1
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Apendiks veriformis merupakan suatu struktur berbentuk seperti jari
yang menempel pada sekum di kuadran bawah abdomen. Walaupun apendiks veriformis diketahui tidak mempunyai fungsi apapun, ia dapat meradang dan
menimbulkan penyakit yang disebut apendisitis
1
. Apendisitis merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di
Amerika Serikat yang melanda lebih dari seperempat juta pasien pertahun
2
. Resiko terjadinya appendisitis adalah sekitar 7 , yang terjadi pada setiap
kelompok usia, dari anak-anak sampai orang tua, tetapi yang paling lazim pada remaja dan dewasa muda
3
. Apendisitis akut merupakan salah satu penyebab penyakit yang banyak
terjadi pada abdomen dan ditampilkan sebagai akut abdomen. Insiden apendisitis lebih tinggi pada negara berkembang daripada negara maju,
karena saat ini negara berkembang pola makannya berubah menjadi makanan kurang serat dibanding negara maju
4
. Kemudian dari data yang dirilis oleh Depkes RI pada tahun 2008
jumlah penderita appendicitis di indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang
5
. Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan
apendiktomi. Apendiktomi adalah bedah pemotongan apendik yang mengalami radang atau infeksi
6
. Apendiktomi konvensional telah menjadi prosedur operasi standar untuk pengobatan Apendisitis selama lebih dari satu
abad, sejak dijelaskan oleh McBurney pada tahun 1894 dan masih tetap prosedur pilihan utama. Selanjutnya, karena perkembangan operasi
endoskopi, Semm memperkenalkan usus buntu laparoskopi LA di 1981
7
. Kedua metode tersebut memiliki resiko infeksi luka operasi yang berbeda
setelah pembedahannya, dapat berasal dari faktor pembedahannya: tipe
prosedur bedah bersih, bersih terkontaminasi,terkontaminasi, dan kotor, lama pembedahannya, derajat pencemaran luka selama pembedahan, maupun
faktor penderita itu sendiri.
8
Infeksi luka operasi ILO telah dilaporkan salah satu penyebab paling umum dari infeksi nosokomial, 20-25 dari semua
infeksi nosokomial di seluruh dunia adalah infeksi luka operasi. ILO bertanggung jawab terhadap peningkatan biaya, morbiditas dan mortalitas
yang terkait dengan bedah operasi dan terus menjadi masalah besar di seluruh dunia. Secara global, tingkat infeksi luka operasi ILO dilaporkan berkisar
dari 2,5 menjadi 41,9. Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 5 dari 16 juta pasien yang menjalani prosedur bedah setiap tahun memiliki infeksi situs
bedah pasca operasi
9
. Penelitian yang dilakukan oleh National Nosocomial Infection
Surveilans NNIS dari Center of Desease Control C.D.C pada bulan
Januari 1980 sampai Desember 1984 mendapatkan 6,2 per 1000 pasien terkena ILO dan ini mengakibatkan pertambahan biaya antara 400 US dollar
sampai 2600 US dollar. Kerugian yang diderita Amerika Serikat infeksi luka operasi ILO ini sebesar 130 juta sampai 845 juta US dollar pertahun
6
. Menurut penelitian Society for Surgery of the Alimentary Tract SSAT,
2007 infeksi pada apendisitis adalah polimikrobial dan karakter utama bakterinya adalah anaerobik dan Gram negatif, sedangkan menurut Richard,
1999 bakteri yang menyebabkan infeksi appendisitis adalah Gram negatif basili, anaerob. Infeksi juga sering terjadi karena adanya bakteri yang sudah
ada pada feses manusia apabila terjadi timbunan tinja yang keras fekalit akibat konstipasi atau penyumbatan jaringan, yaitu Escherichia Coli
3
. Warnetty melaporkan bahwa pasien yang menjalani operasi
apendiktomi di Rumah Sakit Mintohardjo selama tahun 2010, terdapat 202 pasien yang menjalani apendiktomi, 136 pasien atau 67,25 diantaranya
adalah pasien perempuan, sedangkan sisanya 66 pasien atau 32,75 adalah pasien laki-laki
11
. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah terjadinya ILO
dengan tujuan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien bedah. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam upaya pencegahan
infeksi bedah yaitu teknik pembedahan, perawatan pra dan pasca bedah, serta penggunaan antibiotik
6
. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan resiko luka infeksi sebesar 30-65. Dalam hal ini untuk menilai efektifitas dari
antibiotik salah satunya dapat dilihat dari jenis antibiotik, dosis, frekuensi, dan lama perawatan pasien
12
. Penggunaan antibiotik di rumah sakit merupakan pemberian antibiotik
dalam upaya preventif untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi. Pemberian antibiotik harus jelas karena resistensi bakteri semakin
berkembang sehubung dengan penggunaan antibiotik tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya antibiotik diberikan seminimal mungkin dan spektrum aktivitas
obat yang digunakan sebaiknya sesempit mungkin. Meskipun prinsip penggunaan antibiotik dalam operasi telah ditetapkan, masih terdapat
penggunaan yang tidak sesuai
13
. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya
angka pasien yang menjalani apendiktomi di RUMKITAL dr. Mintohardjo sehingga resiko terjadinya infeksi luka operasi semakin besar. Selain itu
dengan adanya peningkatan resistensi antibiotik yang mengakibatkan semakin lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko
kecacatan dan kematian, serta dapat mengakibatkan tuntutan pasien maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas dari
antibiotik pasca operasi apendisitis yang digunakan di RUMKITAL dr. Mintohardjo.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Masih tingginya angka kejadian apendisitis di Indonesia, menurut Depkes RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendisitis di indonesia mencapai
591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 596.132 orang. 2. Masih tingginya angka pasien yang menjalani apendiktomi di
RUMKITAL dr. Mintohardjo, menurut Warnetty selama tahun 2010 mencapai 202 pasien yang menjalani apendiktomi.
3. Belum diketahuinya efektivitas penggunaan Antibiotik yang digunakan pada pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr Mintohardjo Jakarta
Pusat.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum
Diketahuinya efektivitas antibiotika yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta
Pusat. 1.3.2.
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya jeni-jenis antibiotik yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta
Pusat. 2. Diketahuinya lama penggunaan antibiotik pada pasien pasca
operasi apendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, menambah ilmu pengetahuan serta wawasan, khususnya
mengenai efektivitas antibiotik yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis.
1.4.2. Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode dalam penanganan kasus-kasus Apendisitis yang ada di Rumah Sakit.
1.4.3. Aplikatif
Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan ataupun acuan dalam pemberian dan
peningkatan mutu pelayanan medik terutama pengobatan dalam hal penatalaksanaan kasus apendisitis di rumah sakit yang terkait.
1.5.Ruang Lingkup Penelitian
Dari uraian latar belakang diatas terlihat banyak sekali masalah tentang penggunaan antibiotik, namun dalam penelitian ini hanya di batasi pada
efektivitas antibiotik yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan retrospektif
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Oktober 2014 di Rumah
Sakit Angkatan
LAut dr.
Mintohardjo Jakarta
Pusat.
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB II TINJAUAN PUSTAKA