• Pada kondisi penambahan beban pada putaran poros konstan akan terjadi penambahan kandungan oksigen yang terikat pada biodiesel sebanding dengan penambahan massa bahan
bakar, hal ini akan menyebabkan semakin banyak bahan bakar yang terbakar dan daya efektif yang lebih besar sehingga meningkatkan efisiensi termal.
Perbandingan efisiensi termal untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut.
Gambar 4.7 Grafik Ef. Termal vs Putaran rpm untuk Beban 10 kg dan 25 kg
4.3 PENGUJIAN EMISI GAS BUANG
Dalam pengujian emisi gas buang ini, ada beberapa zat yang harus dibahas dan dicatat karena dampaknya yang sangat berarti bagi lingkungan sekitar. Data yang didapat pada pengujian
emisi gas buang ini merupakan hasil pembacaan dari alat Autologic Gas Analizer.
4.3.1 Carbon Monoksida CO
Data hasil pembacaan kadar CO dalam gas buang dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 berikut ini.
20 40
60 80
100 120
1000 1400
1800 2200
2600 2800
EF IS
IEN S
I T ER
M A
L
PUTARAN rpm
EFISIENSI TERMAL vs PUTARAN
Solar Murni 10 kg 4L Solar + 1L Biodiesel 10 kg
5L Solar + 0,5L Biodiesel 10 kg
6L Solar + 1,5L Biodiesel 10 kg
Solar Murni 25 kg
4L Solar + 1L Biodiesel 25 kg 5L Solar + 0,5L Biodiesel 25
kg 6L Solar + 1,5L Biodiesel 25
kg
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Kadar CO dalam Gas Buang
Beban kg
Putaran rpm
KADAR CO
Solar Murni
4L Solar +
1L Biodiesel 5L Solar
+ O,5L Biodiesel
6L Solar +
1,5L Biodiesel
10 1000
0,042 0,060
0,055 0,054
1400
0,071 0,072
0,061 0,076
1800 0,074
0,086 0,090
0,088
2200 0,081
0,097 0,093
0,084
2600
0,069 0,098
0,092 0,095
2800 0,066
0,090 0,084
0,099
25 1000
0,048 0,089
0,070 0,092
1400 0,064
0,050 0,073
0,051
1800
0,087 0,093
0,095 0,094
2200 0,099
0,098 0,086
0,098
2600 0,099
0,082 0,083
0,084
2800 0,100
0,097 0,084
0,100 • CO muncul akibat kurang optimalnya proses pembakaran sehingga bahan bakar tidak terbakar
sempurna karena kekurangan oksigen. • Hal ini terjadi bila campuran bahan bakar lebih banyak dibanding campuran stoikiometris, dan
terjadi pada saat beban rendah dan output maksimum saat akselerasi. Perbandingan CO yang terdapat dalam gas buang masing-masing pengujian dapat dilihat
pada gambar 4.8 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Grafik Kadar CO vs Putaran rpm untuk Beban 10 kg dan 25 kg
4.3.2 Unburned Hidro Carbon UHC
Data hasil pembacaan kadar UHC dari gas buang dapat dilihat seperti pada tabel 4.10 berikut ini.
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1 0,12
1000 1400
1800 2200
2600 2800
C O
PUTARAN rpm
CO vs PUTARAN
Solar Murni 10 kg 4L Solar + 1L Biodiesel 10 kg
5L Solar + 0,5L Biodiesel 10 kg 6L Solar + 1,5L Biodiesel 10 kg
Solar Murni 25 kg 4L Solar + 1L Biodiesel 25 kg
5L Solar + 0,5L Biodiesel 25 kg 6L Solar + 1,5L Biodiesel 25 kg
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Kadar UHC dalam Gas Buang
Beban kg
Putaran rpm
KADAR UHC ppm
Solar Murni
4L Solar +
1L Biodiesel 5L Solar
+ O,5L Biodiesel
6L Solar +
1,5L Biodiesel
10 1000
8 8
12 13
1400
6 9
12 12
1800 13
15 17
18
2200 12
20 17
15
2600
7 24
23 20
2800 8
25 21
24
25 1000
6 9
18 23
1400 8
8 11
10
1800
13 16
16 17
2200 18
22 20
21
2600 21
16 13
15
2800 21
21 13
19 • UHC timbul tidak hanya karena campuran bahan bakar udara yang kaya konsumsi bahan
bakar lebih besar dibanding udara, tetapi bisa juga karena campuran miskin pada suhu pembakaran rendah dan lambat, misalnya pada saat idel motor berputar bebas atau waktu
pemanasan. • Tidak sempurnanya pembakaran di mana bahan bakar tidak terbakar seluruhnya karena
kekurangan udara akan menyebabkan timbulnya UHC. Motor diesel adalah motor yang memanfaatkan tekanan udara kompresi yang tinggi untuk proses pembakaran.
Perbandingan kadar UHC yang terdapat dalam gas buang masing-masing pengujian dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Grafik Kadar UHC ppm vs Putaran rpm untuk Beban 10 kg dan 25 kg
4.3.3 Carbon Dioksida CO