1 Pengertian Sosial Ekonomi Rumah Tangga

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Sosial Ekonomi Rumah Tangga

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Status sosial ekonomi orangtua sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan individu yang lain. Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya. Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok dimana dia berada. Menurut Phil Astrid S. Susanto 1985 mengatakan bahwa “Perkataan sosial telah mendapat banyak interprestasi, walaupun demikian orang berpendapat bahwa perkataan ini mencapai reciprocal behaviour atau perilaku yang saling mempengaruhi dan saling tergantungnya manusia satu sama lain”. Universitas Sumatera Utara 13 Dalam kehidupan berkeluarga, peranan orangtua sangat menentukan dalam proses pemenuhan kebutuhan lahir dan batin misalnya untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif bagi anggota keluarganya. Dalam hal ini orangtua harus memiliki tanggung jawab yang besar, dengan kata lain bahwa orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari sering disebut bapak dan ibu. Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi sipembawa statusnya, misalnya: pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan. Soekunto, 1987:181 Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan pekerjaan. Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang, sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar. Pengertian ekonomi sangat berhubungan dengan usaha-usaha yang nyata dalam bentuk pekerjaan. Pekerjaan memberikan pendapatan atau penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Poewadarminta 1996 pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam Universitas Sumatera Utara 14 mencapai cita - cita kemakmuran. Dalam pencapaian ini orangtua memiliki peran utama sebab mereka adalah sepasang suami isteri yang terdiri dari seorang ibu dan bapak yang memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka atau keluarga mereka. Hingga saat ini kita hanya mengandalkan dua sumber data ketika membicarakan masalah kemiskinan. Data SusenasBPS dan daea keluarga pra- sejahtera BKKBN. Dari kedua lembaga yang berbeda ini tentu kita mendapatkan informasi yang berbeda juga tentang data jumlah warga masyarakat miskin. Diantaranya, data versi BPS tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah warga miskin sebanyak 16,6 dari jumlah penduduk Indonesia dan versi BKKBN sebanyak 30 dari jumlah masyarakat Indonesia. Kedua versi data ini memang bisa kita percaya secara ilmiah namun keduanyapun juga memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam kegunaannya. BPS dalam pelaksanaannya menggunakan metode teknik sampling sehingga menjadi sulit untuk menentukkan dimana letak keluarga miskin tersebut berada. Data yang dihasilkan dari kedua lembaga diatas seperti membuat kita masih terus mengernyitkan kening. Rasanya pemerintah telah lama mencanangkan program pembangunan dalam rangka mengentaskan kemiskinan tetapi justru jumlah masyarakat miskin tidak pernah berkurang. Kita akan lebih tercengang lagi ketika kita memunculkan data berdasarkan indicator internasional seperti yang terdefinisi miskin dalam kategori Millenium Development Goals MDGs yang menyatakan bahwa warga miskin yang berpendapatan dibawah satu dollar AS setiap harinya. Kita juga dapat memperoleh data dari Asian Development Bank, yang menyatakan bahwa warga miskin di Indonesia tahun 1999 totalnya sebanyak Universitas Sumatera Utara 15 23,4 dari jumlah masyarakat Indonesia. POperty Statistic, 2005:1. Bahkan bila kita menggunakan data garis kemiskinan yang ditetapkan HBank Dunia tersebut yaitu sebsesar US 2 perkapita perhari Suharto, 2005: 19, setelah dikonversi ke dalam rupiah sekitar Rp. 540.000, sehingga dapat kita asumsikan bahwasanya jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 60 dari total keseluruhannya. Jumlah warga miskin juga pada setiap kali kemunculannya selalu berubah satu sama lain selalu berbeda. Sudah barang tentu hal ini menuntut adanya criteria atau indicator yang sama bagi keluarga miskin yang benar-benar tepat memberikan petunjuk untuk bisa mendapatkan data akurat. Siapapun yang mengukurnya akan mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Data ini bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, tidak hanya kepentingan sesaat saja seperti: kampanye dalam pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan lainnya. Banyak kalangan menyadari bahwa tidak mudah membuat kesepakatan indikator kemiskinan ini. Sudah saatnya kita memiliki data yang berasal dari suatu lembaga, seperti BPS, dengan dukungan sumber daya yang ada atau yang bekerja sama dengan pemerintah daerah secara formal. Data yang dihasilkan tidak hanya mampu memprediksi saja, tetapi data yang berasal dari BPS benar-benar nyata optimal. Data ini juga secara transparan bisa dicek dan ricek oleh semua kalangan. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai BLT BPS telah menetapkan 14 kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, yaitu antara lain: Universitas Sumatera Utara 16 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2. 2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. 3 Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambukayu berkualitas rendah. 4 Tidak memiliki fasilitas WC dalam rumah tangga pribadi. 5 Sumber penerangan tidak memakai listrik 6 Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungisungaiair hujan. 7 Bahan bakar memasak sehari-hari adalah kayu bakerarangminyak tanah. 8 Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu. 9 Hanya mampu membeli baju sekali dalam setahun. 10 Hanya mampu makan 1-2 kali dalam sehari. 11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di PuskesmsPoliklinik. 12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: Petani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, Nelayan, Buruh bangunan, buruh kebun, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan. 13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah ataupun tidak tamat SD. 14 Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.00, seperti: Handpone, Sepeda Motor, Emas, Hewan ternak, Kapal motor. Universitas Sumatera Utara 17 Berdasrkan criteria diatas, maka rumah tangga yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan langsung tunai BLT adalah: 1 Rumah tangga yang tidak memenuhi criteria tersebut diatas 2 PNS, TNI, Polri baik yang aktif maupun tidak aktif 3 Pengungsi yang diurus oleh pemerintah 4 Pendudk yang tidak memiliki tempat tinggal Dengan menggunakan kriteria-kriteria diatas tersebut, BPS telah berhasil mendata keluarga miskin sebanyak 14.277.012 KK. Setelah data itu direalisasikan dalam pelaksanaan BLT ternyata masih terdapat kelemahan dan kekurangan. www.gatra.com.2005 . Indikator yang telah ditetapkan oleh BPS memang belum cukup untuk memberi batasan seseorang atau keluarga itu berada didalam atau diluar garis batas kemiskinan. Sebagai mahluk sosial anggota keluarga harus dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang baik, ini berarti diantara anggota keluarga harus bisa berinteraksi sosial dengan baik satu dengan yang lainya. Universitas Sumatera Utara 18

2. 2 Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Pola Makan Anak Balita