47
ekstern dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek
Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan public yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanya 134 perusahaan yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling. Metodologi penelitian dengan menggunakan SEM. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur
kepemilikan, faktor ekstern dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, study ini menguji teori keagenan Jensen dan
Mecling 1976, Pecking Order Theory 1948, Trade off Model dan Signaling Theory, Bhattacarya 1979.
Bambang Sugeng
2009 meneliti hubungan Struktur Kepemilikan dan Struktur modal terhadap kebijakan Inisiasi dividen di
Indonesia. Dengan menggunakan beberapa indikator tersebut , Insiders Ownership IH, Institutional Ownership INSTH, Leverage LEV,
Debt to Equity DE, Collateralizable Assets CA. M etode yang
digunakan adalah Structural Equating Model SEM . Hasil menunjukkan bahwa Di lingkungan perusahaan go public di Indonesia,
struktur kepemilikan yang diproksikan dengan Insiders Ownership dan Institutional Ownership
terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen. Sedangkan struktur modal yang diproksikan
dengan Leverage, Debt to Equity, dan Collateralizable Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen.
48
Aristotelis Stouraitis dan Lingling Wu
2004, meneliti dengan judul “The Impact of Ownership Structure on The Dividend Policy of
Japanese Firms with Free Cash Flow Problem ” . Indikator yang
digunakan diantaranya Managerial Ownership, Institutional Ownership, Free Cash Flow, Leverage Ratio, Investment, Profitability, Risk dan
Size. The result shows that free cash flow theory is relevant to an understanding of corporate dividend policy in Japan. Conflicts of
interest between shareholders and managers over the payout policy vary with the growth opportunities. But managerial and institutional
ownership did not substitute for dividend in mitigating the agency conflict for companies with more serious free cash flow problem.
C. Kerangka Pemikiran
1. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal
Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen Jensen dan Meckling, 1976 dalam Sujoko
dan Ubi Soegiantoro 2007 . Struktur kepemilikan saham diprediksi
berpengaruh dalam penentuan struktur modal. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham perusahaan cenderung akan mengurangi utang. Semakin
terkonsentrasi kepemilikan saham , maka akan terjadi pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam
melakukan peminjaman, seba jumlah utang yang terlalu tinggi akan
49
menimbulkan risiko financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sujoko dan Ubi Soegiantoro 2007 , Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Semakin meningkat kepemilikan institusional diharapkan
semakin kuat kontrol terhadap manajemen. Bila biaya monitoring tersebut tinggi maka perusahaan akan menggunakan pihak ketiga yaitu kreditor untuk
membantu melakukan pengawasan.
H
1
: Struktur kepemilikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal
2. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen antara lain dilakukan oleh Tendi Haruman 2008 yang
menemukan bahwa kepemilikan manajerial memilki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, dimana pada perusahaan yang memiliki
kepemilikan manajerial yang rendah atau bahkan sama sekali tidak memiliki kepemilikan manajerial, maka akan cenderung membagikan dividen yang
tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi konflik keagenan dan biaya keagenan yang tercipta. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rozeff
1982 dalam Tendi Haruman 2008:153 yang menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring. Perusahaan cenderung
50
untuk membayar dividen yang tinggi jika manajer memiliki proporsi yang rendah.
Agency cost models Jensen dan Meckling, 1976 dalam Bambang
Sugeng 2009 : 44 menyatakan bahwa perusahaan dengan struktur
kepemilikan dengan porsi insider’s holding dan institusional holding yang
lebih tinggi berdampak pada pembayaran dividen yang lebih kecil karena keberadaan mereka dianggap mampu menekan agency problem dan begitupun
sebaliknya. Selain itu, menurut pendekatan monitoring mechanism Eastabrook,
1984 dalam Bambang Sugeng 2009 : 44 menyatakan efektivitas dividen sebagai sarana monitoring bergantung kepada sarana-sarana monitoring
lainnya seperti struktur kepemilikan. Perusahaan dengan insider’s ownership
dan institusional ownership yang tinggi memiliki kemampuan untuk menekan agency problem
sehingga ketergantungan perusahaan kepada dividen sebagai sarana monitoring dalam rangka memperkecil agency problem menjadi
semakin kecil.
H
2
: Struktur Kepemilikan Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen.
3. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan
Dalam agency theory menjelaskan bahwa upaya untuk mengatasi masalah keagenan agency problem dan mengurangi munculnya agenct cost
salah satunya adalah dengan meningkatkan kepemilikan oleh insider. Namun
51
kepemilikan oleh manajerial yang terlalu tinggi di dalam sebuah perusahaan justru berdampak tidak baik bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena
dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak insider, hal ini berarti pihak insider bukan hanya terlibat dalam manajemen perusahaan dan ikut
memutuskan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan dalam kaitannya dengan peningkatan nilai perusahaan. Para pemilik perusahaan yang memiliki
jumlah saham yang sedikit tidak dapat melakukan control dan monitoring terhadap prilaku yang tidak menguntungkan bagi mereka. Akibatnya adalah
berdampak pada asimetri informasi yang sering di rasakan oleh pemilik minoritas perusahaan Suranta, 2002.
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Frankfurter and Wood 1994 dalam Bambang
Sugeng 2009 : 39 yang menyimpulkan bahwa institusional investor adalah
sophisticated investor yang memiliki pengetahuan yang lebih baik sehingga
manajer tidak dapat melakukan manipulasi laba karena adanya tekanan dari investor institusional yang memilki proporsi saham yang besar dan
monitoring yang dilakukan secara aktif dapat menekan terjadinya praktek
manajemen laba. Penelitian lainnya yang mendukung penemuan di atas adalah yang dilakukan oleh Sujoko dan Ugy Soebiantoro 2007 dalam penelitiannya
menunjukan bahwa variabel struktur kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.