Latar Belakang Perkembangan Kota Perdagangan Di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Tebentuknya Kota Perdagangan berlangsung melalui proses yang panjang. Dari latar belakang sejarah diketahui bahwa dahulunya Perdagangan merupakan daerah pusat pemerintahan dari salah satu kerajaan yang berdiri yakni Kerajaan Bandar. Sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang baru, maka daerah ini dijadikan Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, dan lebih kurang 200 km dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letaknya berada dekat dengan Sungai Bah Bolon, sebuah sungai yang berhulu di Simalungun melintasi Pematang Siantar dan bermuara di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. Melalui jalan darat, Kota Perdagangan, terletak kira-kira di pertengahan jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh Kabupaten Asahan. 1 Kec. Bandar berada diketinggian 82m di atas permukaan air laut dengan luas wilayah 109.18km, memiliki jumlah penduduk 67.276 jiwa, yang terdiri dari 13 nagoridesa: Pematang Kerasahan, Pematang Kerasahan Rejo,Marihat Bandar, Timbaan, Nagori Bandar, Bandar Rakyat, Bandar Pulo, Bandar Jawa, Bah Lias, Parlanaan, Sidotani, Sugarang Bayu, Nagori Perdagangan II, dan 2 kelurahan: Kelurahan Perdagangan I dan Perdagangan III,Batas wilayah : sebelah utara : Kecamatan Bandar Masilam, sebelah Selatan : Kecamatan Hutabayu Raja, sebelah Timur : Kecamatan Bosar Maligas, sebelah Barat : Kecamatan Pematang Bandar. Badan Pusat Statistik Kab.Simalungun, kordinator Statistik Kec.Bandar, Statistik Kec.Bandar Dalam Angka, 2010. tanpa hal. sebagai tempat pemukiman penduduk namun seiring dengan kedatangan para pengusaha Barat yang diboncengi oleh pemerintah Hindia Belanda maka daerah ini lama kelamaan menjadi ramai, hingga akhirnya dijadikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Ibukota distrik bandar hal ini erat dengan posisinya yang terletak di tepi Sungai Bah Bolon, tempat penduduk sekitar melakukan aktivitas perdagangan. Sebelum ekspansi onderneming memang sungai merupakan rute lalu lintas utama, termasuk kegiatan perdagangan dan aktivitas ekspor-impor 2 Ketika jalan raya dan kereta api dibangun, terutama sehubungan dengan perkembangan perkebunan di sekitar awal abad ke-20, peranan Kota Perdagangan sebagai pusat aktivitas penduduk di daerah ini nampaknya tidak berkurang. Perubahan rute lalu lintas utama, dari sungai ke lalu lintas darat, sedikit banyak tentu mempengaruhi peran Sungai Bah Bolon sebagai rute lalu lintas orang dan perdagangan. Pembangunan jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh, dan pembangunan stasiun kereta api di Perlanaan, sekitar 20 km arah Timur dari Kota Perdagangan, yang merupakan salah satu stasiun kereta api kecil rute Medan – Tebing Tinggi – Tanjung Balai dan Rantau Prapat mengakibatkan lalu lintas air berkurang perannya. Meskipun demikian, peran Kota Perdagangan yang terletak di Sungai Bah Bolon dan dilintasi jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh, tetap saja penting sebagai pelayan dan penyedia kebutuhan masyarakat, terutama dari . Perkembangan Perdagangan juga dipengaruhi oleh letak Kota Perdagangan yang strategis, khususnya terkait dengan aktivitas ekonomi di sepanjang aliran Sungai Bah Bolon. 