pemilikannya dan sempurna satu tahun bagi harta selain barang tambang dan selain hasil tanaman.
4. Zakat menurut Sayyid Sabiq adalah: suatu sebutan dari suatu hak Allah
yang dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin. Dinamakan zakat karena dengan mengeluarkan zakat itu di dalamnya terkandung harapan
untuk memperoleh berkat, pembersihan jiwa dari sifat kikir bagi orang kaya atau menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin dan
memupuknya dengan berbagi kebajikan.
Dari semua pengertian di atas, apabila diteliti semuanya mencakup unsur-unsur yang harus ada dalam zakat, yaitu:
1. Harta
2. Basis harta
3. Subjek yang berhak menerima zakat
Sedangkan menurut Pasal 1 Butir 2, Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, zakat adalah: harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
B. Ruang Lingkup Perusahaan
Mufraini 2006:124 menyebutkan bahwa: “Yang dimaksud dengan perusahaan dalam konteks perhitungan zakat
adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan kepemilikan dibuktikan dengan kepemilikan
saham.” Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan kepada
kategori zakat komoditas perdagangan, bila dilihat dari aspek legal dan
ekonomi entitas aktivitas sebuah perusahaan, pada umumnya berporos kepada kegiatan di bidang barang hasil industripabrikasi maupun jasa
dapat menjadi wajib zakat.
C. Harta yang Wajib Dizakatkan
Tidak semua harta yang dimiliki seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim diwajibkan untuk dizakatkan. Menurut Mufraini
2006:19 syarat-syarat harta yang wajib dizakatkan adalah sebagai berikut: kepemilikan sempurna milkiyah tammah, aset produktif atau
berpotensi untuk produktif mengalami perkembangan nilai aset, harus mencapai nisab, aset surplus nonkebutuhan primer, tidak ada
tanggungan utang, dan kepemilikan satu tahun penuh haul. Keenam syarat harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut di atas
merupakan satu kesatuan yang mutlak, artinya apabila salah satu atau lebih syarat tidak terpenuhi maka zakat tidaklah wajib atas harta
kekayaan tersebut. Kemudian, dalam Asnaini 2008:36 menyebutkan ada beberapa
fuqaha ahli fikih yang memberikan pendapat mengenai jenis harta yang wajib dizakati, yaitu antara lain: Yusuf al-Qardawi dan Didin
Hafidhuddin. Yusuf al-Qardawi menyebutkan ada 10 jenis harta yang wajib
dizakati, yaitu: 1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Hasil perdagangan.
4. Hasil pertanian.
5. Hasil sewa tanah.
6. Madu dan produksi hewan lainnya.
7. Barang tambang dan hasil laut.
8. Hasil investasi, pabrik dan gudang.
9. Hasil pencaharian dan profesi.
10. Hasil saham dan obligasi.
Seiring dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak terhadap kemajuan ekonomi dan dunia usaha, Didin
Hafidhuddin mengemukakan jenis harta yang wajib dizakati sebagai berikut:
1. Zakat profesi.
2. Zakat perusahaan.
3. Zakat surat-surat berharga.
4. Zakat perdagangan mata uang.
5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan.
6. Zakat madu dan produk hewani.
7. Zakat investasi properti.
8. Zakat asuransi syari’ah.
9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias, dan
sektor modern lainnya yang sejenis. 10.
Zakat sektor rumah tangga modern. Jenis harta yang wajib dizakati juga diatur dalam Pasal 11 Butir 2,
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa harta yang dikenai zakat adalah:
1. Emas, perak, dan uang.
2. Perdagangan dan perusahaan.
3. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan.
4. Hasil pertambangan.
5. Hasil peternakan.
6. Hasil pendapatan dan jasa.
7. Rikaz
D. Macam-macam Zakat dan Penerima Zakat