Dukungan penghargaan Kurang
Cukup Baik
2 3
29 2
2 6
11 5
Dukungan instrumental Kurang
Cukup Baik
1 2
31 4
9 8
5
Dukungan sosial Kurang
Cukup Baik
1 3
30 1
3 7
10 5
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa dari hasil penelitian dalam lima jenis dukungan keluarga dalam kategori baik lebih banyak dukungan emosional pada jenis anak
tunagrahita sebanyak 32 orang 94,1 daripada dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan sosial. Sedangkan dukungan
dalam kategori baik lebih sedikit dukungan penghargaan pada jenis anak tunarungu sebanyak 2 orang daripada dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan
instrumental dan dukungan sosial.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Dukungan Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan 2014 n=60
Jenis ABK
Dukungan Keluarga
Total Kurang
Cukup Baik
Tunagrahita
Tunarungu
Autis N
N
N 2
5,9
0,0 7
31,8 0,0
0,0 10
45,5 32
94,1 4
100 5
22,7 34
100 4
100 22
100
Total 9
15,0 10
16,7 41
68,3 60
100
Tabel 5.8 memperlihatkan dari 60 responden dapat dilihat dukungan dalam kategori baik lebih banyak pada anak tunagrahita dibandingkan dengan anak tunarungu dan
anak autis. Dukungan kategori baik pada anak tunagrahita sebanyak 94,1, dukungan kategori baik pada anak tunarungu 100, sedangkan untuk dukungan pada anak autis
dikategori cukup sebanyak 45,5.
51
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan interpretasi dari hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan
dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.
A. Gambaran Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 50 berjenis kelamin perempuan 83,3, sedangkan 10 responden laki-laki 16,7. Hal ini
menjelaskan bahwa kebanyakan orang tua yang meluangkan waktu untuk menunggu anak berkebutuhan khusus selama jam sekolah adalah orang tua
perempuan ibu. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Miranda 2013 bahwa ibu lebih besar memberi dukungan dari pada ayah. Ibu merasakan rasa tanggung jawab
terhadap kondisi normal-abnormal anaknya merawat anak sejak dalam kandungan, melahirkan hingga masa pertumbuhan anak. Ayah lebih terfokus pada financial
dalam membesarkan anak Wenar dan Kerig 2000 dalam Miranda 2013. Hal itu juga sesuai dengan hasil wawancara dengan para orang tua
perempuan, yang mengatakan bahwa lebih punya waktu untuk mengurus anak dan anak ini titipan dari Allah. Sedangkan untuk orang tua laki-laki mencari nafkah
untuk keluarga.
Usia orang tua dibagi menjadi menjadi 4 kategori yaitu : usia 17-25 tahun remaja akhir, usia 26-35 tahun dewasa awal, usia 36-45 tahun dewasa akhir,
usia 46-55 tahun lansia awal, dan 56-60 tahun lansia akhir. Hasil persentase usia 26
– 35 tahun lebih banyak 96,7 dari usia 36-45 dan usia 46-55 tahun. Orang tua yang berusia 36-45 tahun sebanyak 1 orang 1,7, sedangkan yang
berusia 56-60 tahun sebanyak 1 orang 1,7. Dalam penelitian ini tidak ditemukan usia orang tua 17-25 tahun dan 46-55 tahun. Menurut Supartini 2004
usia orang tua sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Usia yang terlalu muda dan terlalu tua tidak dapat menjalankan secara optimal karena diperlukan kekuatan
fisik dan psikososial. Penelitian Arfandi 2014 usia berkisar antara 23 – 58 tahun,
tergolong matang untuk menjaga dan mendidik anak dengan berkebutuhan khusus. Hasil dari wawancara satu orang tua yang berusia 59 tahun mengatakan, kekuatan
fisik sudah tidak menjamin dalam mendidik dan hampir setiap hari dan setiap pagi mengantar anak kesekolah.
Tingkat pendidikan orang tua diteliti, terdiri dari perguruan tinggi, SMA, dan SMP. Orang tua yang pendidikan hingga perguruan tinggi sebanyak 35 orang,
tingkat pendidikan SMA sebanyak 21 orang, dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 4 orang. Hasil dari persentase tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih
banyak 60,0 dari pada tingkat pendidikan SMA dan SMP. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurang pengetahuan tentang
kebutuhan-kebutuhan dan cara didik anak. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik dampak bagi perkembangan anak Wahidin
2006 dalam Arfandi 2014. Hal lain juga dijelaskan oleh Mayasari 2009
tingkat pendidikan orang tua berbeda-beda ini menjadikan berbeda juga cara bagaimana orang tua mendidik. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan
semakin tinggi pengetahuan orang tua dalam mendidik anak. Hasil penelitian bedasarkan jenis kelamin anak di Sekolah Khusus Kota
Tangerang Selatan, terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 76,7 dan perempuan sebanyak 14 23,3. Jeffrey 2005 menyebutkan bahwa gangguan
anak berkebutuhan khusus menyerang sekitar 2 – 20 orang dari 10.000 orang
dalam suatu populasi dan pada umumnya gangguan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
B. Gambaran dukungan dan Jenis Dukungan Keluarga dengan Anak ABK
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden 32 orang memberikan dukungan emosional yang baik tentang ABK, 31 orang memberikan
dukungan informasional yang baik, 29 orang memberikan dukungan penghargaan yang baik, 31 orang memberikan dukungan instrumental yang baik dan 30 orang
memberikan untuk dukungan sosial kategori baik terhadap anak ABK. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto 2010 bahwa orang tua
telah memberikan dukungan secara maksimal sesuai dengan pemahaman masing- masing. Dukungan yang diberikan orang tua yaitu dukungan instrumental berupa
pemenuhan kebutuhan fisiologis secara penuh kepada anak, dukungan informasional berupa pemberian meliputi pencarian informasi mengenai
permasalahan anak, dan kemudian dukungan emosional berupa peningkatan rasa percaya diri anak ketika melakuka interaksi sosial.
Peran dan dukungan orang tua pada anak tunagrahita adalah memberikan dasar pendidikan beragama, menciptakan suasana yang hangat serta memberikan norma
baik dan buruk Nurhayati, 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dukungan baiknya terdapat pada dukungan emosional 4 orang dan dukungan instrumental 4 orang. Data ini belum menggambarkan dukungan keluarga pada
anak tunarungu, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah sampel responden pada anak anak tunarungu.
Hasil uji statistik menunjukkan dukungan keluarga palingan besar pada dukungan penghargaan dalam kategori cukup 11 orang, dukugan dalam kategori
kurang pada dukungan informasional dan instrumental masing-masing 9 orang, sedangkan dukungan kategori baik mewakili semua dukungan 5 orang. Lain
halnya dengan penelitian Pancawati 2013 yang menyatakan bahwa dari 4 responden memberikan dukungan, hanya 3 responden yang memberikan dukungan
secara maksimal pada anak autis yaitu dukungan emosional. Sebagai orang tua harus dapat memberikan dukungan dan membantu terhadap segala hal yang
dilakukan oleh anak serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan Hasbullah, 2001 dalam Pancawati, 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus termasuk kedalam kategori baik sebanyak 41 68,3, 10