Dimensi Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan

34 6. Diperas atau dikuasai oleh sesame manusia. Pemerasan terhadap manusia ini sangat rentan untuk menimbulkan perbudakan. Dari enam hal di atas, ada tiga hal yang merupakan penyebab kemiskinan yang disebabkan oleh faktor intern yang muncul dari individu itu sendiri, hal tersebut adalah: kelemahan, kemalasan dan ketakutan. Ketiga faktor ini merupakan faktor utama penyebab kemiskinan. Sedangkan tiga faktor lain dimunculkan oleh faktor ekstern yang oleh orang lain faktor ini merupakan faktor penunjang terciptanya kemiskinan. Sedangkan Dr. Musthofa Husni Assiba’I berpendapat bahwa kemiskinan itu disebabkan karena salah satu dari dua sebab, yaitu kemalasan dan ketidakmampuan bekerja atau karena kehilangan syarat-syarat untuk bekerja. 24

3. Dimensi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. Kemiskinan dapat dibagi kedalam beberapa dimensi: a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. 24 Musthofa Husni Assiba’i, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Tuntutan Hidup Bermasyarakat, alih bahasa M. Adhi Ratomi, Bandung: CV Diponegoro, 1993, Cet. Ke-4, h. 155. 35 b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan pedesaan kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan. c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak- anak, dan kelompok minoritas. d. Kemiskinan konsekuensional. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. 25

4. Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan problem bagi kemanusiaan, khususnya disini bagi ummat Islam. Kemiskinan merupakan masalah yang membebani laju dari pergerakan menuju keteraturan. Masyarakat kita memunculkan sebuah kesepakatan baru atau konsepsi bahwa siapa yang mempunyai keahlian, kepintaran, gelar yang tinggi dan jaringan komunikasi yang luas akan bias mencapai kesuksesan. Sedangkan banyak sekali orang-orang pergi ke kota hanya bermodal nekat dan ingin mengadu nasib, alhasil yang mereka rasakan hanya akan menjadi orang-orang pinggiran yang bias masuk dalam kategori orang miskin. 25 David Cox, “Outline of Presentation on Poverty Alleviation Programs in the Asia- Pacific Region” makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum Development for Social Work Education in Indonesia, Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2004, h. 1-6 36 Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti: pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampong, P2KP, PNPM dan BLT. Karena problem kemiskinan bersifat multidimensional, maka strategi penanggulangannya harus bersifat multi dimensional juga. Selama ini studi kasus Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat ekonomi semata, sehingga apabila kebutuhan ekonomi sudah tercapai seolah-olah proyek penanggulangan kemiskinan yang tidak berdimensi ekonomi, seperti kemiskinan struktural atau politik. Untuk itu, ada beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin guna sebagai penanggulangan kemiskinan tersebut : 1. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan, yang bertujuan menekan perasaan ketidakberdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur sosial dan politis. 2. Upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin yang perlu dilakukan. 3. Tanamkan rasa kesamaan egaliterian dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari konstruksi sosial. 4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh. Seperti PKT Proyek Kawasan Terpadu. 5. Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin. Selain perubahan struktur yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya. 37 6. Diperlukan redistribusi infrastruktur pembangunan yang lebih merata, meskipun kelima langkah di atas dapat dipenuhi tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, orang miskin tetap saja tidak akan memperoleh akses ekonomi yang akibatnya tidak memiliki juga akses di bidang-bidang lainnya. Apabila langkah-langkah tersebut dapat dilakukan secara terpadu maka kemiskinan akan dapat ditanggulangi, langkah di atas merupakan gambaran bahwa antara ekonomi dan politik tidak dapat dipisahkan. 26 Menurut pandangan Islam kemiskinan tidak semata-mata hanya persoalan ekonomi saja, kemiskinan juga harus dilihat salah satunya dari sisi sejauhmana manusia yang mengalami kemiskinan tersebut menggunakan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin, ini berkaitan dengan fungsi manusia di bumi sebagai khalifah Allah Swt. Kemiskinan dalam pandangan Islam dilihat sebagai suatu kelemahan, ketidakberdayaan yang menjadi problem yang dapat menurunkan martabat kehormatan manusia yang harus diatasi. Strategi pendekatan yang dipakai dalam pengentasan kemiskinan akan sangat dipengaruhi oleh masalah yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, apabila masalah kemiskinan disebabkan oleh individual, maka usaha ang dilakukan adalah dengan merubah aspek manusia sebagai individu atau warga masyarakat. Sedangkan apabila masalahnya disebabkan oleh faktor struktural atau sistem, maka usaha yang harus dilakukan adalah perubahan pada struktur sistem. 26 Heru Nugroho, Negara Pasar dan Keadilan Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1, h. 195-197. 38 Adapun kemiskinan alamiah biasanya diatasi dengan cara bentuk pembangunan secara fisik, pemasukan modal dan pengenalan teknologi. Sedangkan kemiskinan buatan bias diatasi oleh perubahan structural, perubahan kelembagaan dan perubahan dalam berbagai bentuk sosial ekonomi. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan agar tepat sasaran, psrtisipasi kaum miskin dalam proses pelaksanaan program tersebut mutlak diperlukan. Dalam hal ini Kramer mengajukan model Community Action Program CAP yang terdiri dari 4 empat bentuk partisipasi, antara lain: 27 1. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada kebijaksanaan program yang akan dijalankan. Perwujudan partisipasi kaum miskin dalam model ini dapat diwujudkan dengan adanya presentasi wakil-wakil mereka dalam pelaksanan program. 2. Partisipasi dalam perkembangan program. Dalam kapasitasnya sebagai sasaran, maka pendapat, saran dan aspirasi kaum miskin harus didengar terutama tentang kebutuhan dan kepentingan yang betul-betul riil. 3. Keterlibatan dalam gerakan sosial. Dalam bentuk ini, kaum miskin sebagai pihak yang tidak berdaya powerless diberikan motivasi dan stimulasi untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. 4. Keterlibatan dalam berbgai pekerjaan. Karena kaum miskin menjadi miskin akibat terbatasnya kesempatan dan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan, maka 27 Alfian, Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, 1980, h. 5 39 diperlukan penyegaran lapangan usaha yang banyak melibatkan kaum miskin. Padat karya adalah slah satu contohnya. Bahwa bukan saja pemerintah Indonesia yang menyoroti problem kemiskinan dan cara mengentaskannya, akan tetapi menjadi sorotan atau perhatian dalam ajaran Islam. Karenanya hal ini merupakan suatu ajaran Islam untuk membantu menanggulanginya, baik melalui bantuan individu maupun lembaga keuangan yang berperan mengisi pembangunan di Negara Indonesia ini.