2 Edi Sumarno, “Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada Periode Kolonial”, dalam Historisme No. 22, Agustus 2006. banyaknya perkebunan yang dibuka di sekitarnya. Kota ini kemudian menjadi pusat center yang melingkupi wilayah sekitar periphery, baik dari penduduk lokalpribumi, dan terutama bagi perkebunan dan masyarakat perkebunan. Sejak saat itu, hingga kini, peran Kota Perdagangan tetap menjadi pusat aktivitas masyarakat yang ada di sekitarnya 3 Hingga kini, nama Perdagangan digunakan untuk tiga wilayah administratif setingkat desakelurahan, yakni Kelurahan Perdagangan I, Nagori Perdagangan II, dan Kelurahan Perdagangan III. Sebelum tahun 1999, nama Perdagangan hanya digunakan di dua wilayah administratif, yakni Kelurahan Perdagangan dan Desa Perdagangan. Kelurahan Perdagangan terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon, sedangkan Desa Perdagangan di sisi Selatan. Kelurahan Perdagangan III sendiri sebenarnya merupakan hasil bentukan pemekaran Kelurahan Perdagangan I di tahun 1999 . 4 Untuk mengidentifikasikan sesungguhnya wilayah mana yang disebut Kota Perdagangan. Bagi penduduk sekitar, penyebutan Kota Perdagangan, berarti meliputi ketiga wilayah administratif, termasuk di dalamnya Nagori atau sebelumnya Desa Perdagangan . Oleh sebab itu, saat ini Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III terletak di sisi Utara, dan Nagori Perdagangan berada di sisi Selatan Sungai Bah Bolon. 5 3 Wawancara, Edward Situmorang, Busro Harahap, Roswardyah, Senin 24 Januari 2011, Di Kantor Kecamatan Bandar. 4 Wawancara, P. Silalahi, Rabu 15 Desember 2010, Di Kantor Kecamatan Bandar 5 Wawancara, T. Situmorang, S. Pasaribu, Choirullah Nasution, S. Manik, 27-28 Januari 2011, Di kota Perdagangan. . Hal ini dikarenakan, selain ketiganya menggunakan nama Perdagangan, juga karena sentral aktivitas meliputi ketiga wilayah, meskipun tetap saja Kelurahan Perdagangan I menjadi inti Kota Perdagangan. Meskipun demikian, pengertian kota secara sosiologis dan ekonomis ini, mungkin lebih baik diartikan melalui perspektif administratif. Berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni berdasarkan pasal 1 huruf n Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa kota kecamatan harus berbentuk kelurahan, bukan desa. Berdasarkan perspektif ini, maka yang dimaksudkan dengan Kota Perdagangan adalah Kelurahan Perdagangan periode 1980 -1999, yang kemudian dimekarkan di tahun 1999 menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Penelitian ini akan membicarakan permasalahan di sekitar perkembangan Kota Perdagangan, dalam perspektif administratif, yakni Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999, saat kelurahan ini belum dimekarkan. Tentu saja, terdapat berbagai alasan mengapa Kelurahan Perdagangan harus dimekarkan, baik karena alasan yang sifatnya ekologis, ekonomis, sosiologis, maupun administratif. Oleh karena itu, dapat dikatakan, fokus dari penelitian ini berkisar di seputar masalah perkembangan kota, terutama berkaitan dengan pemekaran yang terjadi. Pemilihan tahun 1980 didasarkan pada kenyataan karena saat itulah terjadi perubahan status Desa Perdagangan yang dirubah menjadi Kelurahan Perdagangan yang terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon dan yang di seberangnya tetap menyandang status desa. Sementara itu, tahun 1999, karena saat itulah Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Meskipun demikian, mengingat sejarah adalah proses, maka perkembangan kota perdagangan sebelum tahun 1980 juga dipandang perlu untuk dideskripsikan. Dengan cara itu, terlihat kondisi kota ini untuk masa sebelumnya, sehingga akan nampak perkembangan di masa sesudahnya. Di sisi lain, mengingat perkembangan sebuah kota sangat dipengaruhi oleh wilayah penyangganya, maka tidak bisa tidak, pembahasan juga akan meluas ke perkembangan wilayah sekitarnya. Dengan cara itu, diharapkan, penjelasan di sekitar perkembangan kota Perdagangan akan menjadi lebih sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan diberi judul, “Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun, 1980-1999 ”.

1.2 Rumusan Masalah