Klasifikasi Hipertensi Respon Penderita Hipertensi

kurang bergerak inaktivitas dan pola makan. Sedangkan hipertensi sekunder berkisar 5 persen dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu Palmer, 2007.

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium. Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg Hipertensi Ringan stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Sedang stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg Hipertensi Berat stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg Hipertensi Maligna stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Diambil dari Wiryowidagdo 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka.

2.3 Respon Penderita Hipertensi

Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah, sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin Universitas Sumatera Utara aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan perdarahan haemmorrhage yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian Hayens, 2003. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke Lenny, 2008. Pada penelitian ini, untuk menghindari hasil penelitian yang bias, maka penderita hipertensi yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi sehingga dapat dilihat hasil pemanfaatan mentimun cucumis sativus terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, pada penelitian ini lebih difokuskan untuk melihat pemanfaatan mentimun Cucumis Sativus terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang ringan dan sedang saja.

2.4 Bahaya Hipertensi