TEORI PEMBAKARAN NILAI KALOR BAHAN BAKAR

2.2 TEORI PEMBAKARAN

Pembakaran adalah reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan digabungkan dengan oksigen, menimbulkan panas sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas. Elemen mampu bakar combustable yang utama adalah karbon dan hidrogen, elemen mampu bakar yang lain namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah belerang. Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran diperoleh dari udara yang merupakan campuran dari oksigen dan nitrogen. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan menjadi elemen komponennya, yaitu hidrogen dan karbon, masing-masing elemen bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah. Hidrogen bergabung dengan oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida hanya menghasilkan 30 panas dibandingkan panas yang timbul oleh pembentukan karbon dioksida.

2.3 NILAI KALOR BAHAN BAKAR

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar calorific value. Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah. Nilai kalor atas High Heating Value, HHV, merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter di mana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Besarnya nilai kalor atas HHV bahan bakar dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini: HHV = T 2 – T 1 – Tkp x Cv...................2.9 Lit. 5 hal. 12 di mana: HHV = nilai kalor atas bahan bakar kJkg T 1 = temperatur air pendingin sebelum penyalaan o C T 2 = temperatur air pendingin sesudah penyalaan o C Tkp = kenaikan temperatur akibat kawat penyala 0,05 o C Cv = panas jenis bom kalorimeter 73529,6 kJkg Nilai kalor bawah Low Heating Value, LHV, merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen H dalam bahan bakar cair berkisar 15 , yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian Universitas Sumatera Utara merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya. Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada di dalam bahan bakar. Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kNm 2 tekanan yang umum timbul pada gas buang adalah sebesar 2400 kJkg, sehingga besarnya nilai kalor bawah LHV dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: LHV = HHV – Q lc ....................2.10 Lit. 5 hal. 6 di mana: LHV = nilai kalor bawah bahan bakar kJkg Q lc = kalor laten kondensasi uap air kJ Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah LHV dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan motor tidak terjadi pengembunan uap air. Namun, dapat juga menggunakan nilai kalor atas HHV karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME American Society of Mechanical Engineers menentukan penggunaan nilai kalor atas HHV, sedangkan peraturan SAE Society of Automotive Engineers menentukan penggunaan nilai kalor bawah LHV.

2.4 BAHAN BAKAR DIESEL