Geografis Geografis dan Penduduk

2.2 Geografis dan Penduduk

A. Geografis

Perdagangan merupakan salah satu kota besar kedua setelah ibukota dari kabupaten Simalungun yakni Pematang Siantar yang dahulunya merupakan desanagori Perdagangan. Desanagori Perdagangan mempunyai batas-batas wilayah sebagi berikut 10 10 Badan Statistik DesaNagori Perdagangan 1976 : Sebelah utara : Berbatasan dengan Bah Lias Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sei Mangkei Sebelah Barat : Berbatasan dengan Bandar Jawa dan Nagori Bandar Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Parlanaan Jika menilik besar desa maka dapat dikatakan bahwa desa Perdagangan mengalami perkembangan yang cukup pesat bila dibandingkan dengan desa-desa yang ada di Kabupaten Simalungun. Hal ini disebabkan oleh latar belakang dan letak wilayah yang strategis di samping penanganan dari pihak pemerintahan. Namun desa Perdagangan juga sama halnya dengan desa-desa lainnya yang dahulunya merupakan sebuah kampungdesa atau nama lainya nagori. Seperti yang dijabarkan di atas bahwa di desa perdagangan juga berdiri kerajaan yang bernama Kerajaan Bandar yang didirikan oleh orang yang bergelar Tuhan Bandar. Kerajaan inilah yang merupakan cikal-bakal perkembangan dari Perdagangan. Wilayah pemerintahan desa Perdagangan merupakan eks pemerintahan dari kerajaan Bandar. Dengan luas wilayah yang mencakup keseluruhan wilayah kecamatan Bandar yang sekarang. Namun, setelah masuknya pihak asing wilayah pemerintahan tersebut mengalami perubahan. Wilayah desa perdagangan hanya meliputi daerah tepian sungai Bah Bolon. Hal ini dikarenakan wilayah yang digunakan oleh pihak asing sebagai perkebunan merupakan wilayah pemerintahan yang langsung dipegang oleh pihak pengusaha asing tersebut. Dengan didukung oleh sarana trasportasi yang ada, yakni melalui sungai Bah Bolon yang mengalir dari hulu Simalungun-siantar-Perdagangan-Indra pura-hingga bermuara di Selat Malaka, maka daerah Perdagangan menjadi daerah yang banyak ditempati oleh para pedagang. Oleh karena itu maka daerah ini bukan saja sebagai tempat persinggahan namun pada seterusnya menjadi tempat tinggal dari para pedagang yang pada umumnya kebanyakan dari para pedagang Cina. Hal ini mengakibatkan daerah perdagangan menjadi ramai. Hingga akhir abad-19 sungai Bah Bolon ini merupakan sarana transportasi yang digunakan untuk menjangkau wilayah yang ada di Simalungun seperti Pematang Siantar dan daerah-daerah lainnya. Pada awal abad ke-20 seiring dengan masuknya pihak Onderdeming, maka pembangunan transportasi melalui jalur darat mulai dibuat. Hal ini untuk memperlancar kegiatan perkebunan yang pada selanjutnya merupakan cikal bakal jalan-jalan yang ada di Perdagangan. Dengan pembuatan jalan-jalan baru tersebut maka jangkauan yang dapat ditempuh pun akan semakin luas. Hal ini mengakibatkan, baik para pedagang maupun masyarakat Pribumi, mulai meninggalkan peran trasportasi melalui sungai Bah Bolon dan beralih menggunakan jalan-jalan perkebunan untuk melakukan interaksi dengan masyarakat di daerah- daerah lainnya. Dengan semakin mudah dan cepatnya menjangkau daerah Perdagangan melalui jalan-jalan perkebunan, maka perkembangan Perdagangan juga semakin meningkat. Hal ini diakibatkan oleh para pihak pedagang dan para pihak onderdeming menjadikan daerah ini menjadi pemukiman mereka.

