Analisis Hasil Penelitian ANALISIS HASIL PENELITIAN

II. Analisis Hasil Penelitian

Dari neraca dan laporan laba rugi di atas dapat dihitung besarnya zakat perusahaan yang harus dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan yaitu sebagai berikut: A. PT. Bank Muamalat Indonesia Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan neraca dan laporan laba rugi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Metode TE Gambling dan RA Karim Modal + Cadangan – Aktiva tetap + Laba bersih x 2.5 = 632.824.094 + 240.410.642 – 709.958.097 + 50.192.311 x 2.5 = Rp. 5.336.724 2. Metode Yusuf Qardhawi a. Modal [beserta cadangan] + Laba bersih x 2.5 = 632.824.094 + 240.410.642 + 50.192.311 x 2.5 = Rp. 23.085.676 b. Keuntungan dari aktiva tetap yang disewakan pendapatan ijarah bersih x 10 = 59.863.318 x 10 = Rp. 5.986.332 Maka, total zakat perusahaan = 23.085.676 + 5.986.332 = Rp. 29.072.008 3. Metode Bazis DKI Aktiva lancar – Hutang lancar x 2.5 = 14.780.738.820 – 1.561.609.872 x 2.5 = Rp. 330.478.224 4. Metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad Laba sebelum zakat dan pajak x 2.5 = 64.725.421 x 2.5 = Rp. 1.618.136 5. Metode Bank Muamalat Indonesia Laba setelah pajak x 2.5 = 50.192.311 x 2.5 = Rp. 1.254.808 6. Metode Hafidhuddin Aktiva lancar + Laba bersih x 2.5 = 14.780.738.820 + 50.192.311 x 2.5 = Rp. 370.773.278 7. Metode ‘Atiyah a. Modal [beserta cadangan] + Laba bersih x 2.5 = 873.234.736 + 50.192.311 x 2.5 = Rp. 23.085.676 b. Aktiva untuk ijarah x 10 = 530.582.142 x 10 = Rp. 53.058.214 Maka, total zakat perusahaan = 23.085.676 + 53.058.214 = Rp. 76.143.890 Keterangan: 1. Modal = Modal ditempatkan dan disetor penuh + Tambahan modal disetor + laba tahun-tahun lalu setelah pajak dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Muamalat Indonesia halaman 109 Atau modal = 492.790.792 +132.498.258 + 7.235.044 = Rp. 632.824.094 2. Cadangan adalah saldo laba yang ditentukan penggunaannya dijelaskan di dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Muamalat Indonesia halaman 109 yaitu sebesar Rp. 240.410.642 3. Aktiva tetap = aset yang diperoleh untuk ijarah + aset tetap, atau aktiva tetap = 530.582.142 + 179.375.955 = Rp. 709.958.097 4. Aktiva lancar = kas + giro pada Bank Indonesia + giro pada bank lain + giro pada PT. Pos Indonesia + penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain + efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo + piutang + pinjaman qardh + pembiayaan mudharabah + pembiayaan musyarakah + investasi saham + tagihan akseptasi, atau aktiva lancar = 264.703.361 + 656.432.689 + 422.178.566 + 30.040.990 + 2.358.270.627 + 154.046.031 + 4.516.893.194 + 303.095.272 + 1.372.134.215 + 4.507.853.913 + 87.528.882 + 107.561.077 = Rp. 14.780.738.820 5. Hutang lancar = kewajiban segera + simpanan + simpanan dari bank lain + bagi hasil yang belum dibagikan + kewajiban akseptasi + hutang pajak, atau hutang lancar = 143.809.799 + 1.245.351.905 + 11.117.741 + 40.236.265 + 108.647.553 + 12.446.609 = Rp. 1.561.609.872 B. PT. Bank Syariah Mandiri Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan neraca dan laporan laba rugi PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Metode TE Gambling dan RA Karim Modal + Cadangan – Aktiva tetap + Laba bersih x 2.5 = 660.097.257.000 + 0 – 330.325.839.800 + 290.942.628.653 x 2.5 = Rp. 15.517.851.150 2. Metode Yusuf Qardhawi a. Modal [beserta cadangan] + Laba bersih x 2.5 = 660.097.257.000 + 290.942.628.653 x 2.5 = Rp. 23.775.997.140 b. Pendapatan ijarah bersih x 10 = 15.913.019.709 x 10 = Rp. 1.591.301.971 Maka. Total zakat perusahaan = Rp. 25.367.299.110 3. Metode Bazis DKI Aktiva lancar – Hutang lancar x 2.5 = 21.431.737.230.000 – 3.176.206.412.000 x 2.5 = Rp. 456.388.270.500 4. Metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad Laba sebelum zakat dan pajak x 2.5 = 434.167.088.809 x 2.5 = Rp. 10.854.177.220 5. Metode Bank Muamalat Indonesia Laba setelah pajak x 2.5 = 290.942.628.653 x 2.5 = Rp. 7.273.565.716 6. Metode Hafidhuddin Aktiva lancar + Laba bersih x 2.5 = 21.431.737.230.000 + 290.942.628.653 x 2.5 = Rp. 543.066.996.500 7. Metode ‘Atiyah a. Modal [beserta cadangan] + Laba bersih x 2.5 = 660.097.257.000 + 290.942.628.653 x 2.5 = Rp. 23.775.997.140 b. Aktiva untuk ijarah x 10 = 106.111.546.828 x 10 = Rp. 10.611.154.683 Maka, total zakat perusahaan = Rp. 34.387.151.820 Keterangan: 1. Modal = modal ditempatkan dan disetor penuh + keuntungan bersih yang belum direalisasi atas surat-surat berharga tersedia untuk dijual, atau modal = 658.243.565.000 + 1.853.691.959 = Rp. 660.097.257.000 2. Cadangan bernilai nol 0 seperti yang dinyatakan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Syariah Mandiri tentang cadangan umum halaman 62 yang menyatakan bahwa: “Sesuai Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 25 Juni 2009 dan 19 Juni 2008 para pemegang saham telah memutuskan untuk tidak melakukan penyisihan sebagian laba tahun lalu”. 3. Aktiva tetap = aset untuk ijarah + aset tetap, atau aktiva tetap = 106.111.546.828 + 224.214.293.016 = Rp. 330.325.839.800 4. Aktiva lancar = kas + giro dan penempatan pada Bank Indonesia + giro pada bank lain + penempatan pada bank lain + investasi pada efek surat berharga + piutang + pinjaman qardh + pembiayaan, atau aktiva lancar = 446.935.114.146 + 3.340.886.513.736 + 270.429.436.599 + 215.795.250.000 + 2.007.002.597.381 + 7.822.981.065.484 + 1.051.412.482.836 + 6.276.294.769.699 = Rp. 21.431.737.230.000 5. Hutang lancar = kewajiban segera + bagi hasil dan bonus yang belum dibagikan + simpanan wadiah + simpanan dari bank lain + hutang pajak, atau hutang lancar = 293.827.559.335 + 75.163.077.459 + 2.681.018.325.249 + 55.664.024.854 + 70.533.425.027 = Rp. 3.176.206.412.000 Dari perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Jika PT. Bank Muamalat Indonesia menggunakan metode Bazis DKI, metode Hafidhuddin, dan metode ‘Atiyah maka akan ditemukan ketimpangan antara zakat perusahaan yang dikeluarkan dengan laba bersih yang diperoleh, dimana besarnya zakat perusahaan yang harus dikeluarkan lebih besar daripada laba bersih yang diperolehnya pada tahun 2009. Dimana besarnya zakat perusahaan untuk ketiga metode ini berturut-turut adalah sebagai berikut: Rp. 330.478.224, Rp. 370.773.278, dan Rp. 76.143.890 dengan laba bersih penghasilan usaha sebesar Rp. 50.192.311. Oleh karena itu, ketiga metode ini tidak cocok digunakan dalam perhitungan zakat perusahaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia karena dapat mengganggu keberlangsungan hidup usaha PT. Bank Muamalat Indonesia. b. Metode Bazis DKI dan metode Hafidhuddin tidak cocok digunakan dalam perhitungan zakat perusahaan pada PT. Bank Syariah Mandiri karena pengeluaran zakat perusahaan lebih besar dari laba bersih yang diperolehnya. Besarnya zakat perusahaan untuk kedua metode ini berturut-turut sebagai berikut: Rp. 456.388.270.500 dan Rp. 543.066.996.500 dengan laba bersih sebesar Rp. 290.942.628.653. c. Metode TE Gambling dan RA Karim juga tidak dapat digunakan dalam perhitungan zakat perusahaan baik pada PT. Bank Muamalat Indonesia maupun pada PT. Bank Syariah Mandiri karena metode tersebut tidak sesuai dengan ketetapan yang berlaku pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. SAK tidak membenarkan adanya perhitungan zakat dan pajak berdasarkan neraca. Perhitungan biaya zakat dan pajak penghasilan seharusnya berdasarkan laporan laba rugi. d. Perhitungan zakat menggunakan metode Yusuf Qardhawi juga tidak dapat