Gambaran dukungan dan Jenis Dukungan Keluarga dengan Anak ABK
kepercayaan diri karena mempunyai anak yang tidak normal orang tua menjadi cepat marah, kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anaknya, ada
perasaan kehilangan kepercayaan diri untuk bergaul dengan khalayak ramai, 2. Dukungan Keluarga dengan Anak Tunarungu
Hasil penelitian menunjukkan dukungan dalam kategori baik sebanyak 4 orang 100. Disini adanya keterbatasan responden pada anak tunarungu.
Dari hasil wawancara, mengatakan “bahwa orang tua susah untuk lepas dari
jangkauan anaknya. Anak tunarungu berbeda dengan anak normal lainnya. Karena setiap yang disampaikan ke anak tidak bisa didengar dengan sempurna
oleh anak tersebut. Anak normal bisa disuruh berhenti jika disuruh berhenti, untuk anak tunarungu susah untuk diberitahu. Akibat dari gangguan
pendengaran, anak kurang untuk keterampilan bahasa dan bersosi al”.
Mangunsong 2011 menyatakan bahwa anak dengan gangguan pendengaran tunarungu seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Masalah utama pada
anak dengan
gangguan tunarungu
adalah masalah
komunikasi. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi berdampak luas,
baik segi keterampilan bahasa, membaca, menulis, penyesuaian sosial, serta prestasi
sekolah. Menurut hasil penelitian Khotimah 2012 mengatakan bahwa dukungan
sosial dalam faktor pemahaman diri self-insight ditemukan hasil sebagai berikut : subjek memiliki kesadaran atas kondisi anaknya yang mengalami
kondisi yang buruk baik secara fisik maupun secara mental, subjek memiliki keinginan dan mendukung kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi
yang lebih baik, khususnya untuk anaknya. Disimpulkan bahwa, dukungan untuk anak tunarungu selalu diberikan, demi kebaikan anaknya.
3. Dukungan Keluarga dengan Anak Autis Hasil dukungan pada anak autis menunjukkan bahwa, sebagian besar
dukungan orang tua dalam kategori cukup. Untuk dukungan dalam kategori cukup sebanyak 45,5, baik sebanyak 22,7, dan dalam kategori buruk
sebanyak 31,8. Hal ini sejalan dengan penelitian Zainuri 2010 sebagian besar responden orang tua memberikan dukungan sosial dalam kategori baik
sebanyak 58,3 dari 14 responden. Dukungan sosial Hallahan 2006 dalam Mangunsong 2011 merupakan persepsi sesorang terhadap dukungan yang
diberikan orang lain dalam jaringan sosialnya misalnya keluarga dan teman yang membantu meningkatkan kemampuan diri. Menurut santrock 2007,
dukungan orang tua pada anak autis merupakan dukungan dimana orang tua memberikan kesempatan pada anak agar dapat belajar mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif dan bertanggung jawab segala perbuatannya.
Berdasarkan dari penelitian Sarah 2011 aspek dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan instrumental memiliki hubungan kuat
dengan self-esteem sebesar 67,4, 78,8, dan 73,4. Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga berkaitan dengan meningkatny self-esteem
pada ibu yang mempunyai anak autis dalam keadaan baik. Berdasarkan hasil penelitian Khairatun 2008 subjek penelitisn ini
menggunakan ibu-ibu usia 28 – 40 tahun yang mempunyai anak autis berusia 3
– 10 tahun. Sikap dan dukungan sosial keluarga yang diberikan ibu sedangcukup. Maka semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka semakin
positif sikap ibu terhadap anak penyandang autis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, dari tingkat pendidikan orang tua
yang penyandang autis bervariasi. Untuk pendidikan orang tua perguruan tinggi sebanyak 36,4, pendidikan SMA sebanyak 50,0 dan pendidikan
SMP sebanyak 3. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik dampak bagi perkembangan anak Wahidin 2006 dalam Arfandi 2014.