Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan.
Apabila butir–butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan ke dalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka akan menyebabkan
terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada di
dalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat di mana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan, yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk
akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.
b. Unburned Hidro Carbon UHC
Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah
dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas idle atau
waktu pemanasan. Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan
penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang
melalui celah antara silinder dari torak masuk ke dalam poros engkol, yang disebut dengan blow by gasses gas lalu. Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang
mengandung hidrokarbon. Hal ini pada mesin diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara - bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.
c. Carbon Monoksida CO
Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida CO sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida CO
2
sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa
dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar kira–kira 85 dari berat dan sisanya hidrogen terbakar
tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara - bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling pada beban rendah atau
pada output maksimum.
Universitas Sumatera Utara
2.7 PENGENDALIAN EMISI GAS BUANG
Tingkat polusi udara dari mesin kendaraan tidak hanya dipengaruhi oleh teknologi pembakaran yang diterapkan dalam sistem itu saja, tetapi juga besar dipengaruhi oleh mutu bahan
bakar yang dipakai. Dari segi kualitas bahan bakar, Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara– negara lain. Emisi gas yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor pada umumnya
berdampak negatif terhadap lingkungan. Ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain:
1. Menyeimbangkan campuran udara - bahan bakar.
2. Pemanfaatan Positive Crankcase Ventilation PCV.
3. Penggunaan sistem kontrol emisi penguapan bahan bakar antara lain: ECS Evaporation
Control System, EEC Evaporation Emission Control, VVR Vehicle Vapor Recovery, dan VSS Vapor Saver System.
4. Penggunaan filter particulate traps yang dikhususkan untuk mesin diesel.
5. Injeksi udara lebih ke dalam silinder.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Pengujian dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara ± 1 bulan.
3.2 ALAT DAN BAHAN P
eralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam eksperimen ini terdiri dari: 1.
Motor Diesel 4 Langkah dan 4 Silinder TecQuipment Type TD4A 001, untuk menguji performansi motor diesel.
2. Bom kalorimeter, untuk mengetahui nilai kalor bahan bakar.
3. Autologic Gas Analizer, untuk mengetahui emisi gas buang.
4. Alat bantu perbengkelan, seperti: kunci pas, kunci Inggris, kunci ring, obeng, dan tang, untuk
memperlancar proses kerja manual. 5.
Stopwatch, untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin uji untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar.
6. Termometer, untuk menghitung perubahan suhu yang terjadi antara sebelum masuk dan setelah
keluar Air Cooler. 3.2.2 Bahan
Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah bahan bakar solar dan biodiesel berbahan baku minyak jarak pagar dicampur dengan minyak kelapa sawit.
3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pembacaan pada
unit instrumentasi dan alat ukur pada masing-masing pengujian.
b. Data sekunder , merupakan data yang diperoleh dari penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya dan data mengenai karakteristik bahan bakar solar dari PT. Pertamina.
Universitas Sumatera Utara