digunakan dalam perhitungan zakat perusahaan baik pada PT. Bank Muamalat Indonesia maupun pada PT. Bank Syariah Mandiri karena tidak sesuai dengan ketetapan SAK yang mendasarkan perhitungan biaya zakat perusahaannya dari neraca. Selain itu, metode ini juga dipandang tidak efisien dan efektif karena memerlukan dua kali perhitungan yaitu: i perhitungan berdasarkan neraca [Modal + Laba bersih] x 2.5, dan ii perhitungan berdasarkan laporan laba rugi pendapatan ijarah bersih x 10. e. Maka, metode yang tepat digunakan dalam perhitungan zakat perusahaan pada kedua bank yang diteliti dengan kaitannya terhadap penghasilan usaha masing- masing bank tersebut adalah metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad dan metode Bank Muamalat Indonesia karena kedua metode ini mendasarkan perhitungan biaya zakat dari laporan laba rugi sesuai dengan ketetapan SAK yang berlaku di Indonesia dan metode ini juga menggunakan perhitungan yang sederhana dan tidak berbelit-belit. f. Untuk metode aktiva bersih net asset dan metode dana yang diinvestasikan bersih net invested funds tidak dapat dipergunakan dalam perhitungan zakat perusahaan karena mendasarkan perhitungan biaya zakat dari neraca. Kemudian, jika perhitungan zakat perusahaan di atas dikaitkan dengan penghasilan usaha, sesuai dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Pasal 14 ayat 3 yang menyatakan bahwa zakat yang telah dibayarkan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 atau disebut juga UU PPh Pasal 9 ayat 1 huruf g, yang berbunyi: “zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam danatau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, merupakan salah satu item yang dikecualikan dalam non deductible expense”. Maka, terdapat dua alternatif perhitungan zakat dan pajak penghasilan yaitu: 1. Perlakuan 1 yaitu sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 dan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 adalah sebagai berikut: a. PT. Bank Muamalat Indonesia Laba bersih = Rp. 50.192.311 Zakat yang dikeluarkan laba setelah pajak x 2.5 Rp. 1.254.808 Penghasilan kena pajak = Rp. 48.937.503 PPh yang harus dibayar : 48.937.503 x 28 = Rp. 13.702.501 b. PT. Bank Syariah Mandiri Laba bersih = Rp. 290.942.628.653 Zakat yang dikeluarkan laba sebelum zakat dan pajak x 2.5 Rp. 10.854.177.220 Penghasilan kena pajak = Rp. 280.088.451.433 PPh yang harus dibayar : 280.088.451.433 x 28 = Rp. 78.424.766.400 2. Perlakuan 2 yaitu seperti dikemukakan oleh Manurung 2004:54 yang menyatakan bahwa zakat dianggap sebagai pengurang pajak penghasilan terhutang. “Jika zakat diperlakukan sebagai pengurang pajak penghasilan, maka pembayaran zakat dianggap sebagai pajak dibayar dimuka prepaid tax yang dapat diperhitungkan dengan jumlah pajak penghasilan terhutang Wajib Pajak dalam tahun berjalan”. Perhitungannya sebagai berikut: 1. PT. Bank Muamalat Indonesia Laba bersih = Rp. 50.192.311 PPh terhutang : 28 x 50.192.311 Rp. 14.053.847 Zakat laba setelah pajak x 2.5 Rp. 1.254.808 PPh terhutang setelah zakat Rp. 12.799.039 2. PT. Bank Syariah Mandiri Laba bersih = Rp. 290.942.628.653 PPh terhutang: 28 x 290.942.628.653 = Rp. 81.463.936.020 Zakat laba sebelum zakat pajak x 2.5 Rp. 10.854.177.220 PPh terhutang setelah zakat Rp. 70.609.758.800 Keterangan: Metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia adalah metode Bank Muamalat Indonesia Metode ke-5 yaitu laba setelah pajak x 2.5. Metode ini diketahui penulis dari hasil wawancara di Baitulmaal Muamalat Medan. Sedangkan metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri diperoleh penulis dari catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Syariah Mandiri halaman 71 yaitu menggunakan metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad