Penegakan Diagnosis TINJAUAN PUSTAKA

2.2.5. Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan dan diagnosa penyakit apendisitis dapat dilakukan dengan beberapa pemerikasaan yaitu dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi apendicogram, ultrasonografi, Ct-Scan dan Laparoscopy diagnostic 20 .

2.2.5.1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan swelling rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang distensi, pada perabaan palpasi di daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri, ini adalah kunci dari diagnosis apendisitis akut. Kemudahan atau kesulitan pada gerakan mencapai posisi terlentang bias digunakan sebagai tanda ada atau tidaknya iritasi peritoneum lokalista, sebelum dilakukan pemeriksaan fisik dilakukan biasanya pasien ditanya titik area nyeri yang ditimbulkan, sehingga dapat menjadi bukti tegas bagi iritasi peritoneum lokalista. Palpasi dilakukan dengan lembut dari sisi kiri ke sisi kanan abdomen untuk menilai rigiditasnya, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pasien mengalami iritasi peritoneum atau tidak, tapi palpasi tidak bias dijadikan pedoman dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan berdasarkan lokasi apendiks 20 . Karena banyak kemungkinan sebab lain keadaan intraabdomen akut atau bahkan sistemik bias meniru apendisitis akut, sehingga tidak mungkin membuat diagnosis spesifik. Macam- macam pemeriksaan fisik dilakukan 20 : a. Inspeksi Inspeksi pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasanya ditemukan distensi perut b. Palpasi Palpasi dinding abdomen dilakukan dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi, ditekan dengan sangat pelan dan halus, pada berbagai tempat pada dinding perut dinamakan pemerikasaan raba dangkal-superfisial, kemudian baru dilakukan pemeriksaan raba dalam c. Auskultasi Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakan diagnosis appendicitis, tetapi apabila telah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus d. Rectal Toucher colok dubur Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam penegakan diagnosis appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan apabila letak apendiks sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri kemungkinan letak apendiks yang meradang didaerah pelvis Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar diagnosis appendicitis akut. Pemeriksaan tambahan dilakukan apabila ada keragu-raguan atau untuk menyingkirkan diagnosis. 20

2.2.5.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium pada pasien yang dicurigai apendisitis biasanya meliputi hitung jumlah dan jenis sel darah lengkap dan urinalisis. Leukositosis moderat biasanya terjadi pada pasien apendisitis 75 dengan jumlah leukosit berkisar antara 10.000-18.000 selmL dengan pergeseran ke kiri dan didominasi oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian, tidak adanya leukositosis tidak menutup kemungkinan terjadinya apendisitis. Pada urinalisis terdapat peningkatan berat jenis urin, terkadang ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-obatan antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium 20 .

2.2.5.3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu mengevaluasi pasien dengan kecurigaan apendisitis meliputi foto polos abdomen dan toraks, ultrasonography USG, CT-Scan, dan laparoskopi diagnostik 20 . a. Ultrasonography Ultrasonography USG telah banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut maupun appendisitis dengan abses, ultrasonography sangat bermanfaat terutama bagi wanita hamil dan anak-anak, tingkat keakuratannya paling tinggi 93-98, tetapi sulit dilakukan pada dewasa karena jumlah lemak dan gas yang banyak sehingga apendiks sulit terlihat.untuk dapat mendiagnosis appendisitis akut akut diperlukan keahlian, ketelitian dan sedikit penekanan transduser pada abdomen. Akurasi penggunaan USG ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan pemeriksa. Pada pemeriksaan appendisitis dengan menggunakan USG ditemukan fekalit, udara intralumen, penebalan dinding apendiks dan adanya pengumpulan cairan. Apabila apendiks mengalami perforasi akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses apendiks dapat diidentifikasi. b. Computed Tomography Scanning CT-Scan CT-scan dapat melihat jelas gambaran apendiks. Namun dalam pemeriksaan normal apendiks jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan skrinning in, gambaran penebalan dinding apendiks dan jaringan sekitar yang melekat mendukung keadaan apendiks yang meradang. CT-scan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi serta akurasi yang baik untuk mendeteksi appendisitis. Pemeriksaan ini terbatas digunakan pada wanita hamil dan anak-anak karena menggunakan radiasi. c. Laparoskopi Diagnostik Laparoskopi mulai ada sejak awal abad ke-20, namun penggunaannya untuk kelainan intraabdominal baru berkembang sejak tahun 1970-an. Dibidang bedah, laparoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi, disamping dapat mendiagnosis appendisitis secara langsung, laparoskopi juga dapat digunakan untuk melihat keadaan organ intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada pasien wanita, pasien obesitas. Pada apendisitis akut, laparoskopi diagnosis biasa dilanjutkan dengan apendiktomi laparoskopi.

2.2.6. Tata Laksana Apendisitis