutang
Laba
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
358.133 15.761
560.876 28.686
818.764 37.787
Davomas Abadi Tbk
2.241.722 208.456 2.555.093
-510.652 2.082.605 -226.749
Kalbe Farma Tbk 314.118
705.694 405.504
706.822 340.678
929.004 HM Sampoerna
Tbk 2.288.735 3.624.018 2.165.930 3.895.280
882.344 5.087.339 Mustika Ratu Tbk
5.202 11.131
4.161 22.291
5.019 21.017
Sumber: www.idSaham.com, data diolah.
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penggunaan hutang financial leverage yang dilakukan beberapa emiten yang tergabung dalam sektor industri
barang konsumsi tidak selalu meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan berdasarkan teori yang ada, hutang diharapkan dapat meningkatkan laba sehingga
tingkat pengembalian bagi pemilik perusahaan juga meningkat.
Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih
lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah ”Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity ROE
Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah