6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
2.1.1 Anatomi Apendiks
Menurut Smeltzer dalam Brunner Suddarth, apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 4 inci,
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi apendicitis
14
. Menurut Oswari, apendiks terletak di daerah sekum di ujung tenia pita
otot. Panjang pendeknya usus buntu itu tidak berpengaruh terhadap terjadinya peradangan. Ujung usus buntu dapat terletak pada semua
arah caecum misalnya dapat sampai ke panggul, ke sakrum atau melilit ke usus halus. Letak yang paling banyak ditemui adalah retrosekal di
belakang sekum
15
.
Gambar 2.1. Anatomi Apendiks
2.1.1. Fisiologi Apendiks
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya berperan pada
patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymfoid Tissue GALT yang terdapat disepanjang
saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi, namun demikian pengangkatan
appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah jaringan
limfa di saluran cerna, dan seluruh tubuh
16
.
2.2.Apendisitis 2.2.1
Definisi
Apendisitis adalah penyakit yang ditimbulkan akibat tersumbatnya lumen apendiks oleh berbagai hal seperti cacing, kotoran penderta yang
mengeras, benda asing biji, dan tumor usus. Sumbatan ini menyebabkan produksi lendir apendiks tidak tersalurkan ke usus besar,
dan berakibat pada pembengkakan serta terjadinya infeksi di apendiks. apendiks hanya mempunyai satu saluran pembuangan yaitu usus besar,
jadi jika salurannya tersumbat maka produksinya akan menumpuk. Radang usus buntu bersifat akut atau kronis, bila tidak diatasi akan
berakibat pada pecahnya usus buntu dan berakhir dengan kematian penderita. dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi
banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur
17
.
2.2.2. Etiologi