Gambaran Karakteristik Responden PEMBAHASAN

Peran dan dukungan orang tua pada anak tunagrahita adalah memberikan dasar pendidikan beragama, menciptakan suasana yang hangat serta memberikan norma baik dan buruk Nurhayati, 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dukungan baiknya terdapat pada dukungan emosional 4 orang dan dukungan instrumental 4 orang. Data ini belum menggambarkan dukungan keluarga pada anak tunarungu, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah sampel responden pada anak anak tunarungu. Hasil uji statistik menunjukkan dukungan keluarga palingan besar pada dukungan penghargaan dalam kategori cukup 11 orang, dukugan dalam kategori kurang pada dukungan informasional dan instrumental masing-masing 9 orang, sedangkan dukungan kategori baik mewakili semua dukungan 5 orang. Lain halnya dengan penelitian Pancawati 2013 yang menyatakan bahwa dari 4 responden memberikan dukungan, hanya 3 responden yang memberikan dukungan secara maksimal pada anak autis yaitu dukungan emosional. Sebagai orang tua harus dapat memberikan dukungan dan membantu terhadap segala hal yang dilakukan oleh anak serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan Hasbullah, 2001 dalam Pancawati, 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus termasuk kedalam kategori baik sebanyak 41 68,3, 10 kategori cukup 16,7 dan 9 dalam kategori buruk 15,0. Akan dibahas dan dibagi kedalam beberapa dukungan : 1. Dukungan keluarga dengan Anak Tunagrahita Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan dalam kategori baik lebih besar dari pada dukungan dalam kategori cukup dan buruk dalam setiap dukungan. Untuk kategori baik sebanyak 94,1, kategori cukup 0,0 dan kategori kurang sebanyak 5,9. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Arfandi 2014 bahwa seluruh respon memberi dukungan yang bervariasi. Diantara 51 responden sebagian besar dukungan dalam kategori cukup yaitu sejumlah 30 orang 58,8, 18 35,3 dukungan sosial keluarga dalam kategori baik dan sedangkan 3 5,9 dukungan keluarga dalam kategori kurang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga adalah tingkat pendidikan. Semakin rendah tingkat pengetahuan keluarga maka semakin buruk dampaknya bagi anak retardasi mental Wahidin 2006 dalam Arfandi 2014. Amin dan Dwidjosumarto 1979 dalam Lestyaningsih 2009 mengemukakan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita retardasi mental biasanya merasa tidak bahagia mempunyai anak yang berkelainan, bahkan tidak sedikit orang tua malu mempunyai anak berkelainan. Somantri 2006 dalam Lestyaningsih 2006 menjelaskan bahwa perasaan dan tingkah laku orang tua yang memiliki anak tunagrahita yaitu, ada perasaan kehilangan kepercayaan diri karena mempunyai anak yang tidak normal orang tua menjadi cepat marah, kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anaknya, ada perasaan kehilangan kepercayaan diri untuk bergaul dengan khalayak ramai, 2. Dukungan Keluarga dengan Anak Tunarungu Hasil penelitian menunjukkan dukungan dalam kategori baik sebanyak 4 orang 100. Disini adanya keterbatasan responden pada anak tunarungu. Dari hasil wawancara, mengatakan “bahwa orang tua susah untuk lepas dari jangkauan anaknya. Anak tunarungu berbeda dengan anak normal lainnya. Karena setiap yang disampaikan ke anak tidak bisa didengar dengan sempurna oleh anak tersebut. Anak normal bisa disuruh berhenti jika disuruh berhenti, untuk anak tunarungu susah untuk diberitahu. Akibat dari gangguan pendengaran, anak kurang untuk keterampilan bahasa dan bersosi al”. Mangunsong 2011 menyatakan bahwa anak dengan gangguan pendengaran tunarungu seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Masalah utama pada anak dengan gangguan tunarungu adalah masalah komunikasi. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi berdampak luas, baik segi keterampilan bahasa, membaca, menulis, penyesuaian sosial, serta prestasi sekolah. Menurut hasil penelitian Khotimah 2012 mengatakan bahwa dukungan sosial dalam faktor pemahaman diri self-insight ditemukan hasil sebagai berikut : subjek memiliki kesadaran atas kondisi anaknya yang mengalami kondisi yang buruk baik secara fisik maupun secara mental, subjek memiliki keinginan dan mendukung kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi