6 : 1
1500 ml : 250 gr 1.5 L
1.4 gr x 1.5 L = 2.1 gr
Suspensi tadi diaduk secara merata selam 1 jam, lalu dipanaskan pada suhu 90 C
selama 1 jam. Setelah itu, larutan disaring dan didinginkan hingga diperoleh residu padatan, residu padatan ini dicuci dengan air sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 80
C selama 24 jam atau dijemur sampai kering.
c. Deasetilisasi Khitin Menjadi Chitosan
chitosan dibuat dengan menambahkan NaOH 50 dengan perbandingan 20 : 1 pelarut berbanding khitin. Suspensi tersebut diaduk selama 1 jam, lalu dipanaskan selama
90 menit pada suhu 120-140 C. larutan tadi disaring hingga diperoleh residu berupa
padatan. Residu padatan tadi dicuci dengan air sampai pH netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 70
C selama 24 jam atau dijemur sampai kering. 4.2 Isolat Jamur upas
Isolat U. salmonicolor diperoleh dari isolasi langsung tanaman karet yang terserang pathogen jamur upas, ditumbuhkan dalam medium PDA, hingga jadi isolat murni.
Kemudian isolat murni diperbanyak dengan cara mengabil biakan murni menggunakan cork borer dan jarum inokulasi diletakkan ditengah PDA hingga berumur 7 hari.
4.3 Medium PDA yang terdapat senyawa alami chitosan dan tridemorf.
Untuk perlakuan dilakukan dengan cara mengabil senyawa alami chitosan sesuai dengan konsentrasi 10 mgml, 20 mgml, 30 mgml, dan 40 mgml menggunakan micropipet
100 цL, setiap perlakuan masing-masing sebanyak 400 цLcawan petri, dan tridemorf 0.25
mlcawan petri Wilson et al.,1994. Selanjutnya pada masing-masing cawan petri
Universitas Sumatera Utara
dituangkan streptomycin sebanyak 0.01 g. Kemudian PDA cair suhu 40º C sebanyak 15
mlcawan petri, dan cawan petri digoyang-goyang agar chitosan tercampur rata dengan PDA. Campuran PDA, streptomycin dan chitosan dibiarkan beku hingga 2 hari.
4.4 Pelaksanaan Inokulasi
Setelah itu pada medium PDA tersebut ditumbuhkan cendawan U. salmonicolor yang berasal dari biakan murni U. salmonicolor berumur 7 hari dengan
menggunakan cork borer dan jarum inokulasi. Setelah semua perlakuan selasai, cawan petri penutup antara bagian atas dan bawah diberi parapilon agar tidak terjadi kontaminasi,
kemudian diinkubasikan dalam incubator suhu 26º C selama 7 hari kemudian. 5.Parameter Pengamatan
5.1 Luas Pertumbuhan Koloni U. salmonicolor
Pengukuran pertumbuhan jamur U.salmonicolor dilakukan dengan: a.
Diamati pertumbuhan luas koloni jamur U. salmonicolor secara periodik pada perlakuan kontrol, perlakuan chitosan, dan fungisida dosis anjuran. Diukur pada hari
ke 2, 4, dan ke 6.
Universitas Sumatera Utara
Foto hari ke 2
Foto hari ke 4
Universitas Sumatera Utara
Foto hari ke 6 Gambar 6. Foto pertumbuhan luas koloni Jamur pada pengamatan hari
2,4, dan 6 Sumber : Foto langsung.
b. Kemudian digambar di cawan Petri menggunakan spidol permanent pertumbuhan
jamur U.salmonicolor pada hari ke 2, 4, dan ke 6 c.
Hasilnya di gambar ke kertas minyak transparan . d.
Setelah itu dihitung luas pertumbuhan koloni jamur menggunakan alat planimeter.
Gambar 7. Alat Planimeter Sumber : Foto langsung
5.2 Perhitungan Kerapatan konidia Jamur
Perhitungan kerapatan konidia jamur menggunakan alat Haemocytometer. Penggunaan alat ini dijelaskan pada lampiran ke 2.
Universitas Sumatera Utara
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Luas pertumbuhan koloni jamur U.salmonicolor.
Data pengamatan luas pertumbuhan koloni jamur U.salmonicolor dapat ilihat pada lampiran 4 sampai dengan lampiran 7. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan dengan pemberian chitosan kurang efektif pada setiap perlakuan kecuali berbanding dengan perlakuan kontrol, dan perlakaun fungisida pada media PDA
berpengaruh sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan diameter koloni jamur U. salmonicolor. Untuk mengetahui mana perlakuan yang berbeda sangat nyata dilakukan Uji
Jarak Duncan UJD. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Uji Beda Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Jamur U. salmonicolor pada Pengamatan hari ke 2, ke 4, dan ke 6 HSI.
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.01 menurut Uji jarak Duncan.
HSI : Hari setelah inokulasi.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2 HSI perlakuan kontrol yang luasnya 8.88 c
m
2
, tidak berbeda nyata dengan perlakuan chitosan 10 mgml aquadest yang luasnya 8.75 c
m
2
, dan chitosan 20 mgml aquadest yang luasnya 8.60 c
m
2
. Perlakuan
Luas Pertumbuhan Jamur cm
2
2HSI 4HSI
6HSI Kontrol
8.88 A 42.83 A
59.33 A
10 mgml aquadest 8.75 A
38.38 B
52.78 B
20 mgml aquadest 8.60 AB
35,15 B
52.05 B
30 mgml aquadest 7.88 B
34,55 B
51.03 BC
40 mgml aquadest 6.43 C
30.03 C
50.18 C
Tridemorf 0.25ml 3.30 D
7.73 D
13.28 D
Universitas Sumatera Utara
Tetapi berbeda sangat nyata dengan chitosan 30 mgml aquadest yang luasnya 7.88 c
m
2.