Metode ke-4 yaitu laba sebelum zakat dan pajak x 2.5. Selisih PPh terhutang antara perlakuan 1 dan 2 untuk PT. Bank Muamalat Indonesia adalah sebesar Rp. 13.702.501 – Rp. 12.799.039 = Rp. 903.462. Sedangkan untuk PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebesar Rp. 78.424.766.400 – Rp. 70.609.758.800 = Rp. 7.815.007.600. Jadi, jika perlakuan 2 tersebut dibenarkan penerapan perhitungannya maka Wajib Pajak akan mendapatkan penghematan sebesar selisih dari perlakuan 1 dengan perlakuan 2 yaitu sebesar Rp. 903.462 untuk Bank Muamalat dan Rp. 7.815.007.600 untuk Bank Syariah Mandiri. Penarikan pajak untuk tambahan zakat dalam Islam diperbolehkan seperti dijelaskan Hidayat 2002:23 dalam Jurnal Perpajakan Indonesia yang membahas tentang Perpajakan dalam Islam yang menyebutkan bahwa pemerintah boleh memungut pajak untuk tambahan zakat. Hal ini dianggap logis karena pemungutan zakat lebih sebagai melaksanakan fungsi sosial, berbagi pendapatan antara golongan yang kaya muzakki kepada golongan yang miskin mustahiq, sedangkan pemungutan pajak lebih diprioritaskan sebagai pendapatan negara dalam rangka menjalankan fungsi- fungsi negara, baik dalam pengaturan ekonomi, keamanan, dan lain sebagainya. Disebutkan pula bahwa dalam Islam ada aturan tentang hal ini walaupun tidak dengan rinci. Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Pada hartamu ada kewajiban lain, selain zakat [yakni pajak]”. Pada masa Rasulullah SAW. Mengelola negara Madinah, keadaan dan tuntutan perkembangan negara masih relatif kecil dan kompleksitasnya masih rendah, sehingga kerumitan-kerumitan dalam pengelolaan keuangan negara masih dirasakan tidak terlalu memusingkan sehingga pada saai itu penarikan pajak belum dilakukan secara sistematis. Baru pada masa pemerintahan Khalifah Umar, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz diberlakukan penarikan pajak dengan sistematis serta tetap merujuk pada rambu-rambu syariah. Dikaitkan dengan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Islam dianggap sah jika perusahaan mengeluarkan pajak penghasilan dan zakat dari hasil usahanya secara bersamaan, dimana 2,5 dari penghasilan usaha masing-masing bank syariah yang diteliti dijadikan sebagai zakat perusahaan dan 28 dari laba bersih masing-masing bank syariah yang diteliti dikurangkan dengan zakat perusahaan yang dikeluarkan dijadikan sebagai total pajak penghasilan terhutang PPh terhutang. Begitu pula dari segi hukum di Indonesia, keduanya baik pajak penghasilan dan zakat perusahaan, sudah ditetapkan pemerintah sebagai kewajiban yang harus dikeluarkan oleh lembaga perbankan syariah di Indonesia. Peraturan mengenai besarnya Pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan termasuk lembaga perbankan syariah diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 atau disebut juga Undang-undang PPh. Kemudian kewajiban lembaga perbankan syariah untuk mengeluarkan zakat perusahaan diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2005 – 2015 (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk., PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega Syariah)

0 10 90

ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (Studi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia)

1 6 13

ANALISIS MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 2 12

ANALISIS MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 1 15

ANALISIS KINERJA SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 2 4

ANALISIS KINERJA SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 2 18

ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KONSEP AKUNTANSI ZAKAT PERUSAHAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH : Studi Kasus Pada Pt.Bank Syariah Mandiri Tbk.

0 12 41