B Penduduk

Adapun penduduk asli Nagori Perdagangan adalah sub- suku bangsa Batak Simalungun. Akan tetapi, Nagori Perdagangan juga diramaikan oleh para masyarakat pendatang yang berasal dari daerah lain yang mengakibatkan penduduk desa Perdagangan menjadi heterogen. Sejak awal adanya Nagori Perdagangan, wilayah ini sebenarnya telah didatangi para pedagang asing, Cina misalnya. Selanjutnya, ketika terjadi ekspansi perkebunan, banyak pula eks buruh perkebunan terutama suku Jawa yang kemudian menetap disana. Berkaitan dengan itu sebagai satu wilayah yang terbuka, berdatangan pula para pendatang dari Dataran Tinggi Toba, termasuk juga suku Minangkabau dari Sumatera Barat. Sayangnya penulis tidak menemukan tentang jumlah penduduk di Perdagangan sebelum tahun 1980, kecuali untuk tahun 1976. Berikut ini adalah gambaran tentang komposisi penduduk Nagori Perdagangan tahun 1976. Tabel I : Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa NO Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase 1 Simalungun 3.827 Jiwa 30 2 Tapanuli 3.205 Jiwa 25 3 Jawa 2.776 Jiwa 21,8 4 Cina 1.107 Jiwa 8,7 5 Minang Kabau 407 Jiwa 3,2 6 Batak Karo 368 Jiwa 2,9 7 Dan Lain-lain 1.066 Jiwa 8,4 Jumlah 12.756 Jiwa 100 Sumber : Kantor Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976 Data di atas menunjukkan bahwa suku bangsa Simalungun yang paling banyak mendiami Nagori Perdagangan, kemudian disusul oleh suku bangsa Tapanuli, baru kemudian disusul oleh suku-suku bangsa lainnya. Jumlah penduduk yang memadati wilayah Perdagangan ini merupakan suku bangsa asli. Suku bangsa Simalungun dalam hal ini adalah bahwa suku bangsa Simalungun yang sudah ”dimelayukan”, maupun yang masih asli Simalungun. Dari perbandingan penduduk di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk Nagori Perdagangan adalah merupakan wilayah Kelurahan Perdagangan I dan Nagori Perdagangan dulunya. Hal ini tampak karena data di atas merupakan tahun 1976, dimana pada saat itu belum dimekarkannya daerah Perdagangan. Sejak zaman dahulu suku bangsa yang ada di Simalungun mengenal dan mempunyai aneka ragam kepercayaan. Mereka percaya adanya roh-roh atau kekuatan yang terdapat pada benda-benda seperti kayu besar, batu besar, hutan lebat, gunung, sungai dan benda-benda lain. Benda- benda alam itu ada kalanya dianggap keramat yang mendatangkan bahaya, sebaliknya dapat pula memberikan rezeki atau keuntungan. Umumnya masyarakat Siamalungun sebelum masuknya agama baik Kristen, Islam, Buddha, dan agama lainnya, masyarakat adalah penganut kepercayaan yang dinamakan Sipelebegu 11 dan kepercayaan kepada adanya Tonduy. 12 Praktek hidup dari masyarakat Nagori Perdagangan, baik dalam pergaulan sesama mereka tinggal maupun dengan suku-suku bangsa lainnya yang berdomisili, walaupun berlainan agama dan kepercayaan mereka masih terjalin kerukunan dan hormat-menghormati antara sesama umat beragama. Bukti dari tingkat penghayatan agama terhadap berbagai kehidupan masyarakat desa Perdagangan terlihat dengan jelas. Hal ini dapat dilihat misalnya, ketika adanya pesta-pesta perkawinan maupun pesta-pesta adat maka masyarakat dengan ringan tangan melakukan bahu-membahu agar tercapainya acara tersebut. Berikut ini adalah pembagian penduduk Nagori Perdagangan menurut agama yang dianut. 11 Sipelebegu adalah kepercayaaan yang banyak menyembah benda-benda yang dianggap keramat. 12 Tonduy adalah roh atau arwah yang ada pada orang yang masih hidup atau orang yang sudah mati. Dengan demikian maka sering melakukan kontak atau hubungan dengan roh-roh atau arwah tersebut. Tabel II : Distribusi Penduduk Menurut Agama No Agama yang dianut Jumlah Persentase 1 Islam 4752 Jiwa 37,2 2 Kristen Protestan 3163 Jiwa 24,8 3 Khatolik 2730 Jiwa 21,4 4 Buddha 2087 Jiwa 16,4 5 Hindu 24 Jiwa 0,2 Jumlah 12.756 Jiwa 100 Sumber : Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976 Di desanagori Perdagangan, walaupun terdapat perbedaan agama atau kepercayaan dan jumlah pemeluknya tidak pernah menjadi penghalang bagi penduduk kota Perdagangan untuk saling hidup rukun dan damai baik di dalam kesehari-harian mereka maupun dalam suatu acara kebesaran. Menurut angka tahun 1976 jumlah penduduk Nagori Perdagangan seluruhnya mencapai 12.756 jiwa, yang terdiri dari 3589 kepala keluarga dengan perincian lebih banyak wanita daripada pria. Agar kita dapat memahami pertumbuhan jumlah penduduk Nagori Perdagangan, maka kita dapat melihat tabel berikut ini: Tabel IV : Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 Pria 5.378 Jiwa 2 Wanita 7.378 Jiwa Jumlah 12.756 Jiwa Sumber : Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976 Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa perbedaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah pria lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah wanita, yaitu sekitar 5.378 jiwa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah banyaknya pemuda yang meninggalkan desanagori Perdagangan untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di luar daerah, atau mencari pekerjaan di daerah lain. Pada umumnya para pemuda ini merantau ke kota- kota terdekat yakni kota Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Lubuk Pakam dan ke kota Medan. Faktor lain yaitu angka kelahiran wanita lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kelahiran pria.

2.3 Perekonomian