chitosan 40 mgml aquadest luasnya 6.43 c
m
2
,
dan Tridemorf 0.25 ml luasnya 3.30 c
m
2
. Perlakuan chitosan 20 mgml aquadest tidak berbeda nyata dengan chitosan 30 mgml
aquadest tetapi berbeda nyata dengan chitosan 40 mgml aquadest dan Tridemorf 0.25 ml. Perlakuan chitosan 30 mgml aquadest berbeda nyata dengan chitosan 40 mgml aquadest
dan Tridemorf 0.25 ml, dan perlakuan chitosan 40 mgml aquadest berbeda sangat nyata dengan Tridemorf 0.25 ml. Pada pengamatan 4 HSI perlakuan kontrol yang luas
konidianya 42.83 c
m
2
,
berbeda sangat nyata dengan chotosan 10 mgml aquadest yang lusnya 38.38 c
m
2
, chitosan 20 mgml aquadest luasnya 35.15 c
m
2
, chitosan 30 mgml aquadest luasnya 34.55 c
m
2
, chitosan 40 mgml aquadest luasnya 30.03 c
m
2
, dan Tridemorf 0.25 ml luasnya 7.73 c
m
2
. Kemudian chitosan 10 mgml aquadest tidak berbeda nyata dengan chitosan 20 mgml aquadest, dan chitosan 30 mgml aquadest, tetapi berbeda sangat
nyata dengan chitosan 40 mgml aquadest dan Tridemorf 0.25 mgml, dan chitosan 40 mgml aquadest berbeda sangat nyata dengan Tridemorf 0.25 ml. Pada pengamatan 6 HSI,
perlakuan kontrol yang luasnya 59.33
cm
2
,
berbeda sangat nyata dengan chitosan 10 mgml aquadest luasnya 52.78 c
m
2
, chitosan 20 mgml aquadest luasnya 52.05 c
m
2
, chitosan 30 mgml aquadest luasnya 51.03 c
m
2
, chitosan 40 mgml aquadest 50.18 c
m
2
, dan Tridemorf 0.25 ml luasnya 13.28 c
m
2
. Kemudian chitosan 10 mgml aquadest tidak berbeda nyata dengan chitosan 20 mgml aquadest dan chitosan 30 mgml aquadest, tetapi berbeda sangat
nyata dengan chitosan 40 mgml aquadest dan Tridemorf 0.25 ml, dan chitosan 30 mgml aquadest tidak berbeda nyata dengan chitosan 40 mgml aquadest tetapi
berbeda nyata dengan Tridemorf 0.25 ml, dan chitosan 40 mgml aquadest berbeda sangat nyata dengan Tridemorf 0.25 ml.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 1 diketahui bahwa pemberian chitosan pada PDA tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 2, 4, dan 6 hari pada setiap perlakuan kecuali berbanding dengan
perlakuan kontrol. Pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata yaitu pada perlakuan 10 mgml aquadest, 20 mgml aquadest, 30 mgml aquadest hasilnya tidak berbeda nyata, pada
perlakuan 40 mgml aquadest terdapat pengahambatan. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa memang adanya fungsi fungisidal pada
chitosan yang ada pada ekstrak cangkang udang sebagaimana yang pernah dilaporkan oleh El Ghaouth et al. 1992, pada patogen R. stolonifer dan B. cinerea, dengan
menghambat proliferasi B. cinerea, mengurangi degradasi komponen dinding sel inang serta menyebabkan kerusakan sel cendawan. Tetapi pada penelitian yang saya lakukan
perbedanya kurang efektif pada setiap perlakuan, bila dibandingkan perlakuan kontrol memang terdapat penghambatan, ini disebabkan chitosan mengandung enzim
β-1.3 glukanase yang dapat menurunkan jumlah kitin pada dinding hifa cendawan sehingga dapat
mengurangi pertumbuhan koloni jamur karena chitosan sifatnya menghambat sehingga pertumbuhan koloni jamur tetap tumbuh hingga memenuhi cawan petri dan hanya
mengurangi pertumbuhanya. Adapun pengaruh luas pertumbuhan koloni jamur terhadap pemberian chitosan dapat
dilihat pada gambar 8 histogram berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Pengaruh Luas Pertumbuhan Koloni Jamur U. salmonicolor Terhadap Pemberian Chitosan Pada Pengamatan 2 HSI, 4 HSI, dan 6 HSI
Dari gambar histogram diatas dapat dilihat bahwa dari pengamatan yang paling tinggi luas pertumbuhan koloni jamur adalah pada pengamatan 6 HSI dan untuk luas
pertumbuhan koloni yang terendah terdapat pada pengamatan 2 HSI. Berdasarkan pengamatan histogram diatas juga dilihat pertumbuhan jamur setiap
harinya terus tumbuh, namun terdapat perbedaan pertumbuhan jamur yang diberi perlakuan dengan chitosan dan fungisida, tidak sama dengan pertumbuhan kontrol.
Dari gambar histogram juga dilihat Perlakuan dengan chitosan sesuai konsentrasi terdapat perbedaan pertumbuhan koloni jamur, tetapi tidak begitu besar. Bila dibandingkan
dengan perlakuan kontrol dan fungisida terdapat perbedaan yang besar.
2.Perhitungan Kerapatan Konidia Jamur U. salmonicolor.
Dari hasil perhitungan kerapatan konidia jamur U. salmonicolor dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan pengaruh
pemberian chitosan dan fungisida terhadap jumlah konidia jamur berpengaruh sangat nyata, tetapi setiap perlakuan dengan konsentrasi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
8.88 42.83