PROSEDUR PENGUJIAN EMISI GAS BUANG

Gambar 3.5 Diagram Alir Pengujian Performansi Motor Diesel

3.7 PROSEDUR PENGUJIAN EMISI GAS BUANG

Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO, UHC, CO 2 , dan O 2 yang terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian performansi motor diesel, di mana gas buang yang dihasilkan pada saat pengujian diukur untuk mengetahui kadar emisi dalam gas buang. Pengujian emisi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat Autologic Gas Analizer. Mulai  Volume Uji bahan bakar: 100 ml  Temperatur udara: 27 O C  Tekanan udara: 1 bar  Putaran: n rpm  Beban: L kg  Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar  Mencatat torsi  Mencatat temperatur gas buang  Mencatat tekanan udara masuk mm H 2 O Menganalisa data hasil pembacaan alat ukur dengan rumus empiris Mengulang pengujian dengan beban, putaran yang berbeda Selesai Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6 Autologic Gas Analizer Diagram alir pengujian emisi gas buang motor diesel yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar 3.7 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.7 Diagram Alir Pengujian Emisi Gas Buang Motor Diesel Mulai Menyambungkan perangkat Autologic Gas Analizer ke komputer Mengosongkan kandungan gas dalam Autologic Gas Analizer Memasukkan gas fitting ke dalam knalpot motor bakar Menunggu kira-kira 2 dua menit hingga pembacaan stabil dan melihat tampilannya di komputer Mengulang pengujian dengan beban dan putaran yang berbeda Selesai Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 PENGUJIAN NILAI KALOR BAHAN BAKAR

Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan T 1 dan T 2 yang telah diperoleh pada pengujian bom kalorimeter selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas high heating value, HHV bahan bakar dengan persamaan berikut: HHV = T 2 – T 1 – T kp x Cv di mana: HHV = nilai kalor atas bahan bakar kJkg T 1 = temperatur air pendingin sebelum penyalaan C T 2 = temperatur air pendingin sesudah penyalaan C T kp = kenaikan temperatur akibat kawat penyala 0,05 C Cv = panas jenis bom kalorimeter 73529,6 kJkg . C Hasil dari perhitungan nilai kalor atas bahan bakar HHV pada pengujian ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi C f . Faktor koreksi C f tersebut didapat dari perbandingan antara nilai kalor atas HHV solar murni standar 40297,32 kJkg dengan nilai kalor atas rata-rata HHVrata-rata solar murni yang telah diuji dengan bom kalorimeter sebesar 66911,936 kJkg. Jadi, nilai faktor koreksi C f didapat sebesar: C f = kg kkal kg kkal 936 , 66911 32 , 40297 = 0,6. Pada pengujian pertama bahan bakar solar murni, diperoleh: T 1 = 26,65 C T 2 = 27,75 C maka, HHV solar murni = 27,75 – 26,65 – 0,05 x 73529,6 x C f = 77206,080 x 0,6 = 46323,648 kJkg. Pada pengujian pertama bahan bakar 4L solar + 1L biodiesel, diperoleh: T 1 = 24,09 C T 2 = 25,12 C Universitas Sumatera Utara