Gejala Serangan Perkembangan Penyakit Iklim

Konidia berkecanbah Gambar 2.a. A Himenium pada stadium teleomorf. B Sporodokium pada stadium anamorf. C konidia yang berkecambah. Sumber : a. Tjokrosoedarmo 1983 dalam Semangun 2000

1.2 Gejala Serangan

Jamur upas timbul pada batang atau cabang yang kulitnya sudah berwarna cokelat, tetapi belum membentuk lapisan gabus yang tebal. Umumnya jamur mulai berkembang dari pangkal cabang atau sisi bawah cabang, karena disini keadaannya lebih lembab ketimbang di bagian lain Semangun, 2000. Pada bagian yang terserang mula-mula jamur membentuk miselium tipis seperti perak atau sutera. Stadium ini disebut stadium rumah laba-laba I: pada waktu ini jamur belum masuk ke dalam kulit. Pada bagian yang terlindung, sebelum masuk ke dalam jaringan, jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa di depan lentisel: stadium ini disebut stadium bongkol semu II, setelah itu jamur membentuk kerak merah jambu pink atau berwarna seperti ikan salem salmon, stadium ini disebut stadium teleomorf III, kulit dibawah kerak merah jambu sudah membusuk. Pembusukan kulit dan kayu yang meluas sering mengakibatkan kematian. Pada stadium ini jamur membentuk banyak basidium yang menghasilkan basidiospora Riyaldi, 2004. a b Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara A B Gambar 3. A Batang karet yang mati terserang jamur. B Batang karet yang terlihat gejala Sumber : Tjokrosoedarmo 1983 dalam Semangun 2000 Kulit yang terinfeksi jamur mengeluarkan lateks yang meleleh, yang setelah mengering tampak seperti garis-garis hitam. Ini merupakan salah satu tanda yang mudah terlihat Semangun, 2000. Pada tingkat yang lanjut daun-daun pada batang atau cabang yang sakit layu dan mengering. Mata-mata tidur di bawah bagian yang terserang berkembang menjadi tunas Semangun, 2000. A B Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4. A Gejala serangan jamur upas,batang yang telah mati, B Cabang dan daun yang layu yang terkena jamur upas Sumber : Hohn dan Litsch 1907.

1.3 Perkembangan Penyakit Iklim

Jamur upas dibantu kelembapan tinggi. Kebun yang mempunyai curah hujan tinggi mendapat banyak gangguan penyakit ini. Demikian pula kebun yang lembab karena jarak tanam yang terlalu rapat, terletak di lembah, di dekat rawa atau persawahan, atau yang tanaman penutup tanahnya tidak terpelihara Semangun, 2000. Kondisi iklim yang sesuai pada saat terjadinya infeksi sangat menentukan terjadinya epidemik. Kondisi lingkungan dengan kelembaban 96-100 atau adanya titik air, suhu 28-30º C dan cahaya terang biasa ataupun gelap adalah kondisi yang sangat sesuai dengan perkecambahan konidia U. salmonicolor. Dan serangan akan terjadi bila kondisi iklim atau cuaca sangat mendukung yaitu cuaca yang lembab atau mendung dengan curah hujan yang relatif tidak terlalu tinggi dan merata sepanjang hari Situmorang, 2004. Ketinggian Tempat A B Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Kebun yang terletak pada tempat yang lebih tinggi dari 300 m dpl mendapat serangan jamur yang lebih berat, dibandingkan dengan kebun–kebun yang terletak di tempat yang lebih rendah. Hal ini karena Jamur upas kurang terdapat di kebun karet di tanah alluvial dekat pantai yang mempunyai kelembapan rendah. Mungkin ini disebabkan karena adanya pertukaran udara yang baik Semangun, 2000. Faktor kesuburan tanah dan tempat Kebun-kebun yang terdapat pada lahan yang kurang subur atau tanpa diberi pupuk sehingga kondisi tanaman menjadi lemah Situmorang, 2004. Di daerah dekat persawahan atau rawa dan sungai merupakan daerah yang selalu lembab. Penyakit jamur upas biasanya berjangkit pada musim hujan atau pada keadaan yang sangat lembab atau berkabut Semangun, 2000.

1.4 Resistensi Klon Karet

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Efektifitas Chitosan Untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swart: Fr) van Ov.) Pada Tanaman Karet ( Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di Laboratorium

3 43 54

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57