BAB III GAMBARAN UMUM

YAYASAN PERSADA NURANI

A. Profil Yayasan

1. Sejarah Perkembangan Yayasan Persada Nurani

Ide awal pendirian Yayasan Persada Nurani dilatar-belakangi oleh keprihatinan beberapa pihak yang melihat realita kehidupan bangsa dan Negara Indonesia, dimana kondisi negara dan sosial kemasyarakatannya yang kian terpuruk. Seolah kondisi yang ada mencerminkan bahwa bangsa ini sudah tidak lagi mempunyai identitas yang jelas. Keterpurukan ini ditandai dengan berbagai permasalahan yang ada sebagaimana berikut ini: degradasi moral yang kian menghebat menghancurkan generasi muda bangsa, kemiskinan yang kian merajalela, pengangguran yang semakin meninggi, kesehatan dan pendidikan yang kian mahal, angka kriminalitas yang begitu fantastis meningkat dan segenap permasalahan sosial lainnya. 1 Dari permasalahan sosial tersebut keprihatinan itu muncul. Dari beberapa diskusi yang dilakukan, maka jiwa-jiwa patriotisme muncul, semangat untuk memperbaiki keadaan bangkit, semangat untuk melayani timbul. Kemudian dari hasil diskusi itu, ada keinginan untuk bisa berbuat dan bertindak bagi perubahan. Dalam pertemuan hari Selasa, 29 Maret 2007 beberapa orang kemudian bersepakat untuk membuat sebuah 1 Hasil Wawancara Pribadi dengan sdr Nurkholis, Sip selaku Sekretaris yang merangkap Humas Yayasan Persada Nurani, Jakarta 12 Mei 